Prolog

453 35 2
                                    

📍 Jakarta, Indonesia
ㅤㅤ
ㅤㅤ
"Sayang, bentar ya. Aku mau angkat telepon dulu."

Terlihat kedua sepasang kekasih yang sedang duduk dengan pria manis yang menyenderkan kepalanya di bahu pria tampan. Simanis menengok sekilas kemudian mengangguk kan kepalanya, memberi izin kekasihnya untuk mengangkat panggilan tersebut. Kedua sejoli ini sedang berada di bandara udara Soekarno Hatta, sedang menunggu keberangkatan mereka ke negara Milan, Italy.

Si manis sudah tidak sabar untuk keberangkatan mereka. Karena ini adalah salah satu wishlist nya, yaitu tour ke Milan bersama sang kekasih.

Dengan senyuman yang manis, dan di hiasi dengan binaran di matanya, ia mengedarkan pandangannya. Hingga ia melihat kekasihnya kembali dengan raut wajah yang gelisah sekaligus khawatir.

"Ay, kita batalin tour kita ke Milan gapapa?"

Mendengar kalimat tersebut, seketika senyum yang ada di wajah pria manis menghilang. Binaran matanya, tergantikan dengan tatapan bingung.

"Kenapa? Kok di batalin gitu aja?"

"Aku harus ke rumah sakit sekarang, sayang."

Kini tatapan tersebut berubah menjadi khawatir. Ia dengan segera mengangguk kan kepalanya, tanpa berpikir dan bertanya tujuan kekasihnya untuk pergi ke rumah sakit itu apa.

"Yaudah ayok Za, Ibu kamu masuk rumah sakit ya? Ibu sakitnya kambuh lagi ya?"

Pria tampan itu dengan pelan menahan lengan si manis, menatap bersalah kearah mata bulat si manis.

"Enggak sayang, ibu baik-baik aja."

"Loh, terus kamu ngapain ke rumah sakit? Kamu sakit?" Tanya pria manis, sembari menyentuh dahi pria tampan dengan punggung tangannya. "Suhu kamu normal kok. Siapa yang sakit?"

"Jessy ay..."

Mendengar nama itu, si manis menatap tidak percaya kekasihnya. Ia berpikir yang sakit adalah ibu kekasih nya, sehingga kekasihnya memintanya untuk membatalkan tour mereka. Jika itu benar ibu kekasihnya, ia tidak masalah jika membatalkan dan pergi lain waktu saja. Tetapi ini adalah...

Dengan pelan, si manis menurunkan tangannya. "Za, kamu serius batalin tour kita demi nemenin Dia? Dia banyak loh yang jagain."

"Maaf sayang, Jessy tadi telepon aku. Jessy bilang, Jessy butuh aku sekarang. Jadi aku harus kesana sekarang juga ay."

Si manis rasanya ingin menangis sekarang juga. Ia sudah cukup bersabar dengan wanita itu. Wanita yang di rasa selalu menghalangi hubungannya dengan kekasihnya.

"Za, kamu tau kan ini wishlist aku? Kita udah rencanain ini dari bulan-bulan kemarin dan selalu kehalangan sama kerjaan kamu. Giliran kita udah bisa tour bareng gini, kamu batalin gitu aja rencana kita Za?"

"Ay-"

"Kamu batalin gitu aja demi dia Za. Kalau itu ibu kamu, aku gapapa di batalin. Mungkin bisa lain waktu. Karena ibu kamu sendirian, ibu cuman punya kamu." Dengan napas yang tercekat, si manis berusaha untuk mengontrol emosinya. "Dia, dia masih punya orang tua nya buat jagain dia Ezra."

"Tapi Jessy butuh aku, sayang."

"Buat apa? Buat jagain dia? banyak Za yang jagain dia."

"Sayang..."

Drrtt.. drrttt..

Terdengar deringan telepon. Itu berasal dari ponsel pria tampan yang di sebut Ezra, kekasihnya.

"Aku harus pergi sekarang sayang. Ayok kita balik, bawa koper kamu ay. Lain waktu aja ya, kita tour nya." Ucapnya menarik pergelangan si manis.

Yang di tarik bergeming. Ia tetap berdiri di tempatnya, membuat Ezra menengok kearah si manis.

"Ay, ayok."

"Aku mau tour kita tetap berjalan sekarang, Za. Aku gak mau nunda-nunda lagi."

"Abel, jangan egois. Jessy sahabat aku, dia lagi sakit dan butuh aku sekarang."

"Kamu yang egois Ezra! Kamu batalin gitu aja rencana kita demi dia yang jelas-jelas banyak orang yang nemenin dia!"

Ezra menatap kaget kearah kekasihnya. Untuk yang pertama kalinya ia melihat kekasih manisnya membentaknya. Ezra melepaskan genggamannya dari pergelangan kekasih manisnya, ia memutuskan untuk pulang saja untuk menemui sahabatnya, Jessy.

Melihat itu, Abelio, si pria manis semakin menatap kekasihnya dengan tidak percaya. Matanya seketika di banjiri oleh air mata. "Ezra, kalau kamu balik sekarang juga, kita putus!" Dengan suara yang bergetar, ia menyuarakan kalimat tersebut.

Ezra seketika menghentikan langkahnya, menatap kekasihnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia menggelengkan kepalanya pelan, lalu tanpa sepatah kata pun, pria tampan tersebut tetap pada pendiriannya untuk membatalkan tour mereka dan pergi menemani sahabatnya yang berada di rumah sakit.

***

KKEUT!

Book baruu, padahal book sebelumnya belum selesai... mian😭 Perfect strangers(?) masih tetep lanjut kok, aku masih draf narasinya. Sembari menunggu perfect strangers(?), anggep aja aku masih tes ombak untuk book ini, hehet. Yang tertarik sama book ini, nanti bakalan aku lanjutin. Tapi kalau gak tertarik yaudah, tetep aku lanjutin:') tapi pankapan aja hehe🤓

Ohya book ini berlatar Indonesia, Italy (lebih tepatnya Milan). Dan book ini terinspirasi dari siniii!✨️

Yup! dari lagu Fine Line - Harry Styles, sesuai judulnya😃 Buat yang gak tau makna lagu ini, bisa di search di google aja.

Okeng, sekian💃

FINE LINE | NAHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang