Alexandra Henky sang ratu jalan

10 2 0
                                    

.
.

Setelahnya pemuda itu langsung menuju ke dalam, setelah mengucapkan terimakasih pada Mbak Diah, dan hal pertama kali yang ia lihat ruang tamu itu adalah Diaman semua keluarganya pada berkumpul bersama.

"Wah wah, pada nyambut Zain nih ceritanya"

"Alhamdulillah sudah sampai dengan selamat kamu,," ujar kyai Abdullah saat melihat anak nya memasuki ndalem ia membalas salaman anaknya dengan bahagia juga,

"Alhamdulillah Abi, Zain selamat sampai tujuan" ujarnya dengan logat sedikit bergurau, ia berganti menyalami uminya dengan posisi berjongkok, sama seperti ia mengalami uminya sebelumnya,

"Tambah ganteng anak lanange umi, kayaknya kamu di sana adem ayem ya, badannya agak berisi dari pada waktu berangkat ke sana terakhir kali, apa gak kangen umi hm"
Ia mencium kedua pipi serta kening anak lelaki nya dengan sayang sebagai menyalurkan rasa rindu yang ia simpan.

"Kalau kangen tentu Zain sangat kangen dong, apalagi masakan umi uhh paling sangat Zain rindukan" setelah nya ia melihat sekitar ruang keluarga itu, ada kedua adiknya yang masa bodoh akan kehadirannya dengan bermain bersama kedua keponakannya yang merupakan anak dari Uci nya, hal itu tentu saja membuatnya mendengus.

"Kalian gak kangen Abang?"
Tanya,

"Kangen dong, sini aku mau Salim" ujar seorang perempuan cantik berkerudung bernama, Anisa Azalia Bahira Dalilatullah yang merupakan adik perempuannya yang pertama, dan terakhir ada
Ahmad Abiyan Zimran Dalilatullah mereka merupakan saudara kembar dan sekarang sudah menduduki madrasah Tsanawiyah kelas 3 dan akan melanjutkan ke madrasah Aliyah.

Meski kembar sifat keduanya sangat bertolak belakang, yang satu sangat ceria dan aktif, dan yang satu sangat pendiam dan pasif, mungkin orang berpikir mereka tidak percaya kalau keduanya saudara kembar, karna sifat dan perilakunya yang sangat bertolak belakang.

"Aza kangen Abang, huh udah kan mana oleh olehnya" tanyanya dengan menengadahkan tangannya dan jangan lupakan senyuman lebar di wajahnya seakan akan tak berdosa.

Tak

"Auhh kok di sentil sihh jahat banget" ia mengusap keningnya yang sakit karna ulah sang Abang dengan ekspresi cemberut, tak lama isapan itu di ganti oleh usapan sang kembarannya membuatnya menoleh pada adiknya itu.

"Jangan main tangan juga bisa kan" ujar Abiyan menatap Abang nya yang baru datang itu dengan ekspresi datar, membuat aza yang di sampingnya diam diam menyunggingkan senyum mengejek, huh jangan salah meskipun orangnya di kenal cuek tapi Abiyan sangat menyayangi kembarannya itu, jika ada orang lain yang membuat kembarannya sakit ataupun nangis maka ia orang yang paling pertama yang akan maju.

Bisa kali ya di bayangin nanti gimana yang jadi istrinya itu, pasti akan sangat beruntung. Meski orangnya rada cuek.

Zain yang melihat drama itu hanya memutar matanya malas sudah biasa terjadi hal seperti ini mah, yang satu cengeng yang satu pemarah, sedangkan Abdullah dan Maryam yang melihat anak anaknya itu hanya memerhatikan dan tersenyum sudah lama rasanya kehangatan dan pertengkaran ini tidak terjadi, dan kadang meski kesal suasana seperti inilah yang akan ngangenin.

"Kamu abangnya baru Dateng bukan di tanyain kabarnya malah nanya oleh oleh, dasar"

"Orang Abang udah sampai berarti kabarnya ya Alhamdulillah bisa di jamin sehat dan gak kurang satupun, tapi kalau oleh olehkan belum tentu Abang bawain nya atau mungkin bisa ketinggalan di jalan atau di pesawat" ujar aza

"Iya iya, oleh olehnya di koper Abang ke atas dulu mau bersih bersih, umi Abi Zain ke atas dulu," ia mencium pucuk kepala kedua keponakannya itu dengan sayang, setelah berpamitan.

Arah Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang