hari yang sama, tapi tempat yang berbeda, kini Zain atau kerap di panggil Gus Fahri itu sudah berada di ndalem, tepatnya kini ia kut berkumpul dengan anggota keluarga nya yang lain.
"udah yakin menetap disini, udah di pikiran Mateng Mateng? gak mau lanjut S3 di sana" ujar Aisyah kakak perempuan dari Zain, anak pertama dari pasangan pemegang pesantren Darussalam, ia sudah menikah dan memiliki 3 orang anak.
"iya Uci, di sini juga Zain mau belajar buat bantu ngurus pondok, kalau Zain lanjut S3 di sana kapan belajar nya buat ngurus pondok ini nanti, kasian juga bang Alif kalau bolak balik terus menerus, lagian kan anak Uci yang pertama juga sekolah"
Aisyah menghela nafasnya, ia sama sekali tidak merasa di repotkan,.tapi benar juga sih kata Zain kasian juga mas alif( suaminya ) kalau bolak balik, dari pesantren ke rumahnya, dan kerjaannya pasti selalu menumpuk.
"iya nduk bener kata adik mu, ancen Abi dulu yang nyuruh Zain buat ke Al Azhar sampai S2 aja, lagian adikmu kan nanti yang akan gantiin Abi, kalau di Mesir terus kapan belajarnya buat ngurus" ujar Abdullah memberi pengertian pada Aisyah supaya tidak tersinggung,
"iya Abi, Ais manut"
"gak usah khawatir, sekarang uwis ono adik mu jadi kamu gak perlu bolak balik, kasian anak kamu yang kecil itu tiap hari bolak balik, bukannya umi melarang ini juga demi kebaikan anak mu, boleh kok kalau kamu tiap hari berkunjung, tapi jika Alif gak ada pekerjaan jadi biar bisa nginep dan gak bolak balik," ujar Maryam ikut menasehati,,
"inggih umi, "
Zain sendiri masih dengan pikirannya, setelah kembali dari kunjungan ke sekolah SMA Garuda barusan, pikirannya membundah, hatinya terus di selimuti gelisah,
bahkan setelah shalat dan muroja'ah pun hati dan pikirannya tak tenang, ya gadis itu, persis wajahnya seperti wajah perempuan di mimpinya saat setelah shalat istikharah sebelumnya, tapi sepertinya ia terlihat tak asing, apakah ia pernah bertemu sebelumnya, atau ini adalah pertemuan keduanya, tapi kenapa ia tak ingat jika ia pernah bertemu untuk pertama kalinya,
lama dengan lamunannya ia sampai terjingkat saat pahanya terkena tepukan oleh umi Maryam di sampingnya,
"astaghfirullah yaallah lailahaillallah"
"kamu dari tadi di tanya nglamun Mulu, mikirin apa sih Gus" tanya umi Maryam,
"eh iya mi maaf, tadi umi nanya apa" umi Maryam terlihat geleng geleng kepalanya, sedangkan Abdullah menghembuskan nafasnya, capek capek Dia menerangkan dan menanyakan tadi ternyata tidak masuk ke dalam telinga anaknya,
"kamu kenapa gus, apa ada beban di pikiran kamu, sampai Abi tanya enggak jawab tadi?"tanya Abdullah,
tanpa ragu Zain langsung menganggukkan kepalanya, ia juga ingin meminta saran dan nasehat dari Abi nya bagaimana menanggapi ini, memang sih usianya termasuk sudah matang untuk membina rumah tangga, tapi ia merasa belum pantas saja jika di suruh membina rumah tangga, memang kedua orang tuanya tidak menuntut untuk memperjodohkan putra putri mereka seperti kebanyak kyai di pesantren pesantren lain, biarlah anak mereka mengambil keputusan sendiri,
jika nanti saat sudah menikah dan membina rumah tangga, tapi di dalam jiwa dan batinnya belum ada kesiapan, maka biasanya akan berujung perceraian, dan Abdullah maupun Maryam tidak ingin putra putrinya, melakukan perceraian, mereka ingin mereka mengucapkan atau di ucapkan nya ikrar suci itu sekali seumur hidupnya,
"ya Abi, akhir akhir ini Zain dapat mimpi"
mendengar itu Abdullah mengernyit begitu juga umi Maryam di sampingnya yang sudah kepo,
"dapet mimpi apa dek, dapet mimpi buat untuk lanjutin kuliah lagi di Al Azhar, nah kan Allah aja pengin kamu nuntut ilmu lebih lanjut di sana, dan-
"Uci bisa diem sebentar, biar adik mu melanjutkan omongannya" jika Abdullah sudah memanggilnya seperti itu maka ia sudah langsung menunduk, dan itu merupakan peringatan jika ia melakukan kesalahan,
Zain menghela nafas dan umi Maryam menggeleng lalu beralih menatap anak bujangnya, lalu Zain menceritakan permasalahan aslinya pada orang orang di sana,
"Zain dapet mimpi, dimana di sana Zain sedang tertawa bersama seorang gadis yang Zain sendiri gak tau itu siapa, sungguh Abi umi ini hanya mimpi, ini bukanlah ingatan atau kejadian lama dalam hidup Zain, dan ini sering terjadi saat zain tiba tiba tertidur Wak shalat istikharah atau muroja'ah pada malam harinya,"
Aisyah sudah senyum senyum sendiri, begitupun Abdullah juga ikut tersenyum, beda dengan Zain saat bercerita saat ini ia begitu frustasi, bahkan bisa di bilang seperti gelisah,
"Hah bentar lagi Uci mau dapet temen ni hihi" celpos Aisyah,
"Udah berapa hari le dapet mimpi itu?"
"Dari malamnya Zain kembali ke rumah ini setelah sampai dari Mesir-"
"Eh tunggu"
Mendengar setelah kembali dari Mesir dari mulutnya sendiri, ia langsung berlari ke kamar nya guna mengambil sesuatu,
Maryam menatap suaminya seakan bertanya,
"Apa ini pertanda kalau kita mau ngunduh mantu?"
"Doain aja untuk anak kita mi"
"Tapi kan Zain masih-"
"Gak ada batasan umur bagi seorang pria yang akan menikah, di tambah lagi Zain sudah lulus S2 nya jika itu yang umi khawatir kan, lagian ilmu agama Zain setelah dari Mesir kan sudah cukup jika nanti untuk membimbing istrinya, dan masalah nafkah lahir apa umi lupa?"
"Tapi Zain kan pernah bilang jika dia gak mau nikah sebelum pendidikan kuliahnya selesai sampai S3 nya,"
"Jika Allah yang menghendaki siapa yang akan bisa menghentikan?"
Huh benar juga apa yang di bilang suaminya, tak lama Zain datang dengan membawa handphone di tangannya, wajahnya nampak mengkerut,
"Zain inget Abi umi, ini adalah wanita yang tertawa di mimpi zain itu?"
Sambil menunjukkan perempuan yang tersenyum manis, dengan di cium ayahnya,
Kyai Abdullah mengernyit bingung,
"Bukannya ini agung ya mi"
"Agung mana, coba umi liat"
"Uci juga pengin liat dong, cantik nih kayaknya,"
"Eh dari postur nya sih, kayak agung suami nya Rinjani, sahabat SMP umi dulu, sekarang sih kita jarang komunikasi entah karna apa tiba tiba semua social media dulu mati, apa ini social medianya Rinjani Gus?" Tanya umi Maryam,
"Bukan umi, namanya @family. Henky, ta-
"Nahhh itu dia marganya, bener bener, oahh kalau ini umi langsung setuju Gus cantik lagi anaknya, dan umi bisa besana sama sahabat umi terus-
"Umiii, huh, Abi gak melarang kamu buat nikah cepat cepat, tapi disini kamu sudah mendapatkan perintah dari Allah lewat mimpi kamu, dan seperti arti yang ada di sebuah kitab berbunyi, hendaklah jika itu perbuatan baik segera di laksanakan" nasehat Abdullah,
Zain terdiam mendengar nasehat dari Abi nya, apakah harus secepat ini, huh Zara? Lama ia memendam rasanya, tapi kembali ketika ia mengingat nasehat abinya, jika Allah sudah berkehendak siapa yang akan menghentikan,
Ya Allah memilihkan wanita pilihannya, untuk ia persunting, mungkin inilah jawaban dari doa doanya, Zara ada untuk ia jadikan pelajaran dan wanita pilihan Allah yang belum pernah ia temui sebelumnya yang akan menjadi dan menemaninya,
Bersambung...
Siapa yang akan di pilih oleh Gus Fahri untuk menjadi pendampingnya,
.
.
.
Pilihan Allah? Atau wanita yang ia idam idam kan sejak dulu?
See you the next part>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Kembali
Random"Saya ganteng ya ?" Alexa yang terciduk menatap Zain sedemikan rupa, kini pipinya mulai memerah karna malu, "Pede amat" "Bukan pede tapi, memang saya ganteng kan? Banyak Lo di luar sana yang mengidolakan saya" "Oh ya?, terus gue harus bilang waw...