Bagian 4

107 20 13
                                    

Hidup manusia berisi serangkaian takdir yang telah disusun rapi oleh Sang Pencipta. Tak ada satu pun hal yang dapat terjadi di dunia ini tanpa kuasa dari-Nya. Bahkan, untuk perkara sesederhana jatuhnya satu helaian daun kering dari ranting pohon pun tak luput dari izin-Nya.

Naya menyadari, apa yang sedang dia hadapi sekarang merupakan bagian dari takdir yang telah Allah tetapkan untuknya. Karena itu, meski Hanan—lelaki yang selama ini telah dia kagumi diam-diam—tak berjodoh dengannya, melainkan dengan Syifa—sahabatnya sendiri, Naya tetap berbesar hati untuk terus menemani sahabatnya tersebut mencari baju pengantin di siang hari yang cukup terik ini.

"Ke mana nih, selanjutnya? Ada lagi butik yang udah kamu searching duluan, Syif?" tanya Aiza sembari berjalan bersama Naya dan Syifa menuju parkiran untuk menaiki kembali motor masing-masing. Mereka baru saja keluar dari sebuah butik di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

"Ada," angguk Syifa sambil meraih helm dari atas jok motornya. "Namanya Sakeenah Bridal Boutique. Khusus menyediakan baju pengantin dan segala paket walimah syar'i juga, sama kayak butik yang ini. Masih di jalan ini juga, tapi kayaknya beberapa meter lagi ke depan," jelasnya.

"Maaf banget, ya, udah bikin kalian capek temenin aku, tapi belum ada yang cocok juga. Dan sekarang masih harus nyari lagi. Kayaknya seleraku terlalu ribet deh," ucap Syifa sambil menatap kedua sahabatnya dengan rasa bersalah. Sejak tadi sudah dua butik yang mereka datangi, tapi dia belum juga menemukan baju pengantin yang sesuai dengan minatnya. Dan kini mereka hendak mencari lagi di butik yang lain.

"It's okay, Syif. Santai aja kali. Wajar kalau kamu mau yang terbaik untuk hari spesial kamu. Nggak perlu ngerasa sungkan begitu. Aku sama Naya kan, emang khusus temani kamu siang ini. Jadi fokus aja nyari baju pengantinnya sampai berhasil dapat yang benar-benar sesuai dengan keinginan kamu. Yang bikin kamu nyaman dan bahagia saat memakainya nanti. Okay?" kata Aiza sembari mengulas senyum.

"Iya, Syif." Naya ikut menimpali. "Nggak perlu ngerasa sungkan begitu. Akan kami temani sampai kamu berhasil dapetin baju pengantinnya yang sesuai dengan keinginan kamu. Santai aja." Dia pun turut mengulas senyum, meski rasa patah hatinya belum juga pulih. Demi sang sahabat, Naya terus berusaha meredam setiap gemuruh perasaan yang muncul selama menemani Syifa.

"Makasih, ya. Aku bersyukur banget deh, punya kalian. Jazakumullahu khair, dua sahabat terbaikku," ucap Syifa lagi sambil menatap haru kedua sahabatnya.

Aiza dan Naya sama-sama tersenyum simpul menanggapi.

"Ayo kita langsung ke butik selanjutnya!" seru Aiza kemudian. Lalu lekas melajukan motornya paling depan, diikuti Naya dan Syifa.

Sampai di butik bernama Sakeenah Bridal Boutique—sebagaimana yang diberitahukan Syifa, ketiga gadis itu lekas memarkirkan motor masing-masing dan memasuki butik bersamaan sambil mengucapkan salam, yang langsung dijawab dan disambut hangat oleh para pegawai di dalamnya.

"Ada yang bisa dibantu? Mau cari baju pengantin atau paket walimahan?" tanya salah seorang pegawai yang datang menghampiri mereka sambil tersenyum ramah.

"Iya, Mba. Mau cari baju pengantin yang syar'i," jawab Syifa.

"Oh, silakan. Mau lihat-lihat katalognya dulu?" tawar perempuan berkerudung biru yang masih berdiri di hadapan ketiga gadis itu.

"Boleh, Mba." Syifa lekas mengangguk.

Perempuan yang tampak berusia sepantaran mereka itu pun segera mengambil sebuah katalog dari meja pembayaran dan menyodorkannya pada Syifa. Syifa menerimanya, membuka sejenak katalog tersebut dan melihat-lihat seluruh foto baju pengantin yang tersedia di butik itu sebelum mencobanya secara langsung. Naya dan Aiza ikut memperhatikan sambil berdiri di samping Syifa.

(Im)Perfect LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang