Kini rombongan keluarga ndalem sudah sampai di pelataran rumah sahabat lama dari uni Maryam.
Di dalam mobil Zain berkali kali menghela nafasnya, saat merasakan tepukan di bahunya di melirik ke arah abinya,
"Bismillah.." ujar Abdullah menyemangati,
Mereka semua turun dari mobil dan membawa beberapa bingkisan yang sengaja mereka bawa dari rumah.
Sedangkan di teras rumah itu sendiri, seorang wanita berumur yang masih terlihat cantik itu tersenyum, tangannya terentang menyambut pelukan dari sahabat lamanya. Dan bahkan di sampingnya ada juga putranya yang ikut menyambut kedatangan tamu spesial kata ibunya,
"Lama gak ketemu, gimana kabarnya" ujar wanita pemilik rumah, sambil cepika cepiki ala ibu ibu kalau ketemu,
"Assalamualaikum.."
"Lupa,, hehe saking senengnya, walaikumsalam"
"Alhamdulillah, baikk kamu sepertinya dilihat lihat juga baik ya,"
"Alhamdulillah, ayo ayo masuk masuk dulu" ia menggiring tamu tamu itu untuk ke ruang tamu, di sana sudah ada.berbagai macam kue kering, bahkan ada juga berbagai kurma dari beberapa jenis, karna tau tamunya ini benar benar spesial.
Mereka duduk di sebuah sofa yang lumayan nyaman, beberapa anak dari umi Maryam menyalami tangan dari sahabat lamanya uminya,
"Assalamualaikum Tante" itu salam aza,
"Walaikumsalam masyaallah cantiknya, Sholihah lagi, hehe"
Aza yang di puji tersenyum tipis, bukan apa pujian seperti ini sudah sering ia dapatkan dari orang orang dan sedari kecil ia sudah di ajarkan untuk selalu rendah hati, dan tidak merasa paling tinggi dengan pujian.
"Makasih Tante"
Wanita itu tersenyum lembut,
Aza kembali lagi pada posisi duduk nya awal di samping Aisyah,Zain menghela nafas yang berkali kali, abinya di sampingnya lagi lagi menyemangatinya dengan menepukkan bahu anaknya itu agar tidak gugup dan takut,
"Maaf Tante, mas tujuan keluarga kami kemari ingin menyampaikan niat baik kepada keluarga, beberapa hari terakhir ini saya selalu di impikan oleh seorang gadis yang selalu tersenyum di dalam mimpi saya, bahkan beberapa kali saya melakukan istikharah dan jawabannya Masih sama, bismillah saya Ahmad Zainal Abidin Al Ghifari, ingin melamar.salah satu putri anda" ujar Zain dengan tegas tanpa ada keraguan sama sekali dalam kalimatnya, lagi setelah mengucapkan itu kepalanya menunduk.
Tentu saja kedua orang itu di sana seketika terdiam beberapa detik, m
Melamar?
Tidak ada dalam pemikiran mereka akan mendapat durian runtuh seperti ini, salah satu putrinya telah di lamar seorang anak kyai. Di pondok pesantren besar di Jawa tengah..
"Rinjani,,, kami tau ini memang mendadak, tapi sebelumnya memang ini sudah di rencanakan dan di perbincangkan dengan matang, jadi pikir Zain sebelum anak mu yang di mimpikan itu keduanya orang lain maka niat baik kami ingin segera di laksanakan" itu merupakan ucapan dari Maryam selaku ibu dari Zain untuk memberikan pengertian pada sahabat lamanya itu.
Rinjani menghembuskan nafasnya, ia menatap ke arah Zain dengan tersenyum, ia bingung anak perempuannya ada dua, jika yang memang di pilih Zain itu adalah Hana ia belum rela untuk melepaskan anak itu, karna memang anaknya masih terlalu kecil untuk menikah. Tapi jika yang menikah adalah Alexa? Ia sedikit sungkan melihat kelakuan anaknya setiap harinya jika Zain yang mengurus.
