3

242 12 0
                                    


Shania membayar jajanannya. Waktu istirahat dari kegiatan ospek ia gunakan untuk jajan di luar kampus. Ia sendirian ke sana karena Arellia memilih untuk sarapan di kantin. Ini bukan kali pertamanya ia ke sini jadi sudah tak resah lagi tak ada yang menemani. Dirasa pesanannya sudah lengkap, Shania kembali lagi ke FEB dengan jalan kaki.


Drt! Drt!


"Shan, ayo cepat ke sini! Nanti kamu telat lagi loh!" cemas Arrellia. Shania sampai menjauhkan ponselnya dari telinga.


"Aku mau ke sana. Ini lagi otw. Ya sudah, aku tutup dulu!"


Sepatu hitamnya kotor. Shania menepuk-nepuk debu yang ada di sana. Itu adalah perbuatan Rose, padahal dia tadi tak telat juga. Sudah hari terakhir ospek, Senin depan Shania akan belajar di bangku perkuliahan. Ia tak sabar menunggu Senin tiba.


Bruk!


"Maaf Kak, saya tak sengaja!" mohonnya. Shania jongkok memunguti kertas-kertas milik orang yang ditabraknya. "Sekali lagi saya minta ma..maaf."


"Lo ceroboh banget sih!" kesal Nathan. Miliknya menjadi tak beraturan.


"Maaf," cicitnya lagi.


Nathan tak menjawab. Dia langsung pergi meninggalkan Shania. Sementara itu, gadis  itu masih terpaku menyadari kebodohannya. Bagaimana bisa ia menabrak tuan mudanya tadi. Ini karena Arrellia yang memburu-buruinya.


Drt! Drt!


"Aduh, gawat! Tiga menit lagi."


Ia berlari ke gedung CH. Arrellia sudah menunggu di depan pintu. Keduanya memilih kursi paling belakang karena yang depan sudah terisi. Tak seperti biasanya, anak-anak memilih kursi paling depan.


"Kok keliatan pada semangat ya orang-orang?" tanya Arrellia berbisik.


"Mungkin karena ini sudah mau penutupan kali," jawab Shania seadanya.


Arrellia masih penasaran pun bertanya ke teman di sebelahnya, "Ada apa sih ini, Co?"


"Ketua BEM Fakultas mau kasih sambutan entar," jawab Rico. Arrellia yang mendengarkan sambil minum tak sengaja menyemburkannya kepada wajah Shania.


"Sorry, Shan. Sorry!"


"Iya gapapa."


"Woy Kak Nathan, Shania!!!" girangnya.


"Maksud kamu..."


"Halo semuanya!" sapa Nathan dengan mic di atas panggung. Semua yang ada di sana menjawab dengan semangat. Berbeda dengan Shania, ia tak menyangka jika tuan mudanya yang irit bicara dan terkesan dingin menjadi ketua BEM. Sepanjang sambutannya, Shania hanya bisa menunduk. Entah ada apa dengannya, tetapi ia selalu salah tingkah apabila berkaitan dengan Nathan.

Duka dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang