Bab 12

35 4 0
                                    

Diego tersenyum lebar saat banyak berita yang beredar mengenai presiden utama organisasi tersebut telah meninggal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Diego tersenyum lebar saat banyak berita yang beredar mengenai presiden utama organisasi tersebut telah meninggal.

Malam hari itu..

"Selamat malam Diego, ada apa kamu berkunjung malam hari begini!?" Sambut Presiden William

"Tidak perlu basa-basi. Aku tahu semua rahasiamu! Daddy!"

William, tepatnya Kim Arthur terkejut dengan panggilan Diego.

"Akhirnya kamu mau memanggil seseorang yang mengadopsi mu dengan Daddy, yah?" Arthur tersenyum

"Hentikan!" Geram Diego

"William Joong! Putra sulung Presiden Joong Arish, profesor pencipta serum m.p!" Diego menatap tajam Arthur

"Kau membunuhnya, saat William berada di Hawai dengan istrinya. Kau pun membunuh istrinya yang tak tahu apapun! Kau membuat berita pengalihan bahwa William telah mati karena kecelakaan!!! Begitu kejam dan novelis sekali kau membuatnya!!"

Diego berdiri mengancam Arthur yang sudah menatap bengis putranya itu.

"Dino.."

"Stop it!! Stop calling me like that! Dino was die!!"

Diego melempar tali yang akan otomatis mengikat targetnya.

Arthur duduk dengan tubuhnya yang terikat penuh dengan jebakan putranya.

"Kau mengubah wajahmu, memungkinkan agar mirip dengan William yang pada saat itu baru di angkat menjadi Presiden Organisasi ini!"

"Harusnya uncle Kimta yang menjabat, Daddy! Kenapa kau tega merampasnya!?"

"Kau tidak pernah berhasil membuat kloningan lagi karena ada hal yang tidak pernah bisa kamu dapatkan, kan!?"

"Darah papah! Salah satu syarat kloningan itu terbentuk adalah dengan mencampur darah milik papah yang langka bukan!?"

"It's Shame.. karena keserakahan dan tindakan ceroboh mu, papah pergi meninggalkanku!!"

"Tapi kau tidak pernah mendapatkan satu tetes pun darah ku! Karena aku tahu semua rahasia tentangmu!!"

"Dino..."

Diego melempar vas bunga yang berada di meja tamu. Diego mengambil serpihan vas tersebut dan mengacungkannya ke muka Arthur

"Daddy tidak pernah sekalipun memanfaatkan kelebihan papah, nak.." ujar Arthur dengan sendu

Diego masih keukeuh memegang serpihan vas tersebut walau darah dari telapak tangannya kini bercucuran.

Arthur segera menarik Diego yang berada di pangkuannya hendak membunuh dirinya langsung mendekapnya, mengelus punggungnya dengan kasih sayang.

"Daddy selalu menyayangimu, papah juga."

Reach The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang