Satya masih berbaring diatas lantai yang dingin dan keras. Padahal sudah 30 menit berlalu sejak dia jatuh, tapi posisinya masih sama. Dalam keadaan tengkurap, tangan kanannya tertindis oleh tubuhnya sendiri.
Kepalanya yang terkulai ke kanan membuat pipi lelaki itu menempel ke atas lantai. Dalam keadaan bibir yang terbuka menyebabkan air liur Satya mengalir keluar dengan leluasa. Itu membasahi wajah Satya serta lantai yang ada disekelilingnya
Tidak perlu ditanya betapa mengenaskan Satya sekarang. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit, lemah dan tidak bisa digerakkan walau hanya sekedar hentakan kecil. Kepalanya terasa sangat sakit, dadanya juga sesak.
Dan dalam kondisi mengenaskan ini, Satya tidak bisa melakukan apapun. Selain hanya menangis dan meraung dengan erangan tidak jelas. Kantung mata kanannya bergelambir bahkan ruam dalam mata kanan nya yang sekarang ini sedikit buta pun terlihat sangat merah.
"Eeughh..." racau Satya
Sungguh dia berharap kalau siapapun itu akan datang dan menolongnya. Membantu atau setidaknya untuk membenarkan posisi tubuhnya sekarang. Tapi Satya juga malu jika ada orang lain yang harus melihatnya seperti ini.
Sekarang ini, meski masih sangat berat dan terasa tidak nyata untuk diterima. Tapi Satya mulai menyadari kalau kondisinya memang sudah berbeda. Tak lagi sama dengan dia yang dulu, hilang sudah kebanggaan dan kesempurnaan yang selama ini selalu Satya junjung tinggi. Terhempas begitu saja bersama dengan penyakit yang perlahan mulai mengambil alih kebebasan hidupnya.
Aku cacat! Benar apa yang dibilang Hanita, aku jadi orang cacat sekarang! Batin Satya frustasi
Rasanya sangat berat harus menerima kenyataan kalau sekarang ini dia hidup dengan menyandang label sebagai orang cacat. Penyandang disabilitas dan ini mungkin akan berlangsung untuk seumur hidupnya
Satya terus menangis, meratapi hidup sempurna miliknya yang hancur begitu saja hanya dalam hitungan jam. Kehidupan sempurna yang selama ini selalu dituntut oleh kedua orang tuanya, yang selalu mereka agungkan. Satya rasanya tidak sanggup jika harus menghadapi kedua orang tuanya dalam keadaan seperti ini
"Nngghh...ghh..." erangnya kesakitan
Seolah penderitaan ini belum cukup, Satya kembali harus terguncang mentalnya setelah ia menyadari kalau sesuatu baru saja keluar dari lubang pantatnya. Aroma menyengat dan tidak sedap yang berasal darisana, Satya hapal benar kalau itu adalah kotoran besarnya.
Lelaki itu tidak menggunakan diaper dibawah sana, jadi bisa dipastikan kalau kotoran besarnya bocor keluar dan mengotori lantai. Sekali lagi, Satya merasa sangat hancur dan berantakan.
Untuk seumur hidupnya, tidak pernah dia bayangkan akan hidup seperti ini. Buang air besar dalam keadaan tidak terduga dan menyedihkan.
"Hhhgghh..." teriaknya lirih
Tiba-tiba saja, Satya merasa lehernya tercekik. Mungkin karena dia yang sudah terlalu lama menangis, menyebabkan nafasnya mulai terganggu.
"Hh..annhiittah..." pekik Satya susah payah
Hanita? Wanita itu berdiri didepan ruang perawatan Satya, ketiga perawat tadi juga masih ada bersamanya.
Seperti biasa Hanita tidak menunjukkan ekspresi apapun. Selain wajahnya yang datar dan dingin. Hanita bukan tidak tahu apa yang terjadi pada sang suami di dalam sana
Karena suara erangan, tangisan dan teriakan Satya bisa dia dengar dari tempat dia berdiri sekarang. Suara yang lebih mirip seperti anak kucing itu sama sekali tidak menyentuh hati Hanita untuk masuk dan menolong sang suami. Menyelamatkan Satya dari ketidakberdayaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King Of Tears
RomanceHanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kala...