Agam sebagai wali akhirnya angkat bicara,
"Apa yang kamu punya sampai datang jauh jauh untuk melamar adik saya"
Zain. Yang mendengar pertanyaan itu akhirnya dengan tegas menatap mata dari calon iparnya itu,
"Insyaallah jika di tanya pekerjaan, saya sudah sangat siap dan cukup untuk menafkahi dan jika di tanya untuk kesiapan mental, saya sudah sangat siap untuk membimbing istri saya nanti menuju ke surganya Allah,"
Jawaban lantang dari Zain membuat keraguan dari Agam akhirnya hilang,Ia tersenyum pada pemuda itu,
"Niat baik dari orang yang baik merupakan suatu kehormatan bagi keluarga kami, tetapi tetap saja membutuhkan pertimbangan, terlebih lagi, ini memberikan tanggung jawab saya kepada lelaki asing. Tapi saya ingin mempertanyakan lagi, adik saya ada dua manakah di antara keduanya yang kamu maksud di mimpimu" ia tidak menunjukkan foto foto adiknya,karna ingin tau benar atau tidak jika salah satu adiknya itu ada di mimpinya,Jika memang ada pasti dalam Mimpi itu juga ada petunjuknya, karna di awal tadi pemuda itu tidak menyebutkan nama nya,
Zain yang mendengar itu, langsung mengeluarkan handphone nya dan mencari sesuatu di dalam ponselnya,
"Ini adalah gadis yang sering datang di mimpi saya"
Sambil menunjukkan foto seorang gadis yang tersenyum di cium oleh seorang lelaki paruh baya.Dan jawaban dari Zain itu lagi lagi membuat dua manusia itu terdiam,
Anjani?
"Saya kesini bukan semata mata saja, tapi saya sangat yakin dan serius dengan niat saya, maaf jika ini terburu buru dan mendadak, tapi alangkah baiknya niat saya ini tolong di terima, saya memang belum bertemu dengan gadis yang saya impikan ini tapi saya yakin, bahwa dia merupakan pilihan dari Allah pada saya, saya tidak ingin keduluan orang lain oleh sebab itu jika lamaran saya di terima saya ingin pernikahan kami di percepat" ucapan Zain sedikit memaksa membuat lagi lagi Agam harus berpikir ulang,
Abinya di sampingnya menyentuh pundaknya,
"Jangan memaksakan kehendak jika memang pemilik tanggung jawab seutuhnya dari gadis itu tidak bisa merestui, dia memang pilihan Allah tapi dia masih memiliki orang tua dan wali, mintalah izin dengan lapang dada di terima Alhamdulillah di tolak? Perjuangan mu masih panjang untuk mendapatkannya" nasehat dari Abdullah bukan cuma semata mata hanya untuk Zain, tapi terselip juga sedikit penegasan dan pemberitahuan kepada Agam dan Rinjani,
"Nak Zain kan?" Akhirnya Rinjani angkat bicara, ia bertanya pada pemuda itu dengan senyuman yang lembut,
"Iya, Tante"
"Sebelumnya, saya sangat beruntung karna anak saya di lamar oleh orang yang baik, tapi!!!! (Sambil menghembuskan nafasnya) Dia, gadis, atau anak Tante yang kamu mimpikan itu, mempunyai segudang kecewa pada semua orang, pada takdir hidup, dan pada jalan kehidupannya, terutama pada..... Allah,,, menjadikan dia anak yang awalnya baik patuh pada agamanya dan bakti pada setiap omongan saya dan suami, sekarang ia berubah layaknya seorang anak yang seperti tidak di didik sama sekali, berbagai cara saya lakukan dan peringatkan agar anak itu mau berubah kembali ke jalan dulu, tapi sia sia,
Mungkin memang ini jalan yang Terbaik, namun sebelum saya bilang iya dalam lamaran ini, apakah nak Zain mau membimbing serta menuntun Anjani menuju jalan yang benar?"
"Insyaallah dalam segenap hati dan jiwa saya, saya sangat benar benar bersedia dengan mendidik,menuntun, serta membimbing gadis itu ke arah kembali pulang yang sesungguhnya "
Rinjani tersenyum., begitupun dengan Agam mungkin mereka sudah tepat memilih keputusan ini,
"Baiklah Zain saya Muhammad Agam firdaus Henky, sebagai wali dari Anjani Humaira Henky, menyetujui, menerima,.dan merestui lamaran mu pada niat baik kepada adik saya"
"Alhamdulillah hhhhhh,,,," ujar semua orang di sanaa
Bersambung...
See you the next part>>
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Kembali
Random"Saya ganteng ya ?" Alexa yang terciduk menatap Zain sedemikan rupa, kini pipinya mulai memerah karna malu, "Pede amat" "Bukan pede tapi, memang saya ganteng kan? Banyak Lo di luar sana yang mengidolakan saya" "Oh ya?, terus gue harus bilang waw...