3

188 26 3
                                    

DIMOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬ ⏩
.
.
.
"Harapan yang besar di dunia yang kecil"

~^°°••°°^~

Masih menjadi pemandangan yang aneh untuk Nara berada di kampus barunya. Termasuk bertemunya dengan pelajar lain. Banyak karakter yang harus ia kenali dari setiap orangnya, baik perempuan maupun laki-laki.

Laki-laki barusan juga menjadi pertanyaan baginya. Sehingga dengan santai ia pun bertanya, "Yang tadi siapa?"

"Itu Kak Nesta, temennya Kak Neithen," jawab Mesya. "Dia tuh cowok yang dikejar-kejar Gazel," tambahnya memberikan sedikit informasi.

Nara hanya ber-oh saja seraya menganggukkan kepalanya.

"Anak olahraga emang cakep-cakep, postur tubuhnya bagus-bagus," ujar Mesya.

Kakinya melangkah, telinganya mendengar, tapi matanya berkeliaran mencari seseorang. Ya, Nara melakukannya.

Niatnya ke perpus tapi harapannya bisa melihat sosok lelaki itu di lapangan. Dari banyaknya laki-laki yang berkeliaran di sana, tidak ada satu pun yang mencuri perhatiannya. Lelaki yang menjadi targetnya memang tidak menampakkan diri di antara orang-orang itu.

"Ini perpusnya. Lo bisa nyari buku apa aja yang mau lo baca," ucap Mesya begitu tiba di perpustakaan kampus.

"Lo sering ke sini?"

"Suka. Tapi lebih sering ke kantin, sih," kelakar Mesya diikuti dengan tawanya.

"Gimana mau jadi pengusaha, teorinya aja lo nggak mau baca," celetuk Nara.

"Varen!" gumam Mesya seperti sedang mendengarkan sesuatu. "Na, lo tunggu di sini!" pintanya bergegas pergi meninggalkan Nara.

"Lo mau ke mana? Mey!" teriak Nara, namun gadis itu sudah hilang dari pandangan.

Meski untuk pertama kalinya memasuki perpus, Nara berharap tidak ada kesalahan yang dilakukannya. Tanpa ditemani Mesya ia melangkah mencari buku-buku yang menarik untuk dibaca.

Sesuai dengan cita-citanya untuk menjadi seorang pebisnis, Nara mencari buku yang membahas tentang hal tersebut. Di sebuah kursi ia duduk untuk membaca bukunya agar lebih santai.

Ada beberapa buku yang terletak di sebuah meja tepat di depannya. Namun ia tak menghiraukan, meski dalam hatinya risih melihat kelakuan manusia yang sudah membaca tapi tidak bertanggung jawab untuk menyimpannya kembali.

Hanya beberapa menit saja Nara kembali bangkit dari duduknya. Buku pertama ia letakkan di atas meja dan berniat untuk mencari buku lainnya. Namun baru dua langkah berjalan ia menahan kakinya, kemudian menoleh pada selembar kertas yang membuatnya penasaran.

Kertas tersebut menyatu dengan buku-buku yang menumpuk di atas meja. Buku yang membuatnya risih itu. Lembaran kertas tersebut terdapat sebuah tulisan yang membuat Nara ingin mengetahuinya, namun tidak semua tulisan terlihat karena tertutup oleh buku.

"Permisi!" Suara itu sontak membuat Nara terkejut dan spontan menoleh. "Elo!" gumamnya begitu melihat sosok laki-laki yang kini berdiri di hadapannya.

"Buku saya," kata lelaki tersebut mengarah pada meja yang menumpuk buku-buku di sana.

"Oh, ya ... sorry!" Satu langkah Nara mundur dari meja lelaki itu.

Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang