Satya dan Hanita saling menatap satu sama lain, masih dalam posisi Satya yang menahan tangan Stella.
Mata seluruh orang yang hadir masih tertuju pada ketiga orang itu. Mereka semua mulai berbisik, membicarakan keributan antara Stella dan Satya yang juga melibatkan Hanita.
"Kamu membuatku malu,Satya! Istrimu itu juga!" Geram Stella sembari berusaha melepaskan cekalan Satya dari tangannya
Satya mengalihkan pandangan ke arah Stella, "Diamlah,Kak. Aku tahu kalau kamu yang mengawali semua ini! Apa yang sudah kamu perbuat untuk memprovokasi istriku?!" Sengitnya tak mau kalah
Stella diam mati kutu, tak mungkin dia mengatakan kalau wanita itu mengharapkan kematian keponakannya sendiri. Yang ada Satya akan bertambah marah
"A-aku" Stella gelagapan
Satya mencebik marah, lelaki itu melepaskan cekalan tangannya dari Stella hingga menyebabkan sang Kakak terhuyung. Dengan langkah tegap dan pasti, Satya menarik tangan Hanita meminta agar wanita itu mengikutinya
Hanita juga tidak menolak, ia mengikuti langkah panjang sang suami. Sebelumnya, Hanita juga masih sempat melemparkan tatapan tajam pada Stella
Shanum hanya bisa menatap kepergian Satya dan Hanita dengan tatapan nanar. Hatinya terasa remuk redam tapi dia tidak bisa meluapkan perasaan sakit itu disini.
Kamu masih mencintai Hanita, Sat. Hanya saja egomu menutupi semua itu. Lirih Shanum dalam hati
Erisa diam-diam menelisik wajah Shanum, dan wanita paru baya itu bisa menyadari perasaan Shanum yang sebenarnya.
"Shanum, kamu kenapa?" Tanya Erisa
Shanum buru-buru menetralkan kembali perasannya. Berusaha memaksakan sebuah senyuman di depan Erisa.
"Tidak apa-apa,Nyonya Besar. Mari kita lanjutkan acara ini" sahut Shanum
Meski Erisa masih penasaran, tapi dia enggan menanyakan itu pada Shanum. Apa dan bagaimanapun perasaan Shanum, biarlah menjadi urusan wanita itu dan Satya nantinya. Erisa tidak mau ambil pusing, dia enggan untuk bermasalah dengan Hanita lagi untuk sekarang ini.
Sementara itu, Satya membawa Hanita menepi dari keramaian. Mengajak sang istri ke tepi pohon yang ada di taman depan.
"Lepaskan aku,Satya" ujar Hanita
Satya menuruti keinginan sang istri, melepaskan pegangan tangannya. Hening dan sunyi, tidak ada dari mereka yang bersuara. Hanya bunyi gemricik dari air mancur buatan yang terdengar
Hanita menatap lekat Satya, dengan tatapan yang dipenuhi rasa kecewa dan amarah tapi juga terselubung sedikit rasa kagum disana.
"Kenapa kamu membelaku di depan Kakakmu?" Hanita mengawali pembicaraan
"Karena kamu istriku, aku tidak mau ada orang yang berusaha menyakitimu."
Satya melangkah ke depan lebih dekat dengan tubuh Hanita, membuat wanita itu melangkah mundur untuk menghindari Satya
"Bukankah sudah kubilang, kalau aku berbeda darimu? Aku...tidak akan pernah membiarkan siapapun termasuk keluargaku sendiri menindasmu,Hanita" tegas Satya
Hanita tidak bisa merasa senang mendengarkan penuturan tersebut keluar dari lisan sang suami. Hanita mengulum senyumn kecutnya yang membuat kening Satya mengerut
"Kamu meremehkanku,Hanita?"
Hanita tidak gentar, wanita itu menegakkan kepalanya, "Asal kamu tahu,Satya. Apa yang kamu lihat tadi itu belum ada apa-apanya dibanding dengan apa yang sudah terjadi selama ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Tears
RomansaHanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kala...