"HAHAHA" Gelak tawa tak henti nya memenuhi kamar seorang gadis yang disebut Asa itu.
"Bisa diem gak, del?" Asa kesal, pasalnya sahabatnya gak berhenti ketawa setelah ia menceritakan betapa konyol nya mengajak kenalan seorang pelayan cafe.
"Mau gimana lagi Sa, lucu banget lagian ajak kenalan udah kek om-om idung belang ngajak booking hotel" Jelas gadis seumuran dengan Asa.
"Huaaaa. Gimanaaa dongg Adelll, lo harapan gue satu-satunya. Kasih tau caranya dong puhh" Asa berkata seperti ini karena tau Adel memiliki pacar spek nya bukan maen.
"Lo kan sempet kenalan, namanya siapa tau kan pasti?" Tanya Adel memastikan.
"Tauuu. Namanya Marsha Lenathea Wirando" Seinget Asa gadis itu juga memberitahu nama panjang nya.
"Saran gue mending lo deketin lagi. Gak usah gengsi, turunin gengsi lo itu. Kalo mentingin gengsi kapan deket nya Sa" Saran Adel membuat Asa semakin frustasi. Ia terlalu malu untuk mendekati nya, ajak kenalan aja udah sekaku itu apalagi ngedeketin bisa mati kejengkang Asa.
"Hufttt" Helaan napas terdengar. "Baiklah, nyonya akan saya turuti perintah anda" Ucap nya lemas.
"Haha, gitu dong baru temen gue"
"Ooo jadi selama ini gue bukan temen lo gitu?" Tanya Asa membutuhkan validasi.
"Bukan-" Belum sempat menyelesaikan kalimat nya Adel sudah mendapatkan bantal melayang ke arah nya.
"Sialannn lo Adellll" Ucap Asa semakin brutal menumbuk Adel dengan bantal nya.
"Aduh-duhh gue belom selesai ngomong pekok. Maksud gue bukan temen artinya elo sahabat gue Sa." Bilang nya, kali ini ia serius dengan ucapan nya diakhir kalimat nya itu.
"Aaaa adell, jadi makin sayang deh. Siniii peyuk-peyuk" Ucap Asa dengan suaranya di imut-imut in gitu. Adel yang denger pun pengen muntah jadinya.
"Najiesss Saaa!"
•
•
•
"I really like her? Or just curious?" Benak Asa. Pikiran nya sedang kalut saat ini, ia bingung.
"Tapi, masa sih gue suka sama tuh cewe? Secepat itu" Asa dihantui banyak pertanyaan di benak nya saat ini.
Arghh
Kesalnya mengacak rambut dengan kasar, kemudian mulai masuk ke dalam kamar mandi untuk membilas tubuh nya. Daripada overthinking terus mending mandi pikirnya.
Pagi hari ini ia mulai kembali melakukan rutinitas nya. Mengerjakan dokumen kantor yang diberikan ayah nya. Tak ada habis nya dokumen itu berdatangan, membuat kepalanya kini sudah terlihat ada kepulan asap yang siap meledak kapanpun.
Meski begitu Asa masih diberi privilege oleh sang ayah. Dengan work from home jadi Asa tak perlu susah datang ke kantor . Asa hanya akan ke kantor bila ia benar-benar dibutuhkan dan juga kalo ada meeting project besar. Kalian juga pasti bertanya-tanya mengapa ayah nya terus ngepush Asa buat jadi yang terbaik? Karena ayah nya ingin menguji kelayakkan Asa untuk menjadi penerus bisnis keluarga.
"Gue harus kelarin secepatnya kalo mau ketemu sama Marsha. Kemaren gue gak nyentuh sama sekali nih dokumen, bisa diamuk ayah gue" Ciee udah punya support system nih walau baru kenal :v
Setelah mengerjakan semua kerjaan yang diberi oleh sang ayah, ini waktu bagi Asa untuk mengunjungi cafe tempat pujaan hatinya bekerja.
"Okay, Asa you must calm down" Belum apa-apa detak jantung nya sudah tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love With You (ZeeSha)
Non-Fiction"Masa sih gue suka sama tuh cewe?" - Asa "Aku Marsha Lenathea Wirando, panggil aja Marsha" - Marsha Mohon dukungannya untuk cerita ini selalu, ini adalah karya pertama ku setelah ganti pemilik dari akun ini.