friend ; hwanwoo

35 3 2
                                    

     Bukan tidak sadar akan Junghwan yang menjauh. Sejak kejadian dua minggu lalu, Junghwan selalu sulit untuk ditemui. Entah sedang berada di rumah gadis itu atau tengah menemani gadis itu mencari barang-barang unik.

Namun, apa yang bisa Jeongwoo perbuat? Ia hanya teman Junghwan. Ingin ia melarang, tapi apa haknya?

Lelaki itu juga sudah jarang berkumpul dengan teman-teman mereka. Hari-harinya seolah dipenuhi oleh gadis bernama Liz. Seperti saat ini.

"Jadi Junghwan nggak bisa datang?"

Jeongwoo menggeleng. Malas juga menanggapi persoalan lelaki itu. Doyoung di depannya ikut mendengus. Ia kasihan pada Jeongwoo. Lelaki itu tidak bisa mengendarai motor, mobil pun dilarang oleh orang tuanya. Jadi Jeongwoo harus selalu menunggu bis atau angkutan lain.

"gue mau belajar bawa mobil."

"Jangan ngaco! lo main mobil di timezone, malah mobilnya lo rusakin, Woo!"

Jeongwoo mendelik. "Pengeluaran gue bisa boros kalau ditambah bus atau taksi." sejenak ia hela napasnya. wajahnya tampak tenang, tapi tidak dengan pipi dalam yang sengaja digigit untuk menahan diri agar tidak mengamuk dengan pemandangan yang menyebalkan. "Andai gue juga punya pacar."

"Andai ...."

Jeongwoo menatap heran pada Doyoung. "Lo jangan ngeledek gue dong!"

"siapa yang ngejek lo? kan gue ikut berandai biar lo punya pacar, supaya nggak keliatan kesel tiap liat si Junghwan deket sama cewek."

"tapi terkadang gue heran. dia keliatan straight tapi udah sering ngamar--"

"mulut lo!" Tapi memang tidak ada salah juga. Ucapan doyoung benar. "Jadi gue cuma dijadiin orang buat dia pake sesuka hati, ya, Doy?"

"Kemungkinan besar." Doyoung menepuk pundak Jeongwoo. "Lo ajak ngomong deh dia. tanya kejelasannya. serius sama lo apa nggak. takut lo keburu punya buntut."

hari-hari bersama doyoung, tidak ada habisnya Jeongwoo mendelik. "Mulut lo! Nggak mungkin."

"mungkin aja, feromon lo lebih manis gitu."

"Doyoung goblok! bukan ABO, sialan!"

doyoung yang mendapati Jeongwoo marah hanya tertawa terbahak. mengerjai jeongwoo memang seru. Ia elus perut milik jeongwoo yang pasti langsung ditepis kasar. "Jangan ngambek mulu, nanti debaynya ikut stres."

"sialan lo."

percakapan terhenti ketika Haruto datang untuk menjemput doyoung. ia ditinggal sendiri, lagi.

tanpa diketahui siapapun, diam-diam ia memikirkan ucapan doyoung. lalu kemudian menggelengkan kepala. "Nggak! Jangan ngaco please."

 🐮🐺

Suara ketukan dari pintu kamar mandi membangunkan Jeongwoo dari lamunannya. buru-buru ia membereskan sesuatu yang baru ia pakai. ketika membuka pintu, junghwan sudah menunggunya dengan bersedekap dada. 

"Lo udah selesai 'kan?" Jeongwoo mengangguk. "Liz, lo boleh pakai kamar mandinya sekarang."

Seketika jeongwoo menoleh. benar, ada kehadiran orang asing di sana yang tidak ia sadari. Jeongwoo menyingkir sesaat ketika Liz melewatinya. "Gue mau ngomong sama lo." Junghwan mengangguk. "Bukan di sini. ikut gue."

Jeongwoo membawa Junghwan ke dalam kamar yang berbeda. Penampilan Junghwan nampak berbeda. Entah itu perasaan jeongwoo saja atau memang junghwan jadi lebih tampan? "Lo mau ngomong apa?"

Jeongwoo akhirnya tersadar dari pemikiran anehnya. "Kenapa lo berubah?"

Junghwan terkekeh sinis. "Emangnya lo mau terus-terusan jadi pemuas gue? tanpa bayaran pula."

loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang