4. Keputusan Zerina

219 22 4
                                    

bismillahirrahmanirrahim

Happy reading

Hari demi hari terlewati tidak terasa masa Iddah Zerina sudah hampir habis, menyisakan dua minggu lagi.

Saat ini Anin berada dirumah Zerina menanti keputusan nya tentang ajakan untuk umroh bersama.

"Jadi gimana?" tanya Anin pada sang sahabat tersebut, karena sedari tadi Zerina diam menatapnya.

"Masih belum dapat jawaban nin" ucap nya sambil tersenyum tak enak hati.

"Kenapa masih belum dapat jawaban?"

"Bingung"

"Bingung? bingung kenapa Ze?"

"Gak tega ninggalin bunda sendirian dirumah"

Bunda yang sejak tadi menyimak pembicaraan Zerina dan Anin membuka suara.

"Zura gak usah khawatir sama bunda, nanti ada abang mu sama mbak mu nemenin bunda kesini" ucap bundanya.

"Tapi bun—"

Belum sempat Zerina berbicara, ucapannya terhenti oleh Anin yang memegang kedua tangannya.

"Ikut ya, please kapan lagi kan kota umroh berdua" ucap Anin

Setelah mempertimbangkan beberapa saat, akhirnya Zerina mengangguk membuat bunda dan Anin tersenyum bahagia sambil mengucap syukur.

"Tapi nanti kuliah sama jahitan aku gimana?" tanya Zerina

"Kalau kuliah kamu tenang aja, aku sengaja milih hari pas kita lagi liburan semester. Jadi gak usah bolos atau minta izin. Nah kalau jahitan kamu, bisalah kamu istirahat dulu buat jahitnya nanti dilanjut lagi setelah kita pulang umroh ya" Anin kembali meyakinkan sang sahabat.

Zerina tersenyum sebelum mengangguk "Iya" ucapnya. Dia pikir mungkin saatnya istirahat dari menjahitnya karena selama dia berada dirumah, dia selalu menerima pelanggan yang minta dijahit bajunya.

"Yaudah berarti fiks nih ya kita berangkat, nanti aku kabarin lagi. Kamu cuma packing-packing, urusan tiket sama keberangkatan kita aku yang urus. Kamu cuma terima beresnya aja" ucap Anin, dia tidak sabar untuk menunaikan ibadah umroh bersama sang sahabat

*******

Gus Athaar saat ini sedang berada dirumah sahabatnya Razi, dia ingin menanyakan sesuatu pada lelaki tersebut.

"Jadi lo tau alamatnya?" tanya gus Athaar.

Razi yang baru saja selesai minum, meletakkannya pada meja di depannya. Lalu bertanya pada gus tersebut.

"Emangnya mau ngapain lo nanyain alamatnya?"

"Mau silaturahmi"

Razi mengerutkan keningnya berpikir. "Silaturahmi?" ulangnya.

"Hm"

Razi tertawa mendengarnya "Ngapain lo silaturahmi, emang kenal lo sama keluargnya dia?"
tanyanya.

Mendengar itu Gus Athaar gelagapan. Haruskah dia berbohong untuk apa menyanyakan alamat yang dicarinya, tapi kalau berbohong nanti akan ada kebohongan selanjutnya.

"Gue mau ngelamar dia" ucap gus Athaar membuat Razi menghentikan tawanya.

"Seriusan?"

Zayn & ZerinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang