v ,Deviasi 19

44 9 9
                                    

jangan lupa play lagu di atas ya!

─ ੭୧ ─

"Ma, ik moet je iets vertellen."

[ Ma, aku ingin bicara. ]

Hawa malam itu terasa panas. Bila dirangkum rasa-rasanya ada tiga perkara; lidah-lidah api yang melahap habis minyak dalam lentera yang menyala-nyala; kabut amarah yang diantarkan keluar dari hulu Jakob; dan Rosanne yang benci keputusannya ditentang. Bahkan angin yang sedari tadi menghentak-hentak jendela terbuka tak bisa kalahkan emosi Jakob yang begitu membara.

Rosanne memirsa rembulan melalui aksa. Dia biarkan angin malam yang dingin menggelitik lembut wajahnya, hitung-hitung padamkan ego sebelum sawala panjang. Pemandangan malam yang tenang, kontras dengan Jakob di seberang yang tangki amarahnya tak mampu bendung arus keras kepalanya.

"Wilona van der Kleij adalah pengantin yang sempurna," ucap si nyonya Eropa, mutlak tanpa ingin digugat. "Pertunangan kalian sudah ditentukan."

Sontak pupil mata Jakob melebar, pantulkan keterkejutan. Sayangnya, dia tak ingin kooperatif. Dibawanya pusaran pergolakannya ke tepian, melantangkan suara yang selama ini dia pendam. "Mammie, aku─"

"Cukup, Jake." Anne menyela. "Ini yang bisa kulakukan untuk singkirkan fantasi gilamu bersama inlander itu."

Jakob tercekat. Tak pernah dia sangka kata inlander akan dengan mudah terurai dari bilah bibir ibunya. Sukma pemuda itu keruh dengan rasa berang, pun tangannya mengepal, hampir tak bisa meredam emosi yang terus mengoyak, menuntut untuk dihunuskan. Ini ibunya, seseorang yang mana Jakob berutang nyawa. Dan Jakob tidak bisa sembarangan mengeluarkan kata-kata yang bisa melukai ibunya, walau wanita itu tak segan melemparkan sebilah deklarasi yang selalu berhasil menumpas kuncup harsanya.

Jakob ambil recaka dalam-dalam, memasok seluruh udara ke dalam paru-paru. Dia tenangkan dirinya, coba kembali bangun bicara. "... Apakah Mammie membenci Tiwi?"

"Menurutmu?"

Nada itu begitu dingin. Tangannya makin erat mengepal, dadanya tiba-tiba diisi sesak entah dari mana. Jakob menahan nada suaranya yang getir, bertanya dengan putus asa, "Apa.. Apakah Mammie betul-betul tidak bisa merestui kami...?"

Beberapa detik terlahap sebelum kemudian Anne memutar daksa menghadap anaknya. "Mammie sedang menyelamatkanmu, Jake. Mammie menyelamatkan kalian berdua." dapat wanita itu lihat mata biru Jakob kini berkamuflase menjadi segara: penuh lara, menyimpan air asin serta emosi dan tanda tanya yang siap jatuh kapan saja.

"Restu bukanlah di tanganku, restu ada pada hukum Nederland."

"Kau ingat apa yang selalu kukatakan? Kau berbeda, Jake. Kau dan dirinya berbeda."

"Aku dan Tiwi tidak beda, Mammie!" sentak si pemuda. "Kami sama-sama manusia, kami tinggal di tanah yang sama, hidup dengan udara yang sama─dan.. Sama-sama jatuh cinta..."

Anne melipat siku. "Lalu? Apa yang bisa kauberi kepadanya kalau-kalau kalian menikah?" tantangnya.

"Kebahagiaan. Kan kuberi kebahagiaan seperti yang Pappie beri."

Dan tawa sarkas langsung mengudara dari bibir Anne. Dia tertawa geli. Pria Joffrey itu bersandiwara sungguh apik hingga mampu kelabui semuanya. "Omong kosong."

Anne memijat dahinya sebentar. Kepalanya sakit serasa ditumbuk ribuan beban yang buatnya gering. Jakob, anak ini sungguh sama naifnya dengan dirinya dulu. "Sampai kapan pun, sekalipun kalian menikah, pernikahan kalian tidak akan pernah sah di mata hukum. Pertiwi, gadis itu akan tetap dipandang sebagai nyai, budak, bukanlah istri. Kau pun tetap harus menikahi perempuan Eropa. Relakah kau beri sakit itu kepada Tiwi?"

Deviasi: Rekonsiliasi 1924Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang