21. Kira-Kira

1.2K 98 27
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Bangsat lo."

Jake tentu saja kaget. "Lo napa, njing?  Tiba-tiba maki gue."

"Mana si Jay? Mana cecunguk itu?"

"Lo kenapa sih, Hoon?"

"Mana Jay? Biar gue puter leher kalian barengan."

"Sinting lo."

Sunghoon mendelik. Ia yang sebelumnya kesana-kemari mencari Jay melangkah lebar menuju Jake. Seperti singa yang siap menangkap rusa.

Jake tanpa sadar bergeser menjauh dari posisi duduknya, Sunghoon tampak menyeramkan.

"HEH! MAU NGAPAIN LO?!"

"Lo sama Jay tuh yang sinting!" sentak Sunghoon semakin membingungkan Jake yang bingung.

"Lo kenapa sih, sat? Baru aja gue pulang, baru duduk, udah lo maki. Sekarang lo kayak mau nerkam gue. Mana mau puter leher. Nggak jelas lo!"

"Lo sama Jay emang saudara bangsat! Bukannya bantu gue, kalian malah makin bikin adek jauh dari gue. Maksudnya apa coba acara pura-pura takut sama gue itu, hah?!"

"Dah tau lo?" tanya Jake enteng tanpa beban. Dia mengangkat tangan layaknya penjahat yang diringkus begitu Sunghoon bergerak ingin memukulnya.

"Chill, bro," Jake terkekeh. "Berarti rencana gue sama Jay berhasil, dong?"

"Maksud lo?"

"Gue sama Jay sengaja pigi ninggalin lo sama adek. Alasan aja mau nengok perusahaan biar lo ada waktu buat baikan sama adek. Eh, nggak taunya beneran dipanggil ke perusahaan. Awalnya gue sama Jay, tapi Jay kepaksa tinggal secara diakan pimpinannya."

Kalau diingat-ingat, lucu juga kejadian tadi sebelum Jake memutuskan pulang.

Sunghoon mendengus. "Jadi cuma leher lo yang bisa gue puter?"

"Gelap banget candaan lo," Sunghoon akhirnya duduk tenang di sebelahnya. "Jadi gimana? Lancar acara minta maafnya?"

"Ya gitu, deh. Untung aja adek kepengen es krim, kalo nggak gue nggak tau gimana caranya ajak ngobrol adek. Sempet nangis juga sih gue sama adek, selebihnya lancar terus happy ending."

"Terus adek mana? Gue nggak liat adek daritadi."

"Di kamar dia. Pulang dari beli es krim si adek tiba-tiba pengen beli buku sama alat tulis. Nggak tau untuk apa, tapi kayaknya dia mau belajar hitung-hitung, deh."

"Kok gitu?"

"Soalnya tadi adek nanya, gue pinter nggak matematika. Karena gue goblok ya gue jawab enggak. Terus dia nanya siapa yang bisa ngajarin, gue bilanglah lo. Kan lo yang paling pinter di antara kita tiga."

"Bisa gitu konsepnya?"

"Emang salah?"

"PAPA JAKE!"

Sosok yang dibicarakan pun muncul. Jungwon turun dari tangga, tampak lucu karena si kecil pelan-pelan dalam mengambil langkah. Kedua tangannya terdapat buku dan kotak pensil, sepertinya benar yang dikatakan Sunghoon.

"Kenapa, sayang?" tanya Jake begitu Jungwon tiba di hadapannya.

"Ajarin adek tambah-tambah dong, pa!"

"Tiba-tiba banget?"

"Soalnya tadi adek denger lagu tambah-tambah gitu, satu tambah satu dua gitu. Adek nggak ngerti, tapi adek pengen tau!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OUR LITTLE JUNGWONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang