Setelah berkendara kira-kira 30 menit an akhirnya mereka sampai di cafe. "Pesen apa lo?" Ucap Adel sembari membalikkan buku menu.
"Gue pasta carbonara sama minum nya lychee tea" Jawab Asa
Kini Asa maupun Adel sedang menikmati makanan yang baru datang tadi, "Del, Keano udah aman, 'kan?" Risau Asa, tapi dia percaya kok sama Adel.
"Tenang aje, gue udah bukain semua ikatannya. Mungkin sekarang udah sadar dia" Mendengar itu Asa hanya menganggukkan kepalanya.
Asa maupun Adel sudah menyelesaikan makan malam nya di cafe. "Lo mau kemana lagi abis ini?" Tanya Adel
"Hm ... Gue kangen sama Marsha. Gue pengen peluk dia. Apa gue nginep ya?"
"Serah lo, gue mah cuma jadi supir lo doang buat hari ini"
•
•
•
"Sayanggg aku kangenn, kita boleh cuddle ngga?" Asa bertanya seraya memperlihatkan cengiran mutadosnya.
"Boleh, tapi besok gak usah dateng lagi kesini" Jawab Marsha tenang sembari membereskan kasurnya.
Mendengar itu Asa berjalan mendekati Marsha yang masih berdiri membenarkan posisi bantal dan guling dan mulai memeluknya dari belakang.
"Babe, tunggu yaa? Aku beresin dulu, abis itu baru boleh peluk-peluk, oke?"
"Lagian ngapain sih diberesin nanti juga berantakan lagi" Marsha langsung menyentil dahi Asa "Ngomong yang bener dulu. Udah sana-sana" Ucap Marsha seraya melepaskan tangan Asa dari pinggangnya, bukannya terlepas malah semakin erat Asa memeluknya.
"Kasaaa lepasinn" Tanpa aba-aba langsung saja Asa mendorong Marsha ke kasur dan mulai menindihnya.
"K-kasa mau ngapain kamu?" Pasalnya Asa sudah terlihat seperti om-om hidung belang yang sudah dikuasai nafsu.
"Nothing, i just want to hug you" Dan benar saja, Asa mulai berpindah posisi kesamping Marsha dan mulai memeluknya dari samping.
"Sayang tu-" Belum selesai berbicara Asa langsung memotongnya "Gak, aku mau kaya gini bentar aja, yaa?" Marsha tidak dapat menjawab lagi, ia hanya pasrah saja jika Asa sudah masuk dalam mode clingy-nya.
Marsha membalikkan badannya menghadap Asa, "Cape, hum?" Jawaban yang didapat hanya anggukan.
Asa semakin mengeratkan pelukannya, hingga kini kepalanya sudah ada dileher Marsha, dengan jahil ia hisap dan jilat, "Eungh, babe!"
Asa hanya diam dan kembali melakukannya, "H-hey, are you not listening? Plea-- AHH!" Kini Asa menggigit kecil leher putih milik Marsha.
"Candu leher kamu" Ucap Asa enteng. Tak tahu saja gadis yang lebih muda sudah memerah wajahnya.
"Pelan-pelan, yaa?" Cicit Marsha gelisah, ini adalah pertama kali untuknya. Ia sedikit gugup.
Marsha dengan naluri nya mulai menutup mata ketika Asa sudah mengangkat kepalanya dan mulai mendekat, hembusan napas sudah terasa...
Waittt...
Kok gak terjadi apa-apa?!
Marsha mulai membuka matanya dan hal pertama yang ia lihat adalah Asa yang tersenyum sembari memandang muka nya, dengan satu tangan sebagai tumpuan kepalanya.
"Mikirin apa hm? Aku gak bakal ngerusak kamu, sebelum kita bener-bener sah. Tapi... Kalo kamu mau boleh lah tipis-tipis" Ucap Asa sembari memainkan alisnya nackal.
"Ihh nyebelinn, jelekk kamuu" Kesal Marsha mulai membalikkan badannya membelakangi Asa.
Dengan gerakan perlahan Asa mulai melingkarkan tangannya dipinggang Marsha, memeluknya dari belakang.
Marsha yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum, sembari mengusap tangan yang berada di perutnya.
•
•
•
"Mah... Marsha sedih mama belum bangun.. Mau sampai kapan mama nutup terus? Gak bosen, ya?" Lirih Marsha mengenggam tangan Alena.
Asa hanya bisa memberi usapan untuk menguatkan sang kekasih yang sudah terisak begitu lamanya. Setelah mendapatkan telfon dari pihak rumah sakit, Alena mengalami kejang-kejang dan lebih parahnya Elektrokardiogram atau alat rekam jantung menandakan jantung Alena berhenti berdetak.
Dokter melakukan tindakan cepat dengan menyetrum jantung dengan alat shock. Dan berhasil, jantung Alena kembali berdetak.
"Sayang... Udah yah, jangan nangis lagi. Mata kamu udah sampe bengkak gini loh" Prihatin Asa dengan kondisi gadisnya yang terus-menerus menangis tanpa henti, sampe udah gak keluar air mata lagi.
Tak ada tanggapan dari Marsha, ia masih sibuk memandangi wajah sang mama sembari mengelus tangan hangat Alena.
"Kasa... " Mendengar namanya dipanggil Asa langsung melihat ke arah Marsha.
"Hum? What's wrong? You need something, hm?" Suaranya begitu lembut siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung jatuh ke dalam pesona seorang Asa Wenadikta. Marsha beruntung memilikinya begitu juga Asa.
"Kalau aku penyakitan... Apa kamu masih mau sama aku? Nemenin aku sampe akhir, Kak?"
"Pasti, Sha" Melihat Marsha yang memalingkan muka Asa berhenti berbicara. "Hey, what's wrong, honey? Why did you ask like that? Of course, aku bakal temenin kamu sampai rambut kita memutih bersama, oke?"
"Jangan pernah nanya hal kaya gitu lagi, Sha. Aku jadi takut kehilangan kamu" Lanjut Asa.
"Harusnya aku yang ngomong kaya gitu, kak. Aku yang takut kehilangan kamu. Aku takut kamu berpaling dari aku, kak" Sendu Marsha, ia takut sangat takut! Kehilangan seseorang lagi.
"Gak akan pernah, Sha. Pegang ucapan aku. Aku kalo udah jatuh cinta sama perempuan secantik dan sesempurna kamu, mana bisa berpaling lagi. Ke siapapun itu. Lagian orang gila mana sih yang sia-sia bidadari secantik kamu, Sha" Ucapnya genit di kalimat terakhirnya sembari mencolek dagu Marsha dan memberikan wink.
"Dasar kamu masih bisa bercanda padahal lagi mellow gini" Marsha hanya bisa mengelengkan kepalanya. Bingung dia tuh! Asa gak pernah serius bawaannya.
"Makanya jangan cedih-cedih lagi Marsha-nya Asa. Asa engga mau Marsha sedih" Dengan suara yang di imut-imut kan membuat Marsha semakin gemas untuk tidak mencubit pipi Asa.
Gemas!
"Chaaa, kamu mau double date, gak?" Celetuk Asa. Tiba-tiba ia kepikiran sesuatu untuk membuat Marsha melupakan beban pikirannya sejenak.
"Double date? Sama siapa?" Tanya Marsha beruntun.
"Eum, mungkin kamu belum kenal. Tapi kamu inget gak pertemuan pertama kamu sama aku, di cafe itu aku gak sendiri datengnya. Aku sama temen aku, namanya Adel"
Tampak Marsha berusaha mengingat perkataan Asa sejenak, "OH! Iya-iya aku inget. Rambutnya sebahu panjang dikit, 'kan?"
"Right, kita bakal double date sama Adel dan pacarnya"
"Aku mau aja sih, tapi kemana emangnya, Kasa?" Tanya Marsha.
"Kalo kemananya nanti aku omongin sama Adel. Pokoknya kalian tinggal terima jadi aja" Ucap Asa dengan senyuman termanis yang ia keluarkan.
"Bisa banget kamu... Yaudah kalo gitu sekarang kita pulang deh. Aku mau ambil baju dan nginep beberapa hari disini nemenin mama"
Asa tidak menjawab tapi hanya mengangguk. Ia berhasil... Berhasil membalikkan mood Marsha kembali seperti semula.
Author's note
Sebentar lagi akan disuguhkan moment ZeeSha. Biar gak nyiksa amat bacanya AHAHA.
Kalau suka divotee ya kakak-kakak.
Sampaii jumpa di bab selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love With You (ZeeSha)
Non-Fiction"Masa sih gue suka sama tuh cewe?" - Asa "Aku Marsha Lenathea Wirando, panggil aja Marsha" - Marsha Mohon dukungannya untuk cerita ini selalu, ini adalah karya pertama ku setelah ganti pemilik dari akun ini.