"Hanita, tunggu saya" panggil Erwin dari belakang
Hanita bergeming dan pura-pura tidak mendengar apapun, dia sudah sangat malas meladeni Erwin yang menurutnya sangat menyebalkan.
Disaat yang bersamaan, langkah Hanita harus terhenti karena petugas medis yang tiba-tiba saja datang berlarian dan meminta agar Hanita menepi. Mereka semua terlihat sangat buru-buru
Erwin dan Hanita sama-sama mengerutkan kening, mengamati para petugas medis itu dengan heran dan bingung.
"Apa ada tahanan yang pingsan?" Gumam Erwin yang masih bisa didengar oleh Hanita
Perasaan Hanita mendadak tidak tenang, entah kenapa tapi hatinya terasa sangat sedih.
"Satya..." gumam Hanita
Lalu setengah berlari wanita itu segera meneruskan langkah menuju tempat tujuannya.
Tubuh Satya yang masih tergeletak diatas lantai pun kini sedang berusaha di evakuasi oleh para petugas medis yang baru saja datang. Salah satu dari mereka mengecek denyut nadi di leher dan pergelangan tangan Satya
"Masih hidup tapi denyut nadinya lemah."
Mereka pun segera menaikkan tubuh Satya ke atas brankar dorong, tidak lupa memasangkan sabuk pengaman agar tidak jatuh lagi.
"Tolong pastikan dia tetap hidup. Dia tidak boleh meninggal karena interogasi ini." Ucap Ardian sedikit frustasi
Akhirnya brankar yang membawa Satya itu pun didorong keluar. Dan saat baru sampai diluar ruangan, mereka berpapasan dengan Hanita yang tiba disana beberapa detik lalu
DEG! Bak tertusuk sembilu jantung Hanita, dadanya berdesir melihat tubuh sang suami terbaring kaku diatas brankar. Wajah Satya yang sangat pucat ditambah darah yang mengucur keluar dari hidung dan mulut serta jangan lupakan bibir lelaki itu yang pecah-pecah
Hanita membuang tasnya ke sembarang arah, dengan langkah yang agak terhuyung segera dia mendekati sang suami.
"Sat! Apa yang terjadi padamu?!"
"Kenapa wajahmu sepucat ini?!" Teriak Hanita sembari mengguncang kedua bahu Satya
Erwin menyusul dari belakang, lelaki itu juga terkejut melihat keadaan Satya yang sangat jauh dari kata baik.
Tangan kanan Hanita terulur, mengusap dan membersihkan jejak darah kental yang mengalir keluar dari hidung dan mulut sang suami
"Apa ini? Kenapa kamu berdarah? Apa yang sudah mereka perbuat padamu?" Lirih Hanita
Hanita meremas dadanya sendiri yang terasa sangat sesak, "Aaaakh! Tidak! Kamu tidak boleh meninggalkanku, Sat!"
Hanita menundukkan tubuhnya, memeluk erat tubuh Satya. Dia membenamkan wajah ke atas dada sang suami yang sekarang tidak lagi bidang seperti dulu.
"Nnhh...-tth...-aaa..." lirih Satya pelan bahkan hampir tidak terdengar, lelaki itu menyadari keberadaan Hanita disini bersamanya
Erwin ikut merasa bersimpati melihat keadaan Satya dan Hanita. Erwin pun bisa melihat sedalam dan sebesar apa cinta Hanita untuk Satya
"Hanita, biarkan petugas medis membawa Satya ke rumah sakit." Ujar Erwin sembari berusaha menarik tubuh Hanita dari Satya
"Lepas! Jangan berani sentuh saya!" Pekik Hanita, wanita itu memutar kepalanya ke arah Erwin
Menatap Erwin dengan tatapan tajam dan dingin, seolah dia siap membunuh Erwin sekarang juga.
"Bawa suamiku, selamatkan dia." Tukas Hanita pada para petugas medis
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Tears
RomansHanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kala...