|20 • Tentang Kupu-Kupu

25 8 0
                                    

"Kupu-kupu tidak memandang kembali diri ulatnya, baik dengan rasa sayang maupun sedih, ia terus terbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kupu-kupu tidak memandang kembali diri ulatnya, baik dengan rasa sayang maupun sedih, ia terus terbang."

- Guillermo del Toro -

•|°°°|•

Asfani Daniahana, kerap sekali di panggil dengan Asfa. Perempuan yang menyukai kesendirian tapi tak suka kesepian, menyukai senja dan tenangnya malam. Satu lagi, ia menyukai sekali dengan kupu-kupu yang juga makhluk hidup ciptaan Tuhan.

Asfa sangat kagum tentang filosofi makhluk hidup yang diciptakan Tuhan satu ini. Filosofi kupu-kupu mengajarkan kepada kita bahwa tak selamanya hidup yang dijalani akan sama seperti di tahun setelahnya.

Banyaknya fase metamorfosis kupu-kupu melambangkan hidup manusia yang memiliki fase tersendiri.
Kupu-kupu yang awalnya hanya sebuah larva dengan tampilan tidak bagus, bisa berubah menjadi hewan yang menjadi simbol keindahan.

Diibaratkan dalam kehidupan manusia, jika saat ini belum memiliki apa-apa maka jangan pernah menyerah untuk berubah menjadi lebih baik, dengan tekuni juga selalu berusaha.

Asfa menyukai itu.

~|•|~

Kedua anak kecil sepantaran kini tengah berlarian saling mengejar, di bawah siluet pohon yang begitu rindang. Angin menerpa kencang wajahnya saat mereka mengencangkan kecepatan langkahan. Rambut hitam sebahu milik gadis kecil itu menari-nari terbawa oleh sepoian angin yang meniup.

Gadis kecil itu kelelahan, menghentikan langkah. Namun, tangan kecil lain menepuk jahil lengan miliknya.

"Kena!" ucapnya dengan tawa yang begitu nyaring.

Gadis itu sedikit kesal. "Ihh, nggak mau ... kan tadi aku udah bilang, berhenti dulu," cicitnya cepat, melipat kedua tangan mungil di depan dada.

"Nggak mau main lagi kalau gitu." Bibir mungilnya mengerucut.

"Iya, iya, aku minta maaf, deh."

Gadis itu yang tak lain adalah Asfa semasa kecil, langsung duduk sembarang di rerumputan membuat dres putihnya sedikit kotor sekarang.

"Nanti kamu dimarahin ibu, lho," ujar satu anak kecil itu memperingati.

Asfa saat itu tidak peduli, menulikan telinganya tiba-tiba. Anak kecil yang memperingati tadi lantas mengikuti Asfa, duduk bersebelahan, di atas rerumputan.

"Itu kamu juga malah ikut-ikutan. Celana kamu jadi kotor, tuh," ledeknya saat anak kecil itu bergeser agar sedikit mendekat.

"Kan biar kena marah bareng sama bunda dan sama ibu ...," ucapnya dengan nada polos. Mereka saling tertawa di sana.

"Terus?" tanya Asfa saat itu dengan pengucapan r menjadi l.

"Nanti dihukum bareng."

Kedua anak kecil sukses tertawa terbahak lalu menatap ke depan dengan kedua lutut tertekuk, menikmati matahari yang akan terbenam sebentar lagi.

Senandika ZensiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang