.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Karena kedatangan Paman Hyuk semalam beserta ancamannya, Jay menjadi khawatir. Dan dia semakin kalut saat apa yang dia khawatirkan benar-benar terjadi.
Dia menduga bahwa Paman Hyuk akan menghasut, menggoda, atau bahkan mengancam orang-orang perusahaannya. Tujuannya satu, yaitu untuk mendapatkan lebih banyak saham pada perusahaan.
Jay tahu, bahwa tak semua orang-orangnya akan mudah berpaling. Tapi, yang namanya dihadapkan uang, siapa yang tahan?
Terlebih lagi, sasaran Paman Hyuk tak hanya petinggi perusahaan tapi juga karyawan bawahan. Ini bahaya, mereka bisa saja membocorkan strategi Jay, atau bahkan membocorkan rahasia perusahaan.
Memang Paman Hyuk masih satu pekerjaan samanya. Biar lebih mudah, Jay memegang kendali perusahaan induk sedangkan Paman Hyuk salah satu anak perusahaannya. Hanya satu, lainnya dipegang oleh Jake dan Sunghoon.
Jadi, ketika terpantau pergerakan Paman Hyuk ingin mengambil sebagian saham pada anak perusahaan lainnya, ini alarm bahaya.
Ancaman Paman Hyuk tak main-main. Setidaknya, Jay bersyukur Paman Hyuk tidak ada menyentuh Jungwon sekarang, atau belum.
Oleh karena itu, Jay jadi lebih giat bekerja, atau jadi gila bekerja. Dia yang biasanya bangun pagi, akan bangun lebih pagi lagi. Dia yang terkadang lembur jadi sering pulang tengah malam. Selalu seperti itu setiap hari.
Jake dan Sunghoon juga melihat perubahan itu, dan mereka menjadi khawatir. Keduanya tahu apa maksud kelakuan Jay, tapi ini sudah melewati batas.
Bahkan waktu Jay dan Jungwon jadi berkurang.
Tentu saja hal tersebut membuat si kecil sedih, namun tak terlalu ia perlihatkan. Sebab, Jake dan Sunghoon selalu bersamanya, mencoba mengalihkan perhatiannya dari Jay meskipun terkadang itu tidak berhasil.
Dan apa yang dikhawatirkan si dua kembar pun terjadi, Jay jatuh sakit.
"Kan udah gue bilang, jangan terlalu gila kerja, Jay! Gue tau lo khawatir karena ulah Paman Hyuk, tapi liat! Lo sakit kan, jadinya?"
"Gue juga setuju sama Sunghoon, Jay. Lo nggak sendiri, kita ini bertiga. Nggak harus selalu lo yang bekerja keras, gue tau beban lo karena jadi anak yang pertama tapi nggak gini juga."
"Oke, oke. Gue paham sama omelan kalian, tapi bisa berhenti nggak? Tolong, kepala gue makin sakit dengar ocehan kalian," ujar Jay seraya memijat dahinya.
Sejak dia terbangun namun tidak bisa bangkit, Jay tahu kondisinya sedang tak baik. Dan dia merasa semakin tak baik-baik saja karena Jake dan Sunghoon tak berhenti mengomel sedaritadi.
Jay tahu mereka khawatir, tapi sekarang dia lagi sakit!
Bukannya siapin obat atau ambilkan bubur untuknya, malah saudaranya semakin menambah sakit.
"Kita gini gara-gara khawatir!" Kata Jake tak terima. Siapa suruh saudaranya gila kerja?
"Oke, gue minta maaf," Jay meringis. Dia melirik sekitar. "Mana adek?"
Karena omelan panjang Jake dan Sunghoon, Jay jadi lupa bertanya perihal si anak.
"Di bawah, sama Bang Heeseung," jawab Sunghoon.
"Bang Heeseung? Ngapain?"
"Jenguk lo lah, bangke! Tapi, Bang Heeseung nggak bisa lama-lama, sih. Sibuk dia, tapi nggak sesibuk sampe bikin sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LITTLE JUNGWON
Fiksi Penggemar[Jungwon x 02z] Niat hati hanya ingin berbelanja perlengkapan mandi saja, tetapi mereka bertiga justru menemukan seorang bocah laki-laki dengan kondisi mengenaskan, tapi juga imut! Tanpa pernah diduga bahwa ketiganya harus menjadi ayah muda dadakan...