Sholat jama'ah ashar baru saja selesai, para santri dan santriwati sudah kembali ke kelas masing-masing.
Fani dan kawan-kawannya sudah bersiap dengan apa yang direncanakan. Adapun Hendra sesekali mengecek dan melihat ke arah kantor.
"Kenapa lu hen?" tanya Fani yang penasaran dengan tingkah laku Hendra.
"Lu lihat ustadz alvan gak?"
"Masih di kantor kayaknya. Kenapa?"
"Gue mau ke kelas 4," jawab Hendra masih tetap memantau ke arah kantor
"Kelasnya ais?"
"Iya, tapi takutnya ustadz alvan ngeliat gue."
"Lah? Emangnya kenapa?"
Hendra kemudian duduk mulai bercerita, "Gue beberapa hari yang lalu sempat ketahuan nyiksa keponakanmu itu!"
"Hah? Serius lu?" tanya Fani menahan tawa.
"Gue dikasih peringatan, makanya dari tadi gue ngecek takut ketahuan lagi."
"Emangnya dia ngancam gimana? Bukannya umur lu ama ustadz alvan gak jauh beda ya?"
"Umur? Lu tau ustadz alvan umur berapa?" Hendra bertanya balik sembari memegang dagu.
"Loh itu waktu perkenalan di aula. Kan ustadz alvan bilang kalau ndak jauh beda sama kita umurnya, palingan ya meski lebih tua 15 - 16 tahunan kali," jawab Fani panjang lebar.
"Hmm, tapi gue ngerasa kok dia agak serem ya?"
"Mana ada, malah kata gue lebih serem ustadz zainal yang ngajar wustho itu" ucap Fani terkekeh "oiya, diancam gimana lu?"
"Kan gue lagi nyiksa Ais, nah tiba-tiba ustadz alvan datang."-Hendra menarik nafas-"Dia bilang gini, 'saya anggap masalah ini selesai, kalau masih ada kejadian lagi bakalan saya tindak' gitu katanya," ucap Hendra niruin gaya Ustadz Alvan.
"Siah, kok sok banget tuh ustadz. Emangnya lu takut ama dia hen?"
Hendra hanya diam, karena dari dulu dirinya dikenal sebagai anak paling berani nomer 2 setelah Yandra yang pernah nantangin ustadznya berkelahi.
"Masa gue harus nantangin ustadz alvan?" tanya Hendra ragu-ragu.
"Lagian ustadz alvan tingginya cuma 147cm an deh." Fani terus memprovokasi Hendra.
"Bilang aja sama kayak gue gitu tingginya ya kan?" tanya Hendra sinis
"Dih, kan emang bener"
"Bacot, gue mau ke Yandra aja habis ini."
"Yandra masih ada kelas ustadz zainal sekarang," ucap Fani kemudian pergi meninggalkan kelas.
Sementara itu di waktu yang sama dalam kantor.
"Zen? Ngisi wustho kan?" tanya Alvan.
"Iya bang, antum kelas berapa?"
"Ula kelas 4"
"Kelasnya si anak yang kapan hari itu ya?"
"Iya, sekalian observasi tuh kelas."
"Kenapa memangnya bang?"
Alvan memandang Zainal, "entahlah gue ngerasa kayak ada yang janggal aja. Oiya sekalian nanti data-data anak wustho kasih tau ke ane ya!" Perintah alvan.
Sesampai di kelas, Alvan melihat ke seluruh ruangan. Sekilas pandangannya tertuju dan berhenti sejenak terhadap Reva yang duduk bersebelahan dengan Ais.
"Sampai mana pelajaran nahwunya yang dikaji?" tanya Alvan setelah ucapan salam dan berdo'a untuk memulai kelas.
"Pengenalan kalam, tadz" jawab para santri-santriwati serentak.
![](https://img.wattpad.com/cover/366128645-288-k784835.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANDZA
Fiksi Remaja•Cinta Beda Usia• Aisyah Nur Izzah seorang anak yang sering mengalami perundungan baik itu di rumah, sekolah, maupun di tempat-tempat yang lain. Pengkhianatan teman, dikucilkan dalam circle merupakan makanan sehari-hari bagi dirinya. Namun.... Cint...