7

242 9 0
                                    


Langkah kakinya mengayun sedikit terburu. Entah apa yang dikejarnya, entah siapa yang mengejarnya. Napas yang tak beraturan dan pikirannya yang berkecamuk  mengidentifikasikan bahwa dia sedang rapuh. Beberapa orang yang tertabrak olehnya melayangkan ocehan, tetapi tatapannya masih kosong.


"Aku harus lapor polisi. Iya, aku harus. Tapi, Ibu bagaimana?" frustrasinya menjambak rambutnya sendiri. "Ibu tidak akan kenapa-kenapa. Kita akan menemukan pekerjaan kembali. Iya Shania, harga dirimu sudah diinjak-injak!"


Jemari cantiknya membuka platform ojek online. Ia akan melaporkan polisi kejadian malam pelecehan yang dilakukan kepadanya. Ia tak akan peduli jika itu malah membuatnya menderita harus melawan hukum dengan orang berpengaruh di negeri ini. 


Drt! Drt!


Shania, lo gak ke kampus? Kenapa? Sakit? -Arellia


Shania mengacuhkannya. Ia segera memesan ojek online. Hanya butuh dua puluh menit, perempuan itu sudah diantarkan ke lokasi tujuannya. Saking tak fokusnya, ia memberikan uang pecahan paling besar. Padahal, biaya jasa ojeknya hanya seperempatnya saja.


"Shania, kamu pasti bisa!" yakinnya pada diri sendiri. Akan tetapi, itu tak semudah saat ia berkomentar pada fenomena sosial yang korbannya terlalu lemah untuk melapor. Ternyata, ini memang berat. Ada rasa takut dan malu untuk speak up. Entahlah, ia tak melakukan dosa justru orang itulah yang harus dihantui rasa tak karuannya. "Kamu akan baik-baik saja. Ayo!" 


Belum juga alas kakinya sampai ke tanah pada ayunan pertama, tubuhnya sudah terhuyung ke belakang. Seseorang menariknya dengan kasar. Lehernya seakan tercekik karena orang itu menariknya juga.


"Masuk!" tekannya.


Pasokan oksigen perempuan itu seakan sirna. Napasnya tercekat dan jantungnya berdebar kencang. Ia ingin berteriak, tetapi tidak bisa. Nathan berhasil membawa Shania menjauh dari tempat tadi.


Shania berkali-kali memberontak. Ia bahkan tak segan menggigit tangannya Nathan yang sedang mengemudikan mobilnya. Pria itu bukannya tadi menggunakan motor, tetapi kenapa sudah ganti ke mobil saja.


"Ngapain lo ke sana hah?" kesal Nathan. Setelah kehadiran Julio yang tiba-tiba, Nathan langsung beralasan jika ingin menitip tugas kepada anak pembantunya. Sialnya, perempuan itu malah mengelak. Julio sempat kebingungan, tetapi Nathan dengan akal bulusnya memperbaiki suasana. Nathan kembali lagi ke mansion, tetapi ia penasaran dengan Shania. Untungnya, ia berhasil menemukan sosok perempuan itu yang sedang dibojengi ojek. "Lo gak inget apa kata gue?!"


"Awsh, sialan lo! Lepasin gak?!" ringis Nathan. Dia menepikan mobilnya, khawatir akan terjadi kecelakaan. "Gigi sama kuku lo tajem banget, anjing!"


"Buka pintunya! Kamu jangan ngapa-ngapain aku!" pintanya sembari beringsut ke pojokan menjauhi tangan Nathan yang berusaha meraihnya.


"Cuih, percaya diri banget sih lo! Lagian, siapa yang sudi ngapa-ngapain cewek kampungan kayak lo. Anak pembantu lagi!" balas Nathan menohok. Pria itu ternyata melepaskan seatbelt Shania. "Pergi sebelum gue berubah pikiran!"

Duka dalam CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang