Bab 28

67 8 3
                                    

✾ Gardenia ✾

Usai pelepasan balon dalam rangka pembukaan rangkaian acara perayaan ulang tahun sekolah, kini seluruh murid memenuhi area tribun lapangan basket. Seperti yang sudah diumumkan beberapa waktu yang lalu, festival perayaan ulang tahun SMA Cakrawala dibuka dengan lomba antar kelas, yaitu pertandingan basket.

Azka selaku penanggungjawab pertandingan basket pun mendekati Arjuna dan menyerahkan kertas berisi susunan pertandingan dari babak penyisihan sampai babak final kepada sang Ketua OSIS.

"Ini ada yang mau lo revisi apa gimana?" tanya Azka.

Arjuna menatap kertas itu dan menggeleng kecil. "Enggak ada deh. Bagus aja. Gue mau ke tempat anak-anak basket dulu sekalian ngeliat Gilang sama Kiara. Lo gapapa gue tinggal ngawasin sendiri?"

"Aman." Azka menjawab.

Arjuna pun berjalan mendekati anak-anak basket di mana anak-anak basket putra maupun putri sedang melakukan briefing. Namun, seorang gadis yang berdiri di dekat bangku cadangan tim basket putri, sukses menarik perhatiannya. Gadis itu tidak lain adalah Nadira.

"Ra," panggilnya.

Nadira yang saat itu sedang fokus menyiapkan keperluan teman-temannya yang akan bertanding pun lumayan terkejut dengan kehadiran Arjuna. Sampai botol-botol air mineral yang berada di tangannya terlepas dari genggaman.

"Astaga, Ra. Maaf banget udah buat lo kaget," ucap Arjuna sembari membantu Nadira memunguti botol-botol tersebut.

"Gapapa, kok," balas Nadira yang sepertinya masih terlihat canggung di hadapan Arjuna.

Entahlah.

Rasanya masih sulit untuk bisa percaya, jika laki-laki yang berdiri di hadapannya saat ini juga mempunyai perasaan yang sama dengan dirinya. Sadar akan hal tersebut, Arjuna hanya tersenyum tipis. Baginya, sikap Nadira yang demikian bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. Itu hal yang lumrah.

"Gak ikut tanding?" tanya Arjuna basa-basi.

Nadira terkekeh kecil. "Gue mana bisa main basket."

"Who knows?"

Nadira menggeleng. "Boro-boro main basket, olahraga aja jarang. Yang ada gue jadi beban tim, kalau ikut tanding."

"Mau gue ajarin gak?" tawar Arjuna tiba-tiba dan menciptakan kerutan di dahi Nadira.

"Aneh banget, tiba-tiba mau ngajarin gue basket."

Arjuna menggedikkan kedua bahunya. "Siapa tau lo minat, gue bersedia jadi coach-nya."

“Kalau gue bilang, gue gak minat, gimana?” Untuk pertama kalinya, Nadira memberanikan diri menatap Arjuna cukup lama.

“Yah, sayang banget. Padahal kalau lo mau, gue bakal kasih promo spesial, buy one get one. Jadi nanti lo gak cuma dapetin ilmu basketnya aja, tapi dapet gue juga,” ujar Arjuna dengan mimik wajahnya yang sok melas.

Lagi-lagi Nadira dibuat tertawa oleh ocehan Arjuna. Entah sedang kesambet apa laki-laki itu sampai kepikiran gombalan semacam itu. Pasti ajaran Gilang, nih.

“Ada-ada aja lo, Jun.”

“Promo terbatas ini, Ra. Cuma lo doang yang bakal gue tawarin. Gimana?”

“Juna, udah ih. Lo tuh nggak cocok gombal-gombal kayak gitu.”

Arjuna tergelak. Sejujurnya dirinya juga merasa demikian. Namun, tidak apa-apa. Setidaknya ia bisa ikut bahagia melihat Nadira tertawa karenanya.

“Ya udah deh, kalau gitu tawarannya gue ganti.” Alis Nadira naik sebelah, seolah bertanya 'apa?'

“Besok berangkat bareng gue,” cetus Arjuna yang lebih terdengar seperti pernyataan daripada sebuah tawaran.

“Emang nggak ngerepotin lo? Kan besok acara puncaknya. Pasti lo bakalan sibuk banget,” balas Nadira.

“Cuma jemput lo, nggak akan bikin waktu gue berkurang, Ra. Lagipula juga searah jalannya.”

