ketahuan

10 1 0
                                    

"hanya Allah lah pemegang kendalinya hati, mau sampai matipun kamu melangitkan namanya maka ia akan kalah dengan yang sudah di tuliskan Allah di laukhul Mahfudz mu".

Zain Al Ghifari..
.
.
.
.
.

"subhanallah, subhanallah, subhanallah.."

langit malam yang tampak begitu terang dengan adanya Sinaran bulan dan bintang bintang yang berkilau di langit, angin yang sayub sayub menembus permukaan kulit yang membuat siapa saja akan sangat betah jika harus bermanja ria di kasur,

tapi tidak dengan pemuda satu ini, bibirnya terus menerus menggumamkan dzikir pada Allah, ini merupakan waktu sepertiga malam, dimana waktu ini adalah waktu bagi para hamba hamba Allah yang muslim maupun muslimin berlomba lomba untuk mendekatkan diri padanya, serta waktu dimana seorang hamba menceritakan keluh kesahnya pada sang pencipta nya.

tangan pemuda itu terangkat pada dadanya, matanya terpejam sebelum bibirnya berkata..

"ya Allah sang maha pencipta, ya Allah yang maha penguasa, rajanya para makhluk, rajanya dari para raja, penguasa langit dan bumi, yaallah engkau adalah pemegang kendali hati ini , yang maha membolak balikkan hati ini, sungguh yaallah aku adalah hambamu yang banyak sekali dosa, yaallah setelah melihatnya baru pertama kali entah mengapa pikiran ini terus terpikir dengan dia, bahkan perasaan ini melebihi perasaan hamba sebelumnya pada Zahra ya Allah, jika ini memang takdir mu maka aku pasrahkan semuanya,

bimbinglah aku ya Allah, bimbinglah aku supaya bisa pantas bersanding dengan hamba hambamu yang berada di jalan mu, engkaulah yang menciptakan hamba dengan sebaik baiknya bentuk, maka jika hamba harus berpulang padamu maka selamatkan lah hamba dari siksanya kubur dan nerakamu, jadikanlah hamba imam dan ayah yang bisa membimbing istri dan anak anak hamba kelak ya Allah, dengan mu aku berpasrah dan berserah diri amin ya rabbal alamin.."

setelah nya pemuda yang tak lain Zain itu melakukan murojaah Alquran untuk menunggu kumandang adzan dari subuh.

.
.
.
.
.

meninggalkan acara rutinitas dari gua tampan itu kita beralih pada Alexa yang saat ini tengah diam diam masuk ke dalam rumahnya dengan mengendap ngendap, bahkan sepatunya sudah ia jinjing dengan kakinya yang berjinjit menuju arah tangga, jika di tanya apa kakinya sudah sembuh?

jawabannya sudah karna sudah dua hari kemarin setelah kejadian bundanya membaluri kaki nya yang bengkak karna terkilir itu dengan beras kencur, tak lupa setiap paginya akan di kompres dengan es batu dan mendapat urutan meskipun itu rasanya sakit luar biasa, bahkan mengalahkan rasa sakit ya saat ia terjatuh di motor, tapi itu juga sangat manjur akan kesembuhan kakinya dengan cepat.

dan kemarin malam ia menyelinap keluar rumah demi mengikuti perlombaan balap liar lagi! huh memang tak ada rasa jera dalam kamus Alexa mah, oh mengenai hukuman setelah kakinya sembuh sekalipun ia tetap di hukum dengan tidak boleh lagi membawa kotor ke sekolah ataupun kemanapun dia pergi, bahkan setelah pulang setelah pulang sekolah, wajib bagi Alexa untuk tiba di rumah tepat waktu.

jika tidak mau menuruti permintaan bundanya maka, Rinjani mengancam akan memasukkannya lagi ke pesantren milik teman ayah nya dulu, bahkan sekarang kedua keluarga itu masih sering menanya kabar walau ayahnya sudah almarhum.

saat akan memasuki kamarnya deheman seseorang membuatnya menegang,

"dari mana kamu!" itu merupakan suara dari Agam, kakanya

lelaki itu tadinya setelah sholat tahajud akan ke dapur mengambil minum karna haus, namun ia urungkan saat melihat bayangan hitam yang mengendap ngendap seperti maling, awalnya ia waspada dan sigam memegang sapu yang memang tersedia di dapur, namun saat ia perhatikan kembali ia adalah postur tubuh Alexa at Anjani adiknya, mengernyit heran karna adiknya itu bukankah sudah tertidur terakhir kali saat bundanya mengecek, namun apa ini.

setelahnya ia menatap tajam adiknya yang masih mengendap itu dan dengan sengaja membuat deheman yang keras membuat Alexa otomatis berhenti berjalan dan menengok kebelakang.

"Kaka tanya sekali lagi habis dari mana kamu, "

Alexa menundukkan kepalanya ke bawah, takut itu yang ia rasakan, bukan apa kakanya itu merupakan lelaki yang sangat penyabar sekali namun sekalinya marah, maka kesabaran itu sudah berada di ujung tanduk nya dan bahkan tatapan tajam itu bisa berubah menjadi monster menurutnya jika kakanya sudah marah dengan mata dingin.

Agam memejamkan matanya guna mengontrol emosinya yang meluap, ia melihat pakaian adiknya dari atas kepala sampai ujung kaki saja sudah membuat emosinya meluap, apa lagi ini keluar malam yang bahkan ini sudah hampir mendekati waktu subuh,

"sepertinya peringatan dari bunda dan Kaka terdengar main main menurut kamu, dan melihat kamu yang sekarang keputusan Kaka sudah bulat. masuk kamar dari bersih bersih lah" setelahnya Agam langsung berlalu menuju kamarnya,

ia tidak jadi untuk mengambil minum meski tenggorokan nya sudah kering, namun mood nya sudah hilang melihat adiknya seperti itu.

Alexa mengernyit bingung dengan ucapan kakanya itu, meskipun ekspresinya terlihat biasa namun hatinya tidak, setelah Agam mengucapkan itu hatinya entah mengapa seperti gelisah tak menentu,

mengedikkan bahunya tanpa peduli lalu memasuki kamarnya dengan wajah lelah, ya seperti biasa ia memenangkan lagi perlombaan itu, namun uang taruhannya tidak ia simpan lagi dalam rekening pribadinya namun ia bagikan pada anggota Genk nya karna saldo dalam ATM nya lumayan cukup jika untuk menghidupi dirinya sendiri dan ia tidak bingung lagi soal cicilan dan uang sekolah Hana,

karna kakanya Agam telah sukses mendirikan cafe nya sebulan lalu, meski tidak terlalu besar tapi cafe itu cukup ramai akan pengunjung,

ia memejamkan matanya membiarkan kakinya terjungkai ke bawah kasur,

Menatap langit langit putih di kamarnya, lama sekali rasanya ia tidak merenung seperti setelah dua tahun lalu, rasanya mungkin tidak ada waktu mungkin untuk sekedar memikirkan nasib saja, dua tahun dengan penampilan serta gaya hidup yang bisa di bilang jauh dari kata agamis, membuatnya tenang.

Namun entah mengapa dari kemarin hatinya sedikit terketuk melihat bundanya menangis sendirian di dalam kamar sambil memeluk figura foto dirinya bersama ayahnya dulu, itu merupakan foto yang di ambil saat ia akan berangkat ke pesantren pertama kali,

Tangannya terangkat ke atas, melihatnya sekejap hingga lengan pada jaket hitam yang ia kenakan itu, ia sedikit mengundurkan, dan terlihatlah beberapa bekas luka yang ia buat sendiri. Tak banyak orang tau betapa hancurnya hidup seorang Alexa setelah kematian ayahnya, hingga ia sampai terkena penyakit self harm.

Ada juga satu kejadian setelah ayahnya baru di kebumikan waktu itu, hingga membuatnya frustasi dan lebih memilih ikut ke dalam Genk black wolf, serta mengikuti kegiatan kegiatan malam bersama anggota Genk nya.

.
.
.
.

.
.
.
.




.
...

Kita kiraa kejadian apa yang terjadi pada Alexa saat ayahnya baru saja di kebumikan?

Kenapa Alexa bisa menderita penyakit self harm itu?

Mana anggota genknya kok gak ada ada!

Emang Alexa aslinya kelas berapa, umur berapa!

Pasti kalian bertanya tanyakan tentang hal ini semua, sabar sayangku cintaku, semua butuh proses dan otak saya perlu di bagi antara ide untuk kelanjutan cerita ini dan akhir akhir ini tugas dari guru saya sangat banyak karna mendekati unjian kenaikan.

Ok segini dulu, semoga enjoy

Bersambung..

See you the next part>>>

Arah Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang