backstreet ; harunori

229 8 7
                                    

Jemarinya mengepal sendok dan garpu dengan kuat. Mata tajam tampak tidak menyukai pemandangan yang baru saja memasuki area kantin. Sedangkan yang ditatap dari jauh itu, tidak mempedulikan. Hanya terus berjalan sesekali bercengkrama dan saling melempar tatapan penuh cinta.

"Kalau diliat doang mah, nggak bakal kapok, Yosh. Lebih baik samperin, terus siram pakai jus mangga punya si Asahi," celetuk teman sebayanya, Junkyu.

Asahi yang merasa disebut namanya langsung menoleh. "Kok minuman gue? Punya lo aja kali, Kak."

Junkyu langsung saja menyeruput jusnya habis. "Udah habis."

Asahi hanya melempar tatapan malasnya pada Junkyu. Kini tatapannya beralih pada Yoshi yang masih menatap mereka dengan pandangan tak sukanya. "Kenapa nggak putus aja, sih sekalian, Kak? Backstreet-backsreet, tailah. Ujung-ujungnya cuma lo doang yang sakit hati."

Tiba-tiba saja tatapan Yoshi meredup. Tidak lagi melihat ke arah tempat seseorang berada. "Mana bisa gue putusin. Gue sayang banget sama Haruto."

"Percuma bucin kalau nggak dianggap." Duh, Asahi ini. Kalau bicara sepertinya tidak usah sampai membeberkan fakta begitu. Kasihan Yoshi.

Tapi, ya mau bagaimana lagi. Asahi, sepupunya satu itu memang pendiam, tapi sekali bicara akan langsung menohok hati-oleh fakta.

Junkyu manggut-manggut sambil menyuapkan siomaynya. "Gue setuju sama Asahi. Lagian yang mau sama lo banyak. Jihoon bahkan masih nungguin lo. Kata gue, sih mending sama dia meski dia wibu."

"Lo kalau ngomong nggak ada nyambungnya, Kak. Jangan dengerin dia Kak Yoshi," kompor Asahi.

Yoshi kembali menatap di mana pacar backstreet-nya berada yang sedang bersama gadis yang ia ketahui bahwa gadis itu merupakan masa lalu Haruto.

Hubungan mereka kandas karena orang tua gadis itu, Yeji tidak merestui hubungan mereka. Katanya, menjalin hubungan di masa-masa seperti ini hanya akan mengganggu konsentrasi Yeji pada akademik.

Tapi lihatlah, sudah putus saja masih bisa menyandar begitu pada pacarnya. Yoshi mendengus kesal.

"Bel bentar lagi masuk. Dari pada sakit hati sendirian, kayaknya lo sekali-kali harus nunjukin deh kalau lo bisa marah," usul Junkyu yang diangguki Asahi. Kali ini ia setuju pada usulan Junkyu, ia juga ikut geram melihat Yoshi selalu makan hati atas perilaku semena-mena Haruto.

"Kalau lo nggak berani, kita berdua bisa wakilin lo kok, Kak."

.
.
.

"-AKH! Lo berdua apa-apaan, sih?! Jalan tuh pakai mata!"

Begitulah teriakan Yeji yang tidak sengaja-padahal sengaja terkena bumbu kacang siomay milik Junkyu.

Junkyu mencebikkan bibirnya ke bawah. "Yah, maaf. Gue nggak sengaja, sumpah. Gue bersihin deh."

"Akh! Junkyu!"

Tumpah, deh jus mangga milik Asahi.

Dari jauh Yoshi sedikit tersenyum karena kelakuan dua orang itu. Setidaknya cukuplah untuk membayar rasa perihnya. Ia melirik ke arah Haruto yang kini juga menatapnya. Entahlah, Yoshi tidak bisa membaca ekspresi Haruto saat ini.

᠃ ⚘᠂ ⚘ ᠃

"Kamu yang suruh mereka kotorin baju seragamnya Yeji?"

Saat ini mereka berdua, Haruto dan Yoshi berada di halaman belakang sekolah. Tempat yang sudah sepi karena mereka memang diam-diam keluar saat jam pelajaran.

"Kamu marah?" tanya Yoshi balik.

Haruto tidak menggeleng, tidak juga mengangguk. "Kamu cemburu?"

Yoshi menjatuhkan rahangnya mendengar pertanyaan Haruto padanya. "Kamu masih nanya?"

loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang