Bab 13

72 8 0
                                    

✾ Gardenia  ✾

Nadira berjalan memasuki kelasnya yang kebetulan sedang jam kosong karena beberapa guru sedang ada rapat. Begitu ia memasuki kelasnya yang memang ramai karena anak-anak di kelas tak ingin membolos ke Kantin, mereka lebih suka duduk berbicara dengan teman-teman dan menghibahkan banyak hal. Nadira langsung berjalan ke depan kelas dan berdehem kecil meminta perhatian teman-temannya.

Ekhem!

Semua pasang mata menatap ke arahnya. Tiba-tiba saja Nadira ragu. Ia gugup ditatap begitu banyak orang apalagi ia mengumpati kebodohannya yang tiba-tiba termakan emosi karena ucapan Aldara tadi di toilet dan langsung bertindak tanpa pikiran yang matang.

“Kenapa, Nad?” tanya Kiara yang paham kalau Nadira gugup.

Nadira menarik napas panjang dan kemudian berkata sambil menggenggam erat jari-jemarinya. “Gue bakal bikin naskah dramanya.”

Kiara tersenyum lebar. Ia langsung berdiri dan menatap Nadira dengan tatapan berbinar. “LO SERIUS? KELAS KITA BAKAL NAMPILIN DRAMA TEATER? LO BAKAL NULIS NASKAHNYA? BENERAN, NAD?” seru Kiara kepalang senang.

Nadira mengangguk kecil dan menggigit pipi bagian dalamnya. Ia gugup. Bagaimana kalau teman-temannya malah tak lagi berminat dengan ide teater? Bagaimana jika keberanian yang sudah ia pupuk sedemikian rupa malah berakhir sia-sia? Bagaimana jika benar nanti Arjuna hanya akan berakhir dengan Aldara? Bagaimana jika nanti Arjuna takkan pernah menatapnya lebih dari sebatas temannya Kiara?

“YUHU! HORE!”

Nadira yang tadinya larut dalam pemikiran buruknya malah mendengar teman-teman sekelasnya bersorak gembira. Bahkan Kiara langsung berlari memeluknya dan mencoba mengangkatnya. Nadira panik dan menjerit minta dilepaskan.

“AAAAA! GUE SAYANG BANGET SAMA LO! BENER-BENER, AKHIRNYA OTAK LO JALAN JUGA, NAD! GUE BANGGA SAMA LO!” seru Kiara.

Nadira menepuk-nepuk pundak Kiara meminta dilepaskan. Apalagi Kiara terlalu erat memeluknya. Ia tak bisa bernapas dengan benar.

“Woi, Ki! Kagak bisa napas itu si Nadira! Ntar dia mati kagak ada yang nulis naskahnya!” seru salah satu murid.

Kiara langsung melepaskan pelukannya dan kemudian tertawa terbahak-bahak. “Hahaha ... maaf, ya. Gue terlalu seneng soalnya!” ucap Kiara.

Nadira mendelik kecil dan kemudian menatap teman-temannya. Ia terharu karena mereka malah menatapnya dengan tatapan penuh syukur. Rasanya Nadira seperti dibutuhkan dan ia menyukai perasaan ini.

“Oke! Kalau gitu kita bakal pake ide apa nih? Lo bakal bikin naskah yang bagaimana?” tanya si Ketua Kelas.

Kiara menatap Nadira dan bertanya, “lo udah ada ide?”

“Gardenia.” Itulah jawaban singkat dari Nadira yang membuat teman-temannya malah memasang raut wajah bingung.

“Hah?”

“Gardenia itu melambangkan cinta yang tulus dan tak pernah padam. Gue kepikiran bikin ide itu,” ucap Nadira dengan malu-malu.

“Kita bikin teater cinta-cintaan gitu?” celetuk salah satu murid.

Nadira menundukkan kepalanya ragu. Bagaimana jika mereka menolak dan tak setuju dengan idenya? Ah, Nadira kembali berkecil hati.

“Kalau kalian enggak suka, kita bisa ganti ke yang la—” Belum sempat Nadira menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba saja murid yang tadi langsung menimpali, “kalau gitu naskah lo harus lebih keren daripada kisahnya Romeo sama Juliet.”

Nadira menatapnya bingung. “Ha?”

Murid itu tersenyum kecil dan melanjutkan, “karna lo bakal bikin naskah kisah cinta, kalo begitu gue harap naskahnya lebih wah daripada kisah cinta Romeo dan Juliet. Gue pengen banget pengalaman pertama gue dalam seni peran begini adalah penampilan yang menakjubkan. Gue tau kalo teater taun lalu itu naskahnya yang nulis lo. Cewek gue soalnya anak teater juga. Gue harap lo bisa nampilin karya yang bagus dan buktiin ke semua orang kalau anak teater tuh enggak bisa diremehkan.”

[02] Gardenia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang