|11 • Bersitatap Saling Serang

34 15 3
                                    

"Lamanya hadirmu apakah akan tergantikan dengan orang yang baru datang di hidupku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lamanya hadirmu apakah akan tergantikan dengan orang yang baru datang di hidupku?"

_Senandika Zensia_


•|°°°|•

Karena tidur semalam yang kurang nyaman. Gadis yang terbaring di kasur kini terbangun saat sinar hangat mulai masuk ke celah-celah jendela kamar. Melengguhkan kedua tangan ke atas, mengucek kedua mata dan membuang napasnya secara kasar.

"Aduhh," ringisnya kesakitan.

Rasyil membenarkan posisi. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan nyeri. Kedua matanya beralih menatap ke arah jam yang berbentuk katak. Penyuka ceropy, hampir semua barang yang dimiliki berbentuk katak. Padahal jika katak asli dia sudah jijik melihatnya.

"Jam tujuh?! Gue telat masa."

Dalam kondisi seperti ini pun, Rasyil masih memikirkan absensi sekolah. Katanya tidak mau jika di dalam rapot terdapat keterangan izin. Dapat merusak penglihatan matanya detik itu juga, pokoknya harus nol keterangan.

Dirinya lantas berdiri ke tepian ranjang. Belum sampai menginjakkan kedua kaki ke lantai, seseorang masuk ke dalam kamar yang membuat ia kaget.

"Mau ke mana?" ujar laki-laki itu dengan suara serak khas bangun tidur.

Rasyil mendelik, tangannya beralih mengambil guling serta melempar asal ke arahnya. "Bisa-bisanya menginjakkan kaki di kamar gue! Gue nggak terima. Lo keluar nggak sekarang!"

Lelaki itu hanya menghindari serangan bertubi-tubi yang Rasyil lemparkan, dari boneka yang ada di samping ranjang, bantal, guling, selimut, hampir semuanya gadis itu layangkan ke arahnya.

Lelaki itu melangkah maju, tiba-tiba suara lengkingan darinya memekakkan kedua telinga.

"Keluar.....!"

Rasyil menarik kasur karena geram.

"Selangkah lagi lo maju ke sini, gue bakal pites sampe penyet!" ancamnya dengan suara meninggi.

Lelaki itu hanya berdecih, tidak menghiraukan dan terus melangkah maju. Sedangkan Rasyil sedikit ketakutan, melihat wajahnya saja ia tidak mampu untuk menatap.

"Mamah....!"

Suaranya menggema hingga Bi Imah yang sedang di dapur pun mendengar. Menoleh ke belakang sedangkan Marin yang ada di meja makan hanya menghela napas pelan. "Sudah bangun ternyata, Bi. Saya tinggal dulu kalau begitu."

Mendengar kabar semalam dari Bi Imah lewat sambungan telepon jika putrinya pingsan tidak sadarkan diri. Marin dan Dirja yang awalnya ingin berangkat menuju luar kota mereka batalkan penerbangan saat itu juga. Memilih untuk kembali ke rumah sebab merasa khawatir dengan keadaan putrinya.

Senandika ZensiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang