Pasca masa pengenalan lingkungan sekolah berakhir, Dion mengira bebannya akan sangat berkurang. Namun, kenyataannya justru berkebalikan. Ekstra PMR yang diikutinya mengadakan semacam pelatihan selama satu hari penuh. Sebenarnya bukan itu masalahnya, tetapi pelatihan itu dilakukan saat hari Sabtu, dimana Ia seharusnya bersantai di rumah.
Jika kalian mengira penderitaannya berakhir sampai itu saja, maka kalian salah besar. Masih ada banyak penderitaan lain yang menantinya saat masa pelatihan. Salah satunya adalah latihan fisik yang cukup membuatnya menghabiskan dua botol air minum. Ditambah lagi Ia adalah seorang laki-laki yang tentu saja mendapatkan pelatihan fisik yang jauh lebih berat. Bukannya Ia adalah seorang yang lemah, Ia hanya malas melakukan ini semua di hari libur kesayangannya."Kalau tahu bakal gini, Aku ga mau ikut ekstra PMR." Dion mengira tugas PMR hanyalah mengangkat orang yang pingsan saat upacara dan mengobati luka. Ia tidak berpikir seorang PMR juga harus dalam kesehatan bugar untuk dapat menolong. Bagaimana mereka bisa menolong orang jika mereka sendiri telah pingsan terlebih dahulu? Astaga, Ia kembali meragukan kemampuan berpikir logisnya yang terkadang terlalu cepat menyimpulkan. Hal itu jelas dapat merugikan dirinya sendiri di masa depan, seperti saat ini.
"Kamu ikut PMR hanya untuk menghindari upacara ya?" Tanya salah satu anggota PMR baru yang bernama Yudha. Dion terkejut karena mereka baru saja berkenalan hari ini, tetapi Ia dapat menebak tujuannya dengan tepat.
Ia tidak ada pilihan lain selain mengangguk kaku sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Bagaimana kamu bisa tahu itu?"
"Aku sudah berpengalaman sejak SMP. Tapi kamu memang memiliki fisik yang bagus ya. Mungkin jika orang lain yang hanya iseng ikut ekstra PMR, mereka tidak akan bertahan sepertimu dengan segala pelatihan yang kita lakukan hari ini," Jelas Yudha. Dion mengakuinya, Ia memang bukan maniac olahraga, tetapi Ia memiliki tubuh yang cukup kuat. Mungkin karena Ia harus mengayuh sepeda setiap hari sejak Ia duduk di bangku sekolah dasar.
"Tetap saja, ini menyita waktu untuk bergulat di kasurku," Dion mengambil handuk di tasnya untuk mengelap keringatnya yang bercucuran. Pelatihan itu telah berakhir sekarang dan mereka diberitahu untuk mempersiapkan diri saat upacara hari Senin besok. Ya, kini Dion sudah sangat siap untuk menghadapi hari Senin.
"Kalau gitu, Aku pulang duluan ya Yon. Mama udah jemput nih," Ujar Yudha pergi mendahului Dion yang saat ini masih terduduk di lantai.
"Oke, hati-hati ya," Tanggapan dari Dion yang dirasa seperti tidak diperlukan oleh Yudha karena yang mengendarai pasti bukan dirinya kan.
Setelah kepergian Yudha, hanya tersisa dirinya sendiri di sekolah itu. Dion menghirup udara sore hari dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dalam hitungan detik, pikirannya seperti melayang bebas ke langit biru di atasnya.
Terkadang yang dibutuhkan Dion hanyalah suasana seperti ini. Tenang, tanpa ada hiruk pikuk dari kehidupan yang selalu mengganggunya. Ia tidak menyangka, sekolah bisa menjadi tempat untuk melepaskan beban berat di pundaknya selain rumah. Berbicara mengenai rumah, Ia jadi merindukan keluarganya.
Ditengah keheningan yang disekitarnya, terdapat satu alunan musik yang ditangkap oleh telinganya. Suaranya samar, tetapi Dion yakin itu bukan hanya angan-angan kosong saja. Seakan terpanggil, Ia menegakkan tubuhnya lalu mengikuti asal suara itu. Ia menyusuri lorong-lorong di sekolahnya sendirian. Rupanya suara itu berasal dari ruang musik.
Dion menganalisis pintu yang terlihat terkunci dari dalam. Ia yakin sekali, hanya ada dirinya dan satpam yang ada di sekolah ini. Namun, sepertinya Ia tidak sendiri. Tunggu, ini bukan salah satu scene di film horor yang seperti kalian pikirkan. Lagipula Ia sepertinya mengetahui siapa yang berada di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweeter Than Fiction ✓ • ft. doshin
Novela JuvenilKisah Dion yang ingin menjaga bintangnya tetap bersinar terang di tengah gelap gulita malam dan Seno yang perlahan menemukan kepingan batu pijakan untuknya berjalan di atas arus sungai yang deras. Based on a song called "Sweeter Than Fiction" by Ta...