Bab 30

94 7 1
                                    

✾ Gardenia ✾

Keesokan harinya, seperti janjinya maka Arjuna datang menjemput Nadira. Ketika ia tiba di depan rumahnya Nadira, ia melihat ada Ayahnya Nadira sedang pamit kepada sang istri dan kemudian menyapa Arjuna sebentar sebelum akhirnya pergi berangkat bekerja. Baru saja Arjuna akan menyapa Ibunya Nadira, tiba-tiba saja gadis itu berlari keluar dari rumah dan langsung berteriak pamit kepada Ibunya.

“Hati-hati. Jangan lari-lari!” tegur Ibunya Nadira. Arjuna yang melihat itu langsung menggeleng kecil. Ia menyerahkan helm kepada Nadira yang diterima oleh Nadira dengan tatapan kagum.

“Lo bisa bawa motor? Gue kira lo cuma bisa bawa mobil doang,” ucap Nadira sambil memasang helm itu, tapi Arjuna langsung mengambil alih ketika Nadira akan mengaitkan pengait helm itu. Tindakan Arjuna kembali membuat Nadira berdebar-debar.

“Bisa kok, cuma jarang aja soalnya kalo berurusan apa-apa dan bawa barang banyak kalo pake motor bakal repot. Mending pake mobil biar gampang,” ucap Arjuna sambil mengulurkan tangannya membantu Nadira naik ke atas motornya.

Motor Arjuna ini motor Honda CBR150R. Tadi malam, Arjuna menelpon Gilang untuk menanyakan kira-kira dengan apa ia harus menjemput Nadira dan Gilang pun menyarankan agar menjemput Nadira menggunakan motor. Kebetulan mendiang ayahnya Arjuna dulu juga peminat motor jadi Arjuna sempat diajarkan mengendarai kendaraan itu dan bahkan Rajendra juga sering membelikan motor sebagai hadiah ulang tahun Arjuna dulu. Apalagi Arjuna juga punya SIM. Hanya saja memang selama menjabat jadi OSIS, Arjuna suka berurusan dan membawa banyak barang makanya ia lebih suka membawa mobil daripada motor.

Setelah memastikan Nadira sudah duduk dengan baik di belakangnya, Arjuna pun pamit kepada Ibunya Nadira yang masih memperhatikan mereka dengan senyuman.

“Duluan, Tante! Assalamu'alaikum!” pamit Arjuna. Wanita itu membalas, “Waalaikumsalam. Hati-hati, ya!”

Selama perjalanan, Nadira menahan diri untuk memeluk perut Arjuna apalagi hari ini Arjuna terlihat begitu keren dan menawan. Pemuda itu menggunakan jaket kulit seperti anak motor dalam film-film yang sering Nadira tonton. Apalagi motor Arjuna ini sangat cocok untuk anak motor. Sebegitu sempurnanya sosok Arjuna dalam benaknya.

Arjuna menghentikan motornya ketika lampu merah menyala. Ia menatap spion dan terkekeh geli saat melihat Nadira melirik ke arah Arjuna. Tangan kanan Arjuna bergerak menarik tangan Nadira agar memeluk perutnya. Tindakan Arjuna itu membuat Nadira melotot yang mana dalam benak Arjuna itu sangatlah lucu.

“J—Jun ...”

“Nanti jatuh, Ra. Kalo lo jatuh, nanti luka.” Arjuna membalas dengan suara yang agak terendam karena ia memakai helm. Namun, Nadira masih bisa mendengarnya. Suara Arjuna yang seperti itu malah semakin membuat debaran jantung Nadira menggila.

Baru saja Nadira akan menjawab, tiba-tiba saja Arjuna menjalankan motornya karena memang lampu sudah hijau. Hanya saja Nadira yang tak siap itu pun langsung bergerak maju dan menabrak punggung tegap nan lebar milik Arjuna. Nadira bisa mencium aroma parfum yang dipakai oleh pemuda itu dan itu sangatlah wangi. Tanpa sadar, Nadira mengeratkan pelukannya pada perut Arjuna dan menghirup dalam-dalam aroma parfum Arjuna sambil memejamkan matanya. Arjuna yang melihat itu dari spion pun tersenyum dan kembali memusatkan perhatiannya kepada jalanan di depannya.

✾ Gardenia ✾


Kiara dan Gilang saat ini sedang berebut susu kotak rasa vanila yang memang rupanya sisa satu hari ini di Kantin. Kata penjual Kantin, besok baru datang stok barunya. Kiara yang memang penikmat susu vanila langsung membelinya setelah ia baru sampai ke sekolah tanpa tau bahwa Gilang juga melakukan hal serupa.

“Gilang goblok! Balikin ini punya gue!” seru Kiara. Gilang menggeleng cepat. “Mana ada. Gue punya nih! Ayolah, Ki. Lepasin. Gue butuh asupan nih. Kemarin gue capek banget menang di pertandingan dan dapet juara dua. Lo ngalah dong. Kagak menang juga kemarin waktu tanding basket!”

“Enggak ada hubungannya, ege!” balas Kiara tak mau kalah.

Gilang juga tak mau kalah. “Lo beli yang lain aja. Susu cokelat kek, strawberry kek. Noh, susu pisang biar kayak Jungkook. Gue mau yang ini, Ki!”

“ENGGAK!”

“Lo berdua ngapain?”

Keduanya menoleh dan mendapati Arjuna juga Nadira berjalan mendekati mereka. Arjuna yang melihat itu langsung melerai keduanya dan merebut susu kotak rasa vanila itu dan menyerahkannya kepada salah satu murid OSIS yang tak sengaja lewat di dekatnya.

“Eh, apaan nih? Buat gue?” tanya murid itu. Arjuna mengangguk. “Ambil gih. Gue yang bayar. Daripada temen-temen gue pada rebutin itu. Mending mereka enggak dapet sama sekali.” Arjuna menjawab.

Murid itu mengangguk dan mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya pergi dengan perasaan senang. Arjuna menatap Kiara dan Gilang yang memasang raut wajah kesal.

“Gini adil, kan? Sama-sama enggak dapet,” ucap Arjuna tanpa beban. Nadira yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecil.

“Juna ih! Ngeselin banget sih.” Kiara menggerutu kesal, tapi ia berjalan mengambil susu pisang pada akhirnya. Gilang menatap Arjuna dengan tatapan tajam dan kemudian mengambil susu kotak rasa cokelat.

“Nih, buat lo.” Arjuna menyerahkan susu kotak rasa cokelat dan sebungkus roti isi rasa melon kepada Nadira. Gadis itu menerimanya dan mengatakan terima kasih. Arjuna mengangguk kecil dan kemudian membayar ke kasir. Ia juga sekalian membayarkan milik Kiara dan juga Gilang bahkan tak lupa susu kotak rasa vanila yang ia berikan kepada murid OSIS tadi.

“Hari ini lomba apa aja?” tanya Gilang kepada Arjuna. Tak marah lagi soalnya minumannya dibayarkan oleh Arjuna.

“Lomba ’kan udah habis semua kemarin. Hari ini ada pertunjukan paduan suara, tari sama marching band trus kalo enggak salah ada fashion show juga. Sisanya besok puncaknya pertunjukan teater sama penampilan Tulus.” Arjuna membalas.

Gilang menatap Kiara dan Nadira. “Gimana persiapan kalian buat besok? Acara puncak lho besok tuh.”

Kiara membalas dengan penuh percaya diri. “Tenang aja. Besok bakal aman dan gue bakal tampil memukau sebagai pemeran antagonis. Hahahaha! Gue bakal bayangin kalo si protagonis tuh Aldara. Biar dapet banget perasaan pengen nyekek.”

“Ki, yang bener aja lo. Jangan begitu,” tegur Nadira.

“Biarin ih. Biar lega perasaan gue!” ucap Kiara tak mau dinasehati.

“Emang sih, tapi kesian ntar temen kita yang mainin peran protagonis. Masa lo mau nyekek dia beneran?” ucap Nadira tak habis pikir.

“Iya juga, ya? Ah, gapapa. Totalitas!”

Nadira pun hanya bisa menggelengkan kepalanya geli.

“Bentar lagi bel. Yuk, taruh tas dulu abis itu kita nonton acara hari ini.” Arjuna mengajak ketiganya.

“Yuk. Sekalian gue mau liat penampilan yang tampil fashion show. Baju apa aja yang mereka pake. Soalnya gue sempet denger ada yang bikin gaun dari kertas koran!” ucap Kiara dengan penuh antusias.

“Beneran? Wah, pasti keren! Yuk!” Nadira yang mendengar itu juga ikutan penasaran. Sementara itu, Gilang dan Arjuna hanya bisa menggelengkan kepala mereka yang tak paham dengan antusias para perempuan.

✾ Gardenia ✾

✾ Bab 30
✾ ditulis oleh girlRin

[02] Gardenia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang