Nakael melambai saat Bastian berjalan pergi.
"babay.. makasih ya" ucapnya dan Bastian hanya mengangguk, Bastian berjalan pergi menuju rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter dari komplek rumah Nakael.
Nakael masuk kerumahnya dan mengunci pintu rumahnya itu.
"hewoo.." ucapnya dan melepas sepatu juga masuk ke kamar mandi, ia mencuci kakinya dan berjalan kearah meja dapur.
"kamu dari mana nakaelaaa?"
"el habis beli eskrim kok sama acil" Wintara menyendokkan nasi saat Nakael duduk dan menyendokkan nasi untuk Yunandar juga.
"yakin?"
"yakin papaaaa"
Ia menatap anaknya tidak percaya itu.
"memangnya bau parfume acil masculine seperti ini el? papa sama mami rasa.. parfume acil wangi vanilla dan manis."
Nakael mengendus bajunya dan tepat di lengan sebelahnya itu adalah dimana lengan Bastian dan tangannya menyatu dalam genggaman.
sehingga parfume masculine Bastian menempel di seragam Nakael.
"eh.. papa—
"Jujur."
"el pulang di anterin Bastian, el cuma di anterin pulang.. enggak lebih papa..." Ucapnya dan Wintara mengelus surai halus anaknya itu.
"papa.. nakael makan ya sayang... Habis ini bersih bersih, biar bajunya mami letakkan dalam mesin cuci"
Nakael mengangguk dan memakan makanannya itu.
"owh Bastian. papa kira siapa el." Ucap Yunandar sambil meminum kopinya yang masih hangat itu.
"papa ga marah?"
Yunandar menggeleng. "toh sama Bastian, bukan sama si Joshua Joshua itu."
"ih papa.."
"biarin aja, kalo dia berani sentuh kamu lagi.. satu keluarganya papa bikin pincang sama kaya dia"
Nakael mengangguk..
—
"apa? Papa tau kalo kak Joshua lagi pincang gara gara di tembak?"
"loh— He.. bukan, kan beritanya udah nyebar ke luar sekolah kamu.. masa seorang papa ga tau" ucap Yunandar dan pria itu lanjut makan, hingga selesai dan membaca korannya.
Yunandar mengetuk pintu kamar anaknya, dan Nakael mengizinkan papa nya untuk masuk.
yaa karena nakael hanya sedang belajar dan tidak terlalu sibuk sekali..
cklekk—
Yunandar masuk kedalam kamar Nakael dan duduk di kasur empuknya.
Kamar yang lumayan luas dengan kasur king size berwarna putih dan pink pastel dan kamar mandi di dalam dengan lemari putih untuk pakaian juga yang lain lainnya.
Yunandar sadar kalau kamar yang Nakael pilih sangat minimalis untuk kasur seukuran king size milik Nakael ini.
"kamu ga kesempitan?"
Nakael menggeleng dan ia memberhentikan acara belajarnya.
"engga papa, segini udah enaakk banget. Nakael suka kalo sunyi begini papa."
Yunandar mengangguk.
"kamu masih di gangguin sama Joshua Joshua itu nakael?" Nakael menggeleng sambil tersenyum.
"enggaa kok, tapi dia kasian tau papa. El habis nyemprotin mata dia pake cairan cabe yang di kasih mami.. terus pas El ngadu ke guru tiba tiba ada suara tembakan. Akhirnya semua pada keluar dan mengliat Joshua udah ketembak di kakinya" ucap nya panjang lebar dan Yunandar mengangguk paham.
"Itu balasan yang kurang setimpal buat dia." Yunandar bangun dan memeluk anak kesayangannya itu.
"anak papa sudah besar, pasti tau yang mana yang benar dan salah.."
Nakael mengangguk. Namun ia tidak paham dengan semua ucapannya itu.
Nakael memeluk balik papanya.
"mami mana?"
"dia lagi kerumah temennya yang sebelah komplek ituu. Katanya mau tuker makanan aja sih"
"papa"
"Hm??"
"kalo el suka sama temen el, papa marah enggak?"
Yunandar duduk di kasur dan Nakael duduk di sampingnya.
"enggak, memang nakael sudah ketemu first love nakael?"
Nakael megangangguk. "first love el kan papa sama mami"
Yunandar tersenyum hangat....
"tapi papa.. el takut jatuh cinta ke orang yang salahh"
"El kan sudah besar.. El bisa menjaga diri el, jadi jangan khawatir kalau kenapa kenapa ya El.. kamu lawan rasa takut kamu."
Nakael mengangguk paham..
"papa, el sayang banget sama papa juga mami. Papa tetep sayang el ya... Walau bagaimana pun keadaan el"
Yunandar memeluk anaknya itu.
"el cuma anak papa satu satunya kok."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
STALKER [NOMIN]
Teen FictionFIKSI di harapkan untuk bijak membaca BXB [Nomin] menceritakan seorang Nakael pemuda kelas 10 SMA yang harus merasakan Bullying oleh kakak kelasnya entah karena apa. Banyak luka fisik maupun batin yang Nakael rasakan karena pembullyan itu. ia tidak...