Nadira pun mengangguk. Mana mungkin ia bisa menolak ajakan Arjuna. Ia sudah membuka pintu untuk laki-laki itu memperjuangkan dirinya, maka sebisa mungkin ia akan menghargai setiap usahanya.

“Kalau gitu gue pergi dulu,” pamit Arjuna yang kemudian melenggang dari hadapan Nadira.

✾ Gardenia ✾

Di tengah keramaian supporter basket, ada seorang gadis yang merasa kesepian. Ia duduk di tribun paling ujung, tanpa ada satu orang pun yang menemani. Ia adalah Aldara. Semua orang terkesan menjauhi gadis itu, usai keributan yang terjadi antara dirinya dan Nadira.

Tangannya mengepal kuat, ketika ia menyaksikan kedekatan Nadira dan Arjuna beberapa menit yang lalu. Rasanya sangat menyesakkan. Image-nya sudah hancur di hadapan Arjuna dan semua temannya. Tak ada lagi yang mau mempedulikannya. Bahkan, Azka sekalipun.

Lihat saja, setelah Arjuna pergi, tidak lama kemudian Azka datang menghampiri Nadira dan memberi gadis itu sebotol minuman. Entah sejak kapan laki-laki itu jadi sebegitu perhatiannya pada Nadira, yang jelas itu semakin menumbuhkan rasa ketidaksukaan Aldara pada Nadira.

Dengan perasaan kesal, Aldara berjalan ke arah Nadira dan Azka sembari membawa botol berisi air.

BRUK!

Aldara dengan sengaja menyenggol bahu Azka dari belakang dan menyiramkan air tersebut ke tubuh Nadira.

“DARA! LO APA-APAAN, SIH?” teriak Azka yang langsung mendorong Aldara dengan keras, hingga gadis itu terjatuh.

“ARGH! AZKA! KOK LO DORONG GUE, SIH?” balas Aldara tidak terima.

“Lo sendiri ngapain nyiram Nadira kayak gitu? Belum puas lo sama yang kemarin?”

“Apaan sih lo, Ka? Nggak usah nuduh-nuduh deh. Orang gue nggak sengaja. Lagian itu juga cuma basah sedikit. Nggak usah lebay!”

Merasa geram dengan tingkah Aldara yang di luar nalar, Azka pun mengambil botol air, kemudian menyiramkannya ke tubuh gadis itu.

“AZKA!”

Tak ayal, teriakan itu pun berhasil menarik atensi beberapa orang yang berada di dekat mereka.

“Apa? Mau marah?” ejek Azka yang merasa puas melihat kondisi Aldara saat ini.

Katakanlah Azka jahat, ia tidak peduli. Menurutnya, orang seperti Aldara harus diberi pelajaran. Supaya tidak bertindak seenaknya.

Sementara itu, nurani kecil Nadira merasa iba dengan Aldara. Walaupun sebenarnya ia juga kesal karena disiram oleh gadis itu. Namun, ia bukanlah orang yang bisa berbahagia di atas penderitaan orang lain.

“Azka, udah. Nggak enak dilihatin orang-orang,” tutur Nadira.

“Biarin aja, Ra. Biar dia malu sekalian.” Azka sama sekali tidak peduli dengan pendapat orang-orang tentang dirinya.

Mungkin, dulu ia memang memiliki perasaan pada Aldara, tapi sekarang perasaan itu sudah lenyap bersamaan dengan kepercayaan yang telah dihancurkan oleh gadis itu.

“Azka, gue nggak nyangka lo bakal berubah secepat ini! Mana yang katanya lo suka sama gue? Cuma segini doang perjuangan lo, hah?”

Azka tersenyum sinis. “Lucu ya lo, Dar. Kemarin-kemarin ke mana aja? Giliran sekarang nggak ada yang mau sama lo, lo jadi ngungkit hal itu?”

“Dara ... Dara. Nggak selamanya orang akan suka sama lo. Harusnya lo bisa introspeksi diri, kenapa sikap gue bisa berubah ke lo. Lo sendiri yang udah rusak kepercayaan itu. Jadi, gue rasa lo juga nggak berhak menuntut apapun dari gue sekarang.”

“Perasaan gue buat lo udah hilang.”

Untuk kedua kalinya Aldara dipermalukan di depan umum, dan itu akibat dari perbuatannya sendiri. Kini, semua orang menyorakinya, persis seperti kejadian pertengkarannya dengan Nadira.

✾ Gardenia ✾

✾ Bab 28
✾ ditulis oleh Awliyaslv_

[02] Gardenia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang