"Kalau gue nggak mau?"
"Kalau gue nggak ... mau?"
"SIALAN! PERGI LO JUNKYU! GUE MAU TIDUR!"
Jihoon berteriak di tengah malam. Masa bodoh jika siapapun terganggu. Mereka harusnya mengerti, Jihoon sedang frustasi. Ingatannya terus tertuju saat ia di ruang latihan. Demi apapun, Jihoon merasa terganggu.
Sudah beberapa kali ia mencoba untuk melupakannya kemudian pergi tidur. Tapi bahkan kini tidur pun tidak bisa menjadi jawaban. Terlebih lagi dengan debaran tiba-tiba saat Junkyu ... menciumnya.
Kenapa ... kenapa ia tidak mendorong Junkyu menjauh? Kenapa ia seolah menerima saja apa yang dilakukan orang yang sangat ia benci itu?
Kenapa pula degup jantungnya cepat begini? Seolah ia akan mati oleh debaran itu.
"Entah gue atau dia yang nggak waras."
🐨🐶
dahi Jihoon mengkerut ketika ia membuka mata. Semilir bau obat mengganggu penciumannya. Ia tidak suka bau obat. karena dari baunya saja, sudah terbayang bagaimana pahitnya. Ah, tapi seingatnya ia tadi hanya ingin tidur sebentar di kelas. namun kenapa ia malah berakhir di unit kesehatan? Apa ia mengalami sleepwalking? Tapi mana mungkin, ia tidak pernah begitu.
Bisa ia rasakan pening menyergapnya. Ia kira akan hilang hanya dengan tidur, tapi nampaknya tidak.
Tiba-tiba saja gorden terbuka menampilkan Junkyu. Lelaki itu membawa sesuatu di bungkusan kantong plastik putih. "Gimana keadaan lo? Masih pusing?"
"Emang gue kenapa?"
"Lo pingsan. Nggak sadarkan diri. Lemah nggak berdaya."
Jihoon mendengus. "Nggak usah lo perjelas."
Junkyu duduk di tepi bangkar. Ia memberikan bungkusan plastik putih itu pada Junkyu. "Dari pada nyari ribut mending lo makan buburnya dulu."
Jihoon menggeleng. "Gue nggak suka bubur."
Menghela napas melihat penolakan orang yang sok kuat membuat Junkyu lelah juga. "Yang baru buka tukang bubur. Mie ayam nanti buka jam sepuluh."
"Ngaco ya lo? Masa orang sakit dikasih mie ayam? Lo tuh niat─" Tanpa bisa Jihoon tolak, Junkyu langsung menyuapkan bubur yang masih hangat ke dalam mulutnya.
Ketika bubur itu sudah tertelan dan Jihoon hendak kembali bicara, Junkyu kembali menyuapinya. Hingga akhirnya satu porsi bubur itu habis. Junkyu berganti memberikan minum pada Jihoon. "Minum obatnya."
"Nggak. Pasti pahit." Jihoon menolak dengan menutup mulutnya dengan tangan.
"Namanya juga obat. Kalau manis namanya lolipop." Jihoon tetap menggeleng. Memang sedari kecil Jihoon termasuk orang yang manja ketika sakit. Tapi tak Junkyu sangka, sikapnya terbawa sampai sekarang. dalam otaknya berputar berbagai cara agar Jihoon mau meminum obatnya. "Ya udah. Gue yang wakilin buat minum obatnya."
Mata Jihoon membelalak. "Lo gila? Kan bukan lo yang sakit, emang──" Junkyu membungkam bibir penuh Jihoon. mentransfer obat dari mulut ke mulut.
Dan apa yang terjadi dengan Jihoon? Tentu saja dia terkejut! Tubuhnya membatu karena mencoba memahami apa yang tengah mereka lakukan ... di sekolah. Tempat umum. Bagaimana jika ada yang melihat mereka?
"ADOH!" Junkyu meringis sebab didorong dan jatuh ke lantai. bokongnya terasa sakit sekarang. Ingat, Jihoon itu lelaki. Tenaganya juga besar.
"Lo gila, Anjing! Maksud lo apa?!" Oke, sudah tiga kali Jihoon mengatai gila pada Junkyu. Jihoon menarik kerah seragam Junkyu. Dua kali Junkyu menciumnya seolah tak ada beban. Seolah Jihoon akan selalu merasa senang ketika Junkyu melakukan hal itu. Namun tidak, ada perasaan sakit yang ia rasa. "Dua kali lo giniin gue! Apa maksud lo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
lover
Fanfictionbeberapa shoot tentang pership-an uri trejo. hope you like this. ofc, ini bxb hati-hati, crackpair rated open request. jangan lupa pencet bintangnya <3