"Hukumanmu baru akan dimulai sekarang, Satya Dewantara. Aku akan memastikan itu" tegas Hanita
"Nn...hhita..." gumam Satya lemah dan pelan
Kedua bola matanya berair, menatap sang istri dengan tatapan mengiba. Tapi Hanita tidak peduli sama sekali, wanita itu justru menghunuskan tatapan yang dipenuhi dendam dan amarah.
Ditengah rasa sakit yang mendera tubuhnya akibat kejang yang saat ini dia alami, Satya menyadari sesuatu. Hanita sudah berubah, wanita itu tidak lagi mencintainya. Tatapan istrinya jelas jauh berbeda dengan dulu
Bala bantuan akhirnya datang, Dokter Sean masuk bersama dengan para perawat dan bergegas menghampiri Satya.
"Satya, relax. Jangan tegang dan santai saja" bisik Dokter Sean
Sementara perawat mulai menyuntikkan obat ke atas lengan Satya. Kepala lelaki itu masih terasa sangat sakit, tapi yang patut dia syukuri sekarang karena nafasnya tidak lagi sesak
Kejangnya juga perlahan mulai berhenti, tatapan mata Satya masih terkunci pada Hanita.
Dokter Sean sadar kalau kedua sejoli ini mungkin baru saja terlibat suatu hal yang tidak menyenangkan, mungkin ini juga yang membuat Satya kejang.
Dokter Sean menoleh pada Hanita, mengamati sang sahabat yang masih berdiri di belakangnya.
"Hanita, kenapa tidak bilang kalau Satya sudah bangun?" Tanya Dokter Sean tapi Hanita bergeming
Dokter Sean memberi kode pada perawat agar membawa Hanita keluar dulu, karena mereka harus melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap Satya.
Kali ini, Hanita tidak memberi perlawanan atau penolakan dalam bentuk apapun. Wanita itu menurut saat perawat memapahnya kelua
Tatapan Hanita terus terkunci pada Satya hingga tubuhnya dibawa keluar meninggalkan ruang perawatan sang suami.
Pun Satya, lelaki itu sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari Hanita hingga istrinya itu tak lagi terlihat. Sebulir air mata menetes dari mata kirinya
"Kamu pasti terkejut kan? Jangan panik, ini hanya sementara" ujar Dokter Sean coba menenangkan Satya
Satya hanya bisa diam tanpa memberi respon apapun lagi. Tubuhnya terasa sangat lemas, ditambah selang ventilator yang masih menyumbat mulutnya membuat dia mati kutu.
Dokter Sean pun mulai melakukan pemeriksaan terhadap Satya.
Sedang di depan sana, Hanita duduk seorang diri. Entah apa yang ada di dalam pikirannya sekarang
"Teruslah seperti itu, Sat. Jangan pernah sembuh. Ternyata tidak rugi aku memberikan obat peninggi tensi untukmu pagi itu" gumam Hanita lalu mengusap kasar sebulir air mata yang terjatuh ke atas pipinya
Tidak berselang lama, Perawat keluar dari dalam dan menyampaikan kalau pemeriksaan sudah selesai dilakukan. Hanita bisa masuk ke dalam jika berkenan
Hanita tentu saja berkenan, wanita itu melangkah masuk, tidak sabar ingin menemui suami terkasihnya.
''Satya baik-baik saja, Hanita. Setelah ini aku dan Dokter Alex sudah sepakat untuk mulai memberi perawatan tumor padanya. Sambil menyelam minum air, kami bisa sekalian menyembuhkan stroke yang suamimu derita" ungkap Dokter Sean panjang lebar
Hanita tidak menggubris apapun, selanjutnya wanita itu menatap Sean dan Satya bergantian.
"Sean, aku ingin Satya tetap seperti ini." Tegas Hanita
Dokter Sean mengernyitkan keningnya, perawat yang masih disini pun sampai menghentikan gerakan tangannya yang tengah membenarkan selang infus untuk Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Tears
Lãng mạnHanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kala...