Bab 20

66 6 0
                                    

✾ Gardenia ✾

Nadira mengusap rambutnya dengan handuk sambil berjalan menuju kasurnya. Ia menatap ponselnya yang memberikan notifikasi bahwa ada beberapa panggilan tak terjawab dan satu pesan masuk. Gadis itu menatap notifikasi itu dengan tatapan heran.

"Ngotot amat tuh penipu sampe nelponin mulu. Pake ngirim pesan segala." Nadira duduk di atas kasur dan meraih ponselnya. Ia penasaran juga jadinya. Ketika ia membuka pesan tersebut, ia langsung menjerit kaget.

"WHAT?!"

Ia bahkan tanpa sadar membanting ponselnya, untung saja tak sampai pecah. Ia segera mengambil ponselnya lagi dan menatap pesan itu seolah memastikan apakah ia tak salah baca.

"In–ini beneran Juna?! Juna?! Juna?! Arjuna?! Gue mimpi apa semalem woi?!" jerit Nadira salah tingkah.

Belum sempat ia menyelesaikan jeritannya dan kegilaannya, nomor itu kembali mengirimkan pesan.

Arjuna
Kok cuma diread aja? Ini beneran nomor Nadira, 'kan?

Nadira langsung duduk di lantai dan memegangi dada kirinya. Jantungnya berdegup kencang dan wajahnya memerah sempurna layaknya tomat.

"MAMA! PAPA! ANAKMU SALAH TINGKAH BRUTAL!" jerit Nadira. Untung saja orang tuanya tak ada di rumah.

Ting!

Juna kembali mengirimkan pesan. Nadira langsung melotot begitu membaca isinya.

Arjuna
Eh, apa gue salah nomor, ya? Maaf kalo gue salah nomor. Gue pasti ganggu.

Nadira langsung saja mengetikkan balasan. Ia tak mau membuat sang pujaan hati merasa bersalah. Tidak! Arjuna tak salah, Nadira yang salah!

Nadira
Enggak kok. Ini benar nomor gue. Maaf, gue tadi abis mandi. Tangan gue basah, jadi susah ngetik. Makanya cuma gue read.

Nadira langsung melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Ia menggigit bibirnya untuk menahan jeritannya lagi. Astaga, waktu itu ia bertukar pesan via DM dan sekarang via WhatsApp? Apakah setelah ini ia akan bertukar cincin dengan Juna?

Nadira langsung menggelengkan kepalanya mengusir pikirannya itu. Ia memegangi kepalanya dan langsung menenangkan diri. "Astaga, Nadira. Kepala lo isinya halu semua gara-gara suka bikin cerita. Dunia nih enggak seindah Wattpad," ucapnya menasehati dirinya sendiri.

Ting! Balasan dari Juna mengalihkan perhatian Nadira. Gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dan meraih ponselnya. Ia tersenyum lebar begitu membaca balasan dari Juna.

Arjuna
Syukur deh kalo gue enggak salah nomor.
Eh, gimana kabar naskah lo? Udah beres belum? Butuh bantuan?

Nadira menggigit bibirnya menahan teriakan yang sudah berada di ujung mulutnya.

Nadira
Sudah beres kok. Anak-anak di kelas juga udah acc. Katanya naskahnya sesuai.

Arjuna
Oh, ya? Gue boleh liat enggak? Penasaran soalnya. Hehe.

Nadira langsung berlari menuju meja belajarnya dan membaca naskahnya. Ia ragu, tapi Juna ingin melihat hasilnya. Ia ingin melihat bagaimana Juna menatapnya dengan kekaguman seperti saat pemuda itu membaca ceritanya di akun Wattpad miliknya.

Gadis itu kemudian menjawab bahwa Juna bisa membaca naskahnya besok di sekolah.  Ia menggigit bibirnya dengan perasaan gugup.

Arjuna
Oke. Sampai ketemu besok, ya.

Nadira tersenyum lebar. Besok! Batinnya senang. Besok ia akan bertemu dengan Juna dan ia berharap bahwa pemuda itu akan kagum kepadanya.

Nadira ingin memberitahu Kiara, tapi tiba-tiba saja ia urung. Ia yakin kalau ia memberitahu Kiara, pasti sahabatnya itu akan heboh dan langsung memberitahukan kepadanya untuk makin gencar kepada Juna. Ia tak sanggup kalau harus melakukan pendekatan yang lebih agresif kepada Juna.

"Besok aja deh. Biar Kiara liat sendiri. Hehe."

✾ Gardenia ✾

Nadira berjalan menuju ruang OSIS dengan perasaan gugup. Di tangannya ada naskah yang akan ia perlihatkan kepada Juna. Setelah jam istirahat berdentang tadi, ia langsung kabur menghindari Kiara yang menatapnya heran.

Nadira mengembuskan napas panjang dan mencoba menyemangati dirinya sendiri. Saat ia akan mengetuk pintu OSIS, tiba-tiba ia ragu. Ia gugup dan langsung berlari menuju toilet. Di sana ia menatap pantulan dirinya di cermin dan mengerang gugup.

"Astaga. Ayolah, Nad! Lo pasti bisa. Cuma tinggal tunjukin aja naskah ini ke Juna dan dengerin pendapat dia. Ayo! Lo pasti bisa! Pasti!" ucap Nadira.

Setelah ia yakin, tiba-tiba saja ia merasakan perutnya sakit. Mungkin saking gugupnya ia malah merasa sakit perut. Ia langsung memasuki bilik toilet untuk menangani masalahnya. Tepat saat Nadira masuk ke dalam bilik toilet, bilik di sebelah terbuka. Aldara keluar dari sana dan menatap naskah yang ada di atas meja depan cermin wastafel.

Aldara mengangkat naskah itu dan mencibir begitu membaca bahwa itu adalah karya Nadira. Gadis yang menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS itu langsung menatap naskah itu dengan seringai licik. Ia bawa naskah itu pergi dan ketika ia melewati sebuah bak sampah di koridor, ia langsung memasukkan naskah itu ke sana. Tepat setelah ia membuang naskah itu, seorang murid membuang satu gelas berisi es cokelat ke bak sampah yang sama.

Aldara tersenyum senang melihatnya. Itu artinya naskah itu pasti basah di dalam bak sampah itu dan takkan ada yang bisa Nadira lakukan untuk menunjukkan naskah itu kepada Juna.

"Dara? Lo ngapain di sini?" tanya Azka. Aldara langsung memasang wajah polos. "Hm? Abis dari Kantin. Lo mau kemana? Ruang OSIS? Bareng yuk," ucapnya dengan nada riang. Azka mengangguk dan segera mengajak Aldara ke ruang OSIS.

Di dalam toilet, Nadira panik mencari naskahnya yang hilang lantaran ia tinggal sebentar. Gadis itu membuka bak sampah dekat meja wastafel, siapa tahu kalau naskahnya jatuh ke sana, tapi tak ada.

"Duh, kemana sih?! Kok bisa ilang?!" tanya Nadira panik.

Nadira langsung mengambil ponselnya dan menelpon Kiara. Tepat begitu tersambung, ia langsung berseru panik, "KIARA! NASKAH GUE ILANG!"

Kiara bertanya dimana Nadira sekarang dan ketika telah mendapatkan lokasi Nadira, Kiara langsung mematikan panggilan tersebut dan tak lama kemudian Kiara tiba dengan Gilang juga Juna. Nadira duduk menunggu di depan koridor toilet dengan wajah sedih.

"Nad, lo gapapa? Kok bisa ilang sih?" tanya Kiara panik. Begitu melihat wajah Juna, Nadira langsung memeluk Kiara dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa telah mengecewakan Juna sekarang.

"Udah, jangan nangis. Nanti kita cari, oke? Lo terakhir tinggalin dimana? Inget enggak?" tanya Kiara. Nadira menjelaskan bahwa ia meninggalkan naskah itu di atas meja wastafel toilet ketika ia pergi ke bilik toilet untuk menangani masalah sakit perutnya. Setelah ia keluar, ia sudah tak mendapati naskahnya lagi di sana.

"Ki, ilang! Naskah gue, ilang! Hiks!" Habislah, Nadira sudah tak sanggup lagi menahan tangisnya.

"Tenang, oke? Kita cari. Pasti ketemu," ucap Kiara.

"Bener tuh, pasti ketemu kok. Gue sama Juna bantuin pasti!" ucap Gilang.

Juna menatap Nadira dengan tatapan kasihan. Pasti Nadira sangatlah sedih lantaran naskah itu adalah kerja kerasnya dan sekarang malah hilang. Ia menepuk pundak Nadira dengan lembut dan berkata, "tenang, ya? Pasti ketemu kok."

Nadira hanya diam, tapi ia memeluk Kiara dan tangisnya mulai reda. Oke, sepertinya hanya Juna yang bisa meredakan tangisnya Nadira.

✾ Gardenia ✾

✾ Bab 20
✾ ditulis oleh girlRin

[02] Gardenia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang