|18 • Satu Tempat yang Sama

24 9 1
                                    

" Padahal aku dan kamu masih satu tempat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Padahal aku dan kamu masih satu tempat. Di mana kita sama-sama
pijaki tanah dengan kedua kaki yang
setia berdiri menemani. Namun, kenapa kamu malah menghindari? "

_Senandika Zensia_


•|°°°|•

Pagi ini disambut Lynia, Rasyil, dan juga Asfa yang tengah menonton pertandingan final bulu tangkis di stadion. Mereka bertiga berada di tengah-tengah keramaian orang yang berseru saling mendukung.

Rasyil yang mengajak kedua temannya. Beruntungnya mereka tidak menolak dan langsung mengiakan. Namun, Asfa telah meminta syarat sesuatu dan harus dipatuhi. Rasyil dan Lynia hanya mengangguk kepala saja tanpa tahu itu apa.

Saat laga final dimulai, para penonton dari ujung ke ujung mulai ramai dan riuh. Rasyil bersorak-sorai mensupport idolanya yang kini tengah bertanding, sedangkan Lynia serta Asfa hanya menepuk-nepuk telapak tangan, tak bersemangat.

"Eh, ayo dong beri semangat. Lemes bener kalian. Cepetan, buruan. Eh, itu, itu, lihat!"

"Oh, my ... got ... cha ... ya, ampun ... ganteng bener, uy. Tolong, tolong, gue mau pingsan," ujar Rasyil lebay. Orang mana yang nggak ketar-ketir kalau lihat idolanya dengan kedua mata sendiri, pasti di antara ramainya banyak orang di sana juga banyak yang sama merasakan hal sama. Tak wajar.

"Biasanya gue nonton dari televisi, tapi entah dari mana si papah langsung kasih lampu ijo, gue dikasih izin gitu aja pas tau kalau mau nonton."

"Yoo, go, go, go!! Ayoo semangat!"

Rasyil terus berseru. Lynia dan Asfa hanya meratapi nasib. Mengapa hari liburannya seperti ini, mengapa mereka mengiakan, sepatutnya tolak saja mentah-mentah biar temannya itu ke goreng sekalian. Biar menyala.

Setiap poin bertambah. Rasyil terus berdiri lalu bersorak-sorai, lainnya pun mengikuti.

"Woowww kwerennn! Idolakkkk! Ayo, lanjutkan!!"

Merasa lelah, Rasyil duduk kembali. Perasannya menegang saat lawan terus mengejar poin, sedangkan idola yang disupport Rasyil tidak kunjung menambah poin. Berakhir lawannya kembali menyamakan kedudukan.

"Yah ... kenapa harus babak ketiga, sih? Tadi bisa tuh, langsung embat aja dua babak sekalian," celoteh Rasyil.

Sedikit geram melihat kelakuan Rasyil daritadi. Lynia tidak bisa menahan lagi kali ini, ia harus bersuara. "Lu aja yang main sana, sekalian nambahin poin buat si idola."

Di tengah keriuhan Rasyil dan Lynia yang masih bersiteru satu sama lain. Asfa yang kali ini berucap, "Eh, gue mau ke toilet sebentar, ya ..."

Lynia dan Rasyil menoleh bersamaan. "Gue anter, ya," tawar Rasyil. Namun, hanya gelengan yang didapat. "Nggak usah, gue tahu kok toiletnya di mana. Entar lo ketinggalan lagi buat nonton babak finalnya."

Senandika ZensiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang