|14 • Kedatangan Teman

26 9 5
                                    

"Teman adalah bagian dari hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Teman adalah bagian dari hidup."

_Senandika Zensia_

•|°°°|•


"Lu dari mana aja?" tanya Lynia berkacak pinggang.

Tatapan sinis langsung diberi karena temannya tidak menyahut. "Yang ngajak elu, eh ... elunya yang datang telat. Gue udah nunggu lama asal lo tahu!"

Asfa kembali terengah-engah, membungkuk, sambil memegang kedua lututnya dengan kedua tangan.

"Iya, iya gue minta maaf."

Awalnya, Lynia ingin berpaling muka sama teman laknatnya itu dan akan berakting dramatis. Tapi, mendengar deruan napas Asfa yang tidak teratur. Matanya seketika mencuri pandang dan memicing.

"Lu habis ngapain habis dikejar maling di mana? Sampai tuh napas ngas, ngos, ngas, ngos?" cecar Lynia.

Asfa kembali menegakkan badan, ia layangkan tatapan tajam kepada Lynia. Kobaran api yang membara seketika mengepul.

"Mulut lo mau gue sumpal, hah? Andai lo tahu gue habis kena omel sama Bu Anik."

"Bu Anik?" ujarnya tak percaya. "Kena sanksi apa lo bisa-bisanya masuk ruangan keramat?"

Yang ditanya hanya mengedikkan bahu. Lynia tak menyerah. "Gimana ceritanya, woi! Gue pengen tahu."

Asfa melangkah keluar dari gerbang meninggalkan Lynia yang terus memohon-mohon sambil menggenggam lengan kirinya.

"Gara-gara lo, sih, nggak nerima telepati dari gue. Jadinya gue kena omel," celetuk Asfa sambil berjalan. Matanya menyapu pandang ke arah kendaraan yang mulai menjemput para murid.

"Hah, apaan anjay, telepati apaan ... Lo yang bener kalau ngomong," sungut Lynia benar-benar tidak mengerti apa maksudnya. Asfa kembali mendengus dan tidak merespon lagi.

Tiba-tiba lengan kanan Asfa tercekat oleh tangan Lynia. "Apa sih, Lyn?"

Lynia menguncang brutal dan membuat Asfa limbung ke samping.

"Ceritain cepetan..." pintanya hingga membuat geram karena rengekan yang dibuat-buat.

"Ya udah, gue bakalan cerita, tapi sambil jalan, nanti keburu sore ke rumah Rasyil nya, kita aja belum beli buah tangan." Asfa mengucap panjang lebar. "Sekarang lepasin ini dulu." Matanya menatap ke arah tangan sendiri yang terus ditarik.

"Oke." Lynia melepas eratan.

~|•|~

Setelah lari cukup jauh dari lelaki itu, dirinya terlihat sekali kebingungan.

"Gue mau lari ke mana?"

Ketika mendapati ruangan kosong, gelap, entah ruangan apapun itu, dirinya langsung bergegas masuk untuk bersembunyi dan terhindar dari siswa tadi.

Senandika ZensiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang