Hendra yang terkejut akan didatangi oleh salah satu pengajar hanya bisa membisu.
Alvan sendiri mengernyitkan kening, alih-alih menemukan orang pacaran malah melihat pembullyan yang benar-benar membuatnya sangat muak.
"Saya tanya sekali lagi, apa yang kalian lakukan?" tanya Alvan dengan suara berat dan pelan. Dengan sikap dingin seperti itu aura yang mengerikan di aula kembali muncul. Reva yang berdiri di samping Alvan-pun sampai gemetar.
Alvan kemudian masuk melihat wajah Ais, "apakah ini termasuk hal biasa di sini?"
Ais yang ditanya tidak langsung menjawab, padahal ini kesempatannya untuk bicara. Namun setelah dipikir-pikir lagi bisa jadi malah tambah parah perundungan terhadapnya.
Alvan yang seperti bisa menebak jalan pikiran Ais hanya menghela nafas, "siapa namamu?"
"Ais, tadz"
"Hmm?"
"Aisyah Nur Izzah," ucap Ais melanjutkan.
"Namamu?" masih dengan nada yang datar menunjuk ke arah Hendra.
"Hendra Kusuma, tadz"
"Jadi?"
Senyap, tidak ada yang berani bicara. Ini juga pertama kalinya ada yang menghampiri kelas ketika ramai.
Alvan yang masih menunggu jawaban dengan alasan perbuatan Hendra mulai menyipitkan mata.
"Kita hanya becanda tadz, ya kan Is!" jawab Hendra gelagapan.
"I-i.."
"Diam, saya bertanya terhadap Hendra!" perintah Alvan memotong ucapan Ais untuk diam.
"Bubar! Saya akan menganggap ini selesai jika tidak ada peristiwa lanjutan,"
Reva kemudian membungkuk izin untuk mengajak Ais keluar, disusul dengan Hendra. Akhirnya semua bubar.
Namun Hendra masih menyimpan rasa kesal, meski tanpa tindakan perbuatan Alvan tadi cukup membuatnya sakit hati.
Madrasah sudah hampir tutup, hanya tersisa Zainal dan Alvan di kantor.
Tok tok tok
"Assalamualaikum ustadz," seseorang dari luar mengucapkan salam
"Wa'alaikumsalaam, masuk!" jawab Alvan menyuruh masuk.
Reva yang menggandeng tangan Ais langsung masuk.
"Permisi ustadz, ada yang mau kami bicarakan"
"Bentar, namamu siapa?" tanya Alvan
"Reva Anggraini, dan ini Aisyah Nur Izzah yang ustadz tolong tadi," jelas Reva memperkenalkan diri.
Alvan diam sejenak dan memperhatikan Ais, "silahkan duduk dulu, mau bicara tentang apa?"
Zainal yang mendengar percakapan tersebut langsung diberi isyarat untuk duduk di samping Alvan.
"Jadi sebenarnya kejadian perundungan di sini sudah lumrah ustadz, cuma tidak parah. Anehnya mereka seperti kompak hanya ke Ais saja yang parah,"
"Oke, stop dulu. Saya mau nanya ke Ais"-mengeluarkan pen dan buku kecil dari tas-"Ini kejadian sudah berapa kali?"
"Tidak tahu tadz, seingat saya tiap masuk pasti begini" jawab Ais lirih mencoba memberanikan diri bersuara.
Sambil bertanya Alvan mencatat beberapa poin yang dirasa perlu. Setelah sesi tanya jawab hampir selesai, "Siapa aja biasanya yang melakukan perundungan?"
"Hendra, Dyren, Ilham, dan Yandra tadz"
"Oke, coba dilanjut penjelasan tadi, mbak... reva!"
"Sudah ustadz, sudah antum tanya dan dijelaskan semua tadi sama Ais."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANDZA
Teen Fiction•Cinta Beda Usia• Aisyah Nur Izzah seorang anak yang sering mengalami perundungan baik itu di rumah, sekolah, maupun di tempat-tempat yang lain. Pengkhianatan teman, dikucilkan dalam circle merupakan makanan sehari-hari bagi dirinya. Namun.... Cint...