Suara tawa menggelegar di tengah heningnya malam. Mereka menertawakan seseorang yang kini tengah terduduk dengan kepala tertunduk. Mereka berhasil membuat seseorang itu masuk pada jebakan mereka.
Iya, mereka membulinya. Pakaian remaja kecil lelaki itu basah dan berbau. Karena air yang sengaja ditumpahkan dari atas kepalanya adalah campuran air yang kotor dan bau. Mungkin mereka mengambilnya dari air selokan dan beberapa air bekas pel?
Salah satu dari mereka, hanya tersenyum miring. Ia kemudian berjongkok di hadapan remaja kecil itu. Ia menoyornya. "Gimana, enakkan mandi malem-malem?"
Lelaki di depannya masih menunduk. Tapi kemudian ia mendongak. Matanya menyiratkan kemarahan. Tapi justru membuat lelaki bernama Haruto itu tertawa. "woh, liat! Dia marah!"
Teman-teman di belakangnya ikut tertawa bahkan mengejek. "Uhh, takut banget. To, awas, To. Matanya ngeluarin laser!"
"Yeah, cocok sih. Laser dari mata si loser!" Haruto kembali menoyornya. "Lain kali, lo harus liat dulu siapa yang bakal jadi lawan lo."
"Cabut!"
....
Haruto, lelaki penguasa di kampusnya. Sederhananya, ia adalah anak dari pemilik yayasan Young Gwi. Nama universitas mereka.
Lelaki itu penuh akan kuasa. Tak ada yang berani mencari gara-gara dengannya. Ya, kecuali lelaki kecil yang terlihat culun. Mashiho namanya.
Siapapun yang melihatnya, pasti menebak lelaki itu adalah sosok submisif. Dan Haruto adalah dominan. Itu tidak asing lagi.
Tapi bagaimana jika sebenarnya mereka salah?
"Ah! Ngh! Ahh ... M-mashihh ... pel-nghh .... Pelan!"
Lelaki di belakangnya tak mendengar. Ia justru menaikkan tempo gempurannya pada hole memerah orang di depannya yang tengah menungging. Lihatlah, tubuh jangkung dan ramping itu begitu indah ketika terhentak-hentak. Dan semua itu hanya karenanya, Mashiho.
Mashiho dengan mudah membalikkan tubuh menungging itu membuatnya terlentang. Ia bawa sebelah kaki jenjang lelaki di bawahnya pada bahu kokohnya. Ah, jangan lupakan, hentakan itu pasti terasa keras dan dalam.
"Kamu berani gangguin kakak, Haru?"
Haruto menggeleng samar. "Ah! F-faster! H-haruhhh ... c-cumhh!"
Tapi hentakan itu beralih terhenti. Membuat lelaki bernama Haruto itu langsung membuka matanya, menatap seseorang di atasnya. "Kenapa berhenti, Mashi?"
"Jawab dulu, Sayang."
"Salah kamu yang sibuk sama organisasi. Jangan salahin aku!"
Mashiho menghentak dengan keras, sekali. "Akh!" lenguh Haruto sejadinya.
"Gimana kalau temen-temen biadab kamu itu tau, kalau ketuanya lagi mendesah di bawah kakak?"
Haruto menatap galak. "Nggak, ya! Nggak boleh. Janji deh, itu terakhir kalinya. Haru cari mangsa lain."
Mashiho menyeringai, seram. "Telat, Sayang. Teman-teman kamu lagi otw ke sini."
Haruto membelalak. "Angh! Ma-ahh! Mashi!"
Saat ini mereka tengah berada di apartemen Haruto. Meski tampangnya garang, tapi jika hanya ada mereka berdua di dalamnya, Mashiho lah yang justru mendominasi.
Perawakannya memang kecil. Tapi tenaga lelaki itu lebih besar dari Haruto. Lihat saja, ketika dengan mudahnya Mashiho membawa Haruto sampai pada ruang tamu. Sengaja, mashiho sengaja melakukannya.
Haruto sendiri, Ia sudah pasrah. Apalagi bagian bawah tubuhnya pegal. Tapi juga gatal ingin terus di masuki. Seolah Mashiho memberikannya zat adiktif.
"Ah! M-mhh ... Mashi ... H-haru-hh mhh!"
"Nikmat, sayang?" Mau tak mau, Haruto mengangguk. Tapi memang nikmat, Haruto tak berbohong. Ia hanya khawatir bagaimana tanggapan teman-temannya ketika melihat mereka bergulat di atas sofa. Dengan Haruto dala posisi on top.
"Jangan peduliin mereka nanti. Bukannya mau punya baby? Anggap aja ini langkah pertama, biar mereka nggak kaget kalau kamu tