Bab 4

87 8 0
                                    

✾ Gardenia  ✾

Memang benar, ya. Jika kita tertimpa kesialan, maka yang kita terima pertama kali dari seorang sahabat adalah tertawaan. Persis seperti yang dilakukan oleh Kiara saat ini. Menertawakan Nadira tanpa henti.

Kesal sudah pasti. Namun, katanya hal-hal kecil seperti inilah yang malah membuat suatu hubungan persahabatan awet.

“Sumpah ya, Ra. Gara-gara cerita lo barusan, gue jadi beneran percaya kalau cinta bisa bikin orang goblok mendadak. Kayak lo contohnya,” ujar Kiara masih dengan tawanya.

“Puas-puasin ketawa lo, Ki. Belum aja lo ngerasain jadi gue,” balas Nadira kesal.

“Dih, sorry ya. Kalaupun gue suka sama orang nanti, gue juga gak akan kayak lo. Gue itu tipe orang yang bakal mencintai secara ugal-ugalan. Jadi, gak ada tuh acara turun dari angkot gara-gara grogi abis dipeluk gebetan,” timpal Kiara begitu jumawa.

“Serah lo deh, Ki. Capek gue.” Nadira beranjak keluar kelas meninggalkan Kiara di tempatnya.

Daripada makin stres meladeni tingkah songong sahabatnya, lebih baik ia pergi ke kantin untuk memberi makan cacing-cacing yang ada di perutnya.

“Ngambek nih ceritanya?” teriak Kiara saat melihat Nadira pergi.

“LAPER! MAU KE KANTIN!” sahut Nadira dari luar kelas.

“Ih, tungguin!”

Akhirnya, Kiara menyusul Nadira. Keduanya berjalan beriringan di koridor sambil terus mengobrol. Ralat, lebih tepatnya Kiara yang mengoceh.

Anak itu memang lebih hiperaktif jika dibandingkan Nadira. Bahkan kadang kala Nadira yang tergolong introvert ini kesulitan untuk mengimbangi energi Kiara. Maka tidak heran, jika orang-orang lebih mengenal Kiara daripada Nadira. Karena Kiara anaknya social butterfly banget.

“Ra, gimana kalau gue kasih lo tantangan?”

Tuh, kan. Apa Nadira bilang? Gak akan ada habisnya kalau sama Kiara tuh. Ada aja idenya.

“Apalagi sih, Ki? Gue tuh laper. Lo gak usah ngide yang aneh-aneh deh,” keluh Nadira yang hampir frustasi menghadapi Kiara.

“Tenang aja. Ini malah akan membantu lo untuk lebih dekat sama mas crush. Gimana? Mau gak gue kasih tantangan? Gampang kok.”

Tanpa sedikit pun rasa keraguan, Nadira langsung menggelengkan kepalanya. Menolak mentah-mentah tawaran Kiara. Kali ini Nadira sungguh tidak ingin mengambil risiko sekecil apapun.

“Gak mau! Makasih. Biarin perasaan gue tuh gue sendiri yang nanggung. Lo cukup doain yang terbaik aja buat gue.”

“Yaelah, Ra! Kalau cuma doa doang juga percuma. Apa-apa tuh harus dibarengi usaha dong.”

“Lah, doakan juga termasuk usaha. Malah jalurnya VIP.”

“Susah emang kalau ngomong sama lo mah.” Sekarang ganti Kiara yang meninggalkan Nadira.

Agaknya gadis itu juga sama lelahnya menghadapi ketakutan Nadira yang sepertinya sudah mencapai titik level tertinggi. Namun, Kiara tentu tidak ingin menyerah sampai di sini. Demi kebahagiaan sahabatnya, jalan seterjal apapun akan ia trobos.

Kalau lo gak mau maju, biar gue aja yang maju buat lo, Ra! batin Kiara.

✾ Gardenia  ✾

Nadira melongo, melihat Kantin yang sudah dipenuhi oleh para murid. Padahal biasanya juga tidak seramai ini.

“Ngapain lo diem di sini? Bukannya duduk,” tukas Kiara.

[02] Gardenia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang