Di dalam mobil entah sudah beberapa kali Zain melirik ke samping di mana istrinya sedang memalingkan wajahnya ke samping menghadap ke arah jendela luar mobil, jangan tanya lagi bagaimana wajah gadis itu sendiri.
Tangannya bergerak memegang tangan istrinya yang berada di pahanya, dan otomatis Alexa langsung menoleh ke samping di mana Zain hanya terfokus ke depan saja.
"Gak usah pegang pegang" ketusnya menepis kasar tangan yang bertengger di punggung tangannya, lalu ia bergerak melihat ke arah luar lagi.
"Kenapa? Saya mau pegang istri saya masa ada larangannya"
"Gue bukan istri Lo"sengit Alexa,
"Kalau kamu bukan istri saya berarti berarti boleh dong kalau saya pegang istri orang"
Seketika tatapan Alexa langsung menatap sengit ke arah Zain.
"Silahkan"Dia mah fair fair aja, lagian dalam pikirannya gak mungkin kan kalau sampai zain menyentuh yang bukan makhrom nya, dia akan anak kyai pemilik pondok pesantren..
"Jadi kamu rela suami kamu kalau sama istri orang?"
"Kalau bisa silahkan, gue bukan cewek bodoh yang gak tau hukumnya"
Mendengar itu Zain langsung menatap ke arah Alexa dengan pandangan yang sulit di mengerti.
"Jika kamu tau hukumnya lalu kenapa kamu tidak mengamalkannya?"Diam itulah yang Alexa lakukan saat ini, untuk berbicara saja dia enggan dan Zain tak lagi meneruskan pertanyaannya, takut takut jika itu membuat emosi Alexa naik, sedikit yang ia tau dari diri Alexa dari bunda dan Adam yang memberitahunya, jika ada salah satu pertanyaan yang membuat Alexa terdiam itu berarti sudah menyangkut apa yang gadis itu benci, dan emosi anak itu tidak akan bisa terkontrol, kata bunda Alexa jika dalam keadaan marah lebih memilih diam maka mereka semua yang akan panik dan gelisah, beda halnya jika anak itu marah namun cerewet.
Alexa Pikirannya menerawang sebelum kejadian berangkat sekolah tadi yang berakhir di dalam mobil bersama pria itu.
Flashback..
"Balikin kunci motor gue" dia bergerak melompat lompat tinggi meraih kunci motor nya yang sedang di angkat tinggi oleh Zain.
"Saya kan sudah bilang tadi kalau saya yang akan mengantar kamu, lagian mulai hari ini gak akan pernah saya izinin kamu memakai motor lagi untuk bepergian"
Mata Alexa mendengar titah itu sontak saja melotot tak terima enak saja, itu motornya yang beli dia sendiri yang menserfisnya selama ini adalah dia, dan sekarang Zain datang datang jadi orang baru malah enak enak langsung menyuruhnya tidak memakai motor hasil kerja kerasnya.
Gak bisa gak bisa
Kalau yang ini dia tidak bisa mentorelil lagi.
"Lo semakin ke sini makin ngelunjak ya, balikin gak""Berbicara keras pada suami pelanggaran pertama tidak menuruti perkataan suami pelanggaran kedua dan tadi!! Kamu bahkan meninggalkan ruang makan sebelum sarapan habis bahkan saat bunda bicara kamu tak mendengarkan nya, baru saja tadi saya kasih pemahaman sama kamu apa belum kapok juga HM" suara yang tenang pembawaan yang tenang tak ada kata membentak dalam ucapannya, namun matanya menyiratkan tatapan dingin tentu saja membuat Alexa berpikir seribu kali untuk membalasnya.
Ia tak ingin kejadian yang ada dalam kamar tadi terulang kembali,
"Pilih saya antar, atau kita balik ke kamar dan mulai lagi kejadian beberapa menit lalu di dalam, gak usah berangkat sekolah sekalian, keputusan ada di tangan kamu"
Zain memasukkan kunci itu ke dalam saku di kantongnya, menatap ke arah Alexa yang menatapnya yang diam dengan mata seakan mengisyaratkan permusuhan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Kembali
Random"Saya ganteng ya ?" Alexa yang terciduk menatap Zain sedemikan rupa, kini pipinya mulai memerah karna malu, "Pede amat" "Bukan pede tapi, memang saya ganteng kan? Banyak Lo di luar sana yang mengidolakan saya" "Oh ya?, terus gue harus bilang waw...