JANGAN MENJADI SILENT READER
TINGGALKAN JEJAK KALIAN ⏬⏩
.
.
.
"Di mana kasih sayang untukku?"{~^__^~}
Mendengar suara itu Nara langsung menoleh, namun tetap dengan tatapannya. Mulutnya tak bersuara, menatap Neithen begitu saja.
Dengan sangat bingung Neithen pun memberikan senyuman tipis. Namun gadis itu masih tidak sadar dengan tatapannya. Nesta yang mendapati itu lantas menjentikkan jarinya di hadapan Nara. Dengan satu kedipan Nara langsung sadar.
"Serius amat natapnya," ucap Nesta.
Nara langsung mengalihkan pandangannya dari Neithen. Begitupun dengan Neithen yang langsung meraih tasnya. Di samping itu, Varen dan Mesya sibuk berdua mengenai foto-foto yang dicetaknya.
"Punya lo di sini juga? Ngapain lo gabungin, yaelah!" Mesya membuka amplop yang berisi foto-fotonya itu.
"Kan gua cetak sekalian, Mey. Gimana, sih, lo?"
"Gak harus lo gabung juga kali. Kan jadi ribet! Pake dilem segala lagi," gerutunya karena amplop tersebut tampak sangat rapi.
"Nggak! Nggak gua lem, kok." Varen menyahut setelah meneguk air dari botol yang dibawanya.
"Yang ini." Neithen memberikan amplop lain dan mengambil amplop yang Mesya buka. Keduanya sama-sama berisi foto, namun foto yang berbeda.
"Ah, pantesan aja. Yang itu punya lo, Kak?" Mesya bertanya pada Neithen, setelah membuka amplop yang berisi foto-fotonya.
"Iya." Neithen menjawab singkat saja, lalu dengan segera memasukan kembali amplop miliknya.
Hampir saja Mesya membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya. Untung saja Neithen membuka tasnya dan melihat amplop milik Varen masih ada di sana.
Nara masih terdiam membisu. Tatapannya tertuju pada Neithen dan amplop yang dimasukan laki-laki itu. Tentu sedikit heran bagi Neithen, melihat tatapan Nara yang tampak aneh padanya.
"Nara, lo ngapain masih bengong?" Mesya pun heran menghampirinya. "Fotonya udah ada. Ayo!" ajaknya.
"Eh, sebentar!" Nesta menahannya. Sedari tadi ia memperhatikan tatapan Nara pada Neithen, begitupun sebaliknya.
"Nara pulang bareng gua," ucap Nesta.
Tentunya mendapati sebuah lirikan dari Neithen.
"Euh oke." Mesya mengangguk. "Nanti fotonya gue masukin tas lo, ya."
"Lo anterin gue pulang, ya!" pintanya pada Varen.
"Sibuk!" sahut Varen.
"Gue bilangin Mama lo kalo—"
"Oke!" potong Varen menyetujuinya dengan cepat.
"Lo tunggu di sini, gue ambil tas!" Gadis itu langsung berlari meninggalkan Varen dan yang lainnya.
"Tas gue, Mey!" ucap Nara, lalu sambil berlari Mesya menyahut, "Ya."
"Gua anter bocah dulu, nggak papa, ya?" kata Varen pada Neithen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) END
Romance"Dia taat pada Tuhannya, tapi Tuhan yang berbeda" -Narafa "Orang yang kucintai harus terluka karena orang yang mencintaiku. Aku terjebak dalam permainannya." -Narafa