Bab 16

70 9 1
                                    

✾ Gardenia ✾

Suasana lapangan SMA Cakrawala siang ini cukup ramai, karena ada gabungan mata pelajaran olahraga antara kelas 11 IPA-3 dan 11 IPA-2. Kebetulan pula, itu adalah kelas Nadira dan Arjuna. Rasanya seperti semesta sedang mendukung Nadira untuk lebih dekat dengan pujaan hatinya.

"Hari ini, saya sengaja menggabungkan kelas kalian, karena besok saya harus ke luar kota. Jadi, untuk jam mata pelajaran saya besok di kelasnya Arjuna, akan diganti dengan mata pelajarannya Bu Mita," jelas Pak Wawan—si guru olahraga, yang hanya mendapat respon anggukan dari para muridnya.

"Jadi, langsung saja ... hari ini kita akan praktik skipping menggunakan tongkat. Jadi, challenge-nya adalah kalian harus bisa melompati tongkat tersebut, tanpa menyentuhnya. Satu orang akan saya beri 2 kali kesempatan. Sampai sini, paham?"

"Paham, Pak!" seru para murid.

"Bagus. Saya akan kasih contoh sekali, lalu kalian bisa mulai praktiknya."

Pak Wawan berjalan menuju area praktik yang sebelumnya sudah disiapkan. Sebagaimana yang telah diucapkannya barusan, beliau sukses mempraktikkan dalam sekali percobaan.

"Oke, saya akan panggil satu-persatu sesuai absen. Dimulai dari kelas 12 IPA-2. Arjuna Devananda."

Sudah pasti Arjuna menjadi orang pertama yang maju, karena inisial namanya selalu menjadi yang teratas.

"Semangat, Jun! Lo pasti bisa!" seru Aldara tiba-tiba, mengundang sorakan dari para murid yang menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang manis.

Di situ, Nadira hanya bisa menghela napas panjang. Aldara memang tipe cegil yang sulit sekali ia lawan. Jangankan memberi semangat, ngobrol berdua saja masih suka gemetaran sendiri.

"Caper banget sih tuh cewek," cibir Kiara pelan.

"Biasa, haus perhatian dia," timpal Gilang yang memang sejak tadi berdiri di samping Kiara.

Keduanya sama-sama menunjukkan raut tidak sukanya pada Aldara. Malahan, kelihatan lebih sewot dibandingkan Nadira yang wajahnya tampak kalem. Meskipun sebenarnya juga hatinya kepanasan, sih.

"Ra, lo gak boleh diem aja. Bisa-bisa lo ditikung sama si Dara," bisik Kiara mengompori.

"Terus lo mau gue ngapain? Ikutan teriak-teriak kayak gitu? Males banget," sahut Nadira yang seolah pasrah dengan pemandangan di depan sana.

"Ya ngapain gitu. Kasih minum atau apa kek. Inisiatif dikitlah, Ra."

Namun, yang namanya Nadira mau diceramahi sepanjang apapun, kalau sudah di mode setengah malas seperti ini juga tidak akan bergerak.

"Gak mau ah. Gue males kalau ribut-ribut nanti. Lagian, sekarang tuh waktunya pelajaran. Bukan ajang caper," cetus Nadira membuat Kiara berdecak sebal.

Karena tak mendapat dukungan langsung dari sang pemeran utama, ide lain muncul di kepalanya. Tiba-tiba saja Kiara berseru, mengajukan nama Nadira untuk maju mempraktikkan tugas dari Pak Wawan.

"Pak, Nadira mau nyoba duluan katanya."

Mata Nadira sontak melotot, tidak terima dengan apa yang baru saja Kiara lakukan. "Ki, lo apa-apaan, sih!"

"Udah, lo tenang aja. Ini gue lagi bantuin lo nunjukin ke Arjuna kalau lo layak jadi ceweknya."

Sungguh tidak masuk di akal. Apa hubungannya coba praktik olahraga sama jadi pacarnya Arjuna? Suka mengada-ada memang Kiara ini. Ingin sekali rasanya Nadira menceburkan sahabatnya itu ke rawa-rawa.

Kok bisa Nadira dulu mau menerima Kiara sebagai sahabatnya?

"Wah, bagus itu! Ayo, Nadira. Langsung ke depan saja," sahut Pak Wawan yang membuat Nadira tidak bisa berkutik lagi.

[02] Gardenia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang