4

234 9 0
                                    


Mentari terbit seperti biasanya, tetapi ini terasa lebih cerah bagi Shania. Pasalnya, ia akan belajar di bangku perkuliahan sekarang. Ia juga lebih segar, walaupun hanya tidur dua jam. Kelas pertama dimulai pukul 07.00, Arriella sudah menempatkan barisan paling depan untuk Shania. Para mahasiswa baru belajar dengan penuh semangat sampai matkul pertama selesai.


"Shan, ke kantin yuk!"


"Lia, aku mau ke toilet dulu. Kamu dualuan aja, ya!" jawab Shania cepat-cepat memasukkan buku-bukunya.


 Shania turun ke lantai satu. Menurutnya, toilet paling enak ada di sana. Faktor lain karena dia baru mencoba toilet itu. Ia tidak suka jika toilet bau ataupun kotor, tapi mana mungkin di kampus elite memiliki suatu hal yang seperti itu.


"Tunggu! Tunggu, Shania!"


Ia menoleh. Seorang pria berlari dari arah lobby menujunya. Bagaikan slow motion, Shania malah membeku tak tahu ada apa gerangan senior itu menemuinya. Ekor matanya tak sengaja melirik ke arah lift, ada Rose dan kawan-kawan. Ia segera berlari ke wilayah toilet. Tentu saja, Raphael mengikuti. 


"Shan, gue mau ngomong sama lo!" 


"Eh Kak, maaf ya. Aku ke toilet dulu. Permisi!"


Puk!


"Gimana Bro, ditolak?" tanya Leon kepada sahabatnya. "Dari wajah lo sih emang bener ditolak kalo gini," yakinnya.


"Ck, apaan sih. Orang dia kebelet. Lo tunggu aja, dia pasti bakal nerima gue!"


"Percaya diri banget lo, dia aja sampe ngibrit liat lo tadi."


Raphael tak menanggapi. Kesal juga menerima ocehannya. Matanya fokus ke arah pintu toilet yang mana Shania tadi masuk. Gadis dengan rambut diikat dua keluar. Senyum sempurna terbit dari bibirnya. Kakinya hendak melangkah ke sang pujaan hati. Namun, takdir berkata lain. Raphael tak sengaja menginjak genangan air di lantai hingga membuatnya terjatuh.


Bruk!


"BWAHAHAHA!"


Bunga yang dibawa Raphael terhempas jauh. Shania dengan cepat membantu seniornya. Sedangkan Leon, dia masih menertawai kejadian lucu itu.


"Kak, ada yang sakit? Aku antarkan ke klinik, ya?"


"Awsh, nggak perlu."


"Tapi Kak..."


"Gue aja yang anter El ke klinik. Lo boleh pergi!"


***


Tepat sekali, pukul 12.00, Shania sudah sampai di kediaman Keluarga Bagaswara. Dari kampus, ia langsung ke sini hanya untuk membantu ibunya. 

Duka dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang