Geng Elang

19 3 0
                                    

Weekend biasanya adalah hari di mana orang-orang beristirahat, entah itu anak sekolah maupun yang bekerja. Banyak hal yang bisa dilakukan, mulai dari rebahan saja, bersih-bersih, ataupun jalan-jalan.

Namun itu semua tidak berlaku untuk Aisyah. Dirinya diizinkan untuk bermain, kalo sudah selesai mengerjakan tugas-tugas rumah, mulai dari ngepel, nyuci pakaian, masak, serta lain-lainnya. Reza dan Fani biasanya juga menitipkan pakaian mereka, dengan tujuan supaya lebih lama nyuci sehingga waktu main yang dipunya tidak lama.

Meski Ais menyadari hal itu, dirinya tetap saja melakukannya dengan baik, tentu saja itu membuat om dan tante galak tersebut sangat jengkel.

"Lagi ngapain si Ais?" tanya Reza yang melihat Fani sedang senyum-senyum sendiri dengan ponsel pintarnya.

"Hampir selesai ngepel tuh, cucian yang kita titipkan tadi juga udah selesai."

"Hmm, bilang mau main tidak tadi?"

"Enggak, tapi ya kak biasanya sih jalan pagi ke lapangan ama si reva, temennya."

Reza kemudian duduk, "aku siksa aja kali ya?"

"Boleh tuh! Akhir-akhir ini dia kelihatan lebih tenang loh kak, nyebelin tau!" jawab Fani menaruh ponselnya.

"Masa sih? Eh dia juga lebih rapi loh kalo berangkat sekolah, ada cowok yang dia suka kah?"

"Setau aku ya kak, dia itu pacaran sama Alga temen SD-nya."

"Alga? Anaknya gimana? Baik ke ais?"

"Hahaha ya kagaklah kak, alga cuma manfaatin ais. Terus kadang ya aku kasih uang tuh ke alga buat selingkuh terang-terangan di depan ais."

"Serius? Terus gimana respon si ais?"

"Sumpil ya kak, lucu banget tau. Bukannya marah malah si ais yang minta jangan ditinggalin"

"Ckckck. Aneh banget tuh anak," ujar Reza menggelengkan kepala tanda masih tak percaya.

"Lagian ya kak, malah lebih aneh kalo ada yang mau sama dia. Dia jelek juga, eh tapi kalo temennya si ais cakep si. Ya reva itu kak!"

Reza yang sedang berpikir tiba-tiba tersenyum, "lu punya nomer si alga gak?"

"Punya, buat apa kak?"

"Gini..." Reza berbisik. Fani hanya mengangguk dan tersenyum.

"Paham?"

"Paham dong,"

Reza menarik Ais yang baru saja selesai mengepel.

"A-apa om?" Ais kaget dan bertanya karena tiba-tiba diseret

"Udah ikut aja!"

Setelah berada depan kamar mandi, Ais di dorong masuk sampai jatuh. Tanpa menunggu lama, Reza menyiram Ais secara terus menerus.

Ais yang sudah mulai panik karena kehabisan nafas kalang kabut berontak, melihat hal itu Reza memukulkan gayung yang dipegang membuat kepala Ais mulai pusing. Matanya seperti berkunang-kunang dan akhirnya lemas tak berdaya.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Lapangan yang sedari pagi ramai akhirnya mulai lengang, Reva yang baru saja sampai langsung duduk.

"Tumben banget Ais telat, biasanya udah di sini deh!" gumamnya mulai gelisah "apa gue telat ya, tapi kan kita janjian tetap jam delapan."

Sesekali dirinya mengecek ponsel, "ini mah udah lebih lima menit." Ketika Reva beranjak, dari arah berlawanan terlihat sosok yang tidak asing bagi dirinya yang sedang berlari.

"Huft, maaf yah aku telat rev" ucap Ais ngos-ngosan.

"Dari mana aja kamu is? Kok sampe ngos-ngosan gitu?"

ALANDZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang