28

30 4 5
                                    

VOTE DULU WEEEH
HARGAI AUTHOR JANGAN MENJADI SILENT READER ☝️
.
.
.
"Gimana kalo kita nikah siri aja?"

ತ⁠_⁠ತತ⁠_⁠ತ

"Pola pikir seseorang juga mempengaruhi cara dia berbisnis. Pengusaha itu cerdik, tapi bukan politik. Mereka teliti pada hal-hal yang kecil, karena dari situ lah mereka akan memulai. Dalam dunia seorang pebisnis, hal sekecil apa pun sangat diperhatikan, jika itu melibatkan perekonomian. Hal kecil bisa saja menjadi sebuah keuntungan, bisa juga menjadi sebuah kerugian. Itu lah pentingnya menjadi seorang yang teliti dalam hal apa pun. Jangan gegabah, atau tembok yang kamu bangun perlahan, akan runtuh sekaligus." Dosen menjelaskan materi yang dibawakannya hari ini.

Satu kelas lengang. Mereka fokus mendengarkan, memahami maksud yang dosen katakan.

"Selain teliti, hal lain yang harus diterapkan adalah disiplin. Saya rasa disiplin ini penting dalam hal apa pun, tidak hanya dalam dunia pebisnis. Kenapa saya sebut disiplin itu penting? Ini sudah diajarkan bahkan dari kita masih duduk di bangku SD. Banyak sekali yang mencakup kata disiplin. Tidak hanya disiplin soal waktu. Ada juga disiplin dalam hal belajar, disiplin dalam hal mengajar, disiplin dalam bekerja, dan lain sebagainya. Sebenarnya apa itu disiplin? Ada yang tahu?" Dosen bertanya.

"Rajin," salah satu pelajar menjawab.

"Rajin. Boleh. Ada lagi?"

"Telaten," pelajar lain ikut menyahut.

"Ya, boleh. Disiplin itu bisa dibilang mencakup semua hal-hal yang baik. Entah itu rajin, rapi, telaten, tepat waktu, teratur, itu namanya disiplin. Menjadi seorang pengusaha, kita harus memiliki sifat ini. Pengusaha harus pintar, pengusaha harus cerdas, rapi, rajin, telaten, pandai me-manage waktu. Kita harus punya semua itu. Jika dasar sudah kita miliki, maka bisa kita mulai yang namanya berbisnis. Dasar ini yang kita sebut sebagai teori," dosen menjelaskan.

"Jangan hanya bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses, punya bisnis di mana-mana, tapi kerjaan nongkrong di warung Mak Ijah sambil ngomongin orang. Sekali-kali ke perpustakaan. Semakin banyak membaca, semakin banyak pengetahuan," Dosen menyinggung, bercanda.

Satu kelas terdengar gemuruh suara tawa, seakan sadar akan apa yang dosen katakan. Ya, itu memang kelakuan mereka setiap harinya. Bisa dibilang hanya dua puluh persen orang memilih ke perpustakaan ketimbang menongkrong di kantin. Perbedaan yang signifikan, bukan? Tentu saja.

Sebuah candaan itu menjadi penutupan. Dosen melihat waktu pada jam yang melingkar di pergelangan tangan, lalu keluar dengan menenteng tasnya

Hampir semua pelajar meninggalkan ruangan. Nara dan Mesya masih memilih untuk tetap duduk di kelas. Nara membuka kembali buku-bukunya, memahami materi mengenai marketing dan manajemen. Sementara Mesya menutup bukunya, merogoh handphone dari dalam tasnya.

"OMG, Nara!" Mesya mengumpat, melihat story Instagram milik Varen. "Veren bikin story sama cewek."

"Iya, terus kenapa?" Nara menyahut santai, masih membaca bukunya.

"Na ... ini cewek bukannya ..." Mesya menunjukannya pada Nara. "Nadine," Nara bergumam, mengenali.

"Cewek yang Neithen jemput dari sekolah?" Mesya melotot, menatap Nara yang masih santai.

Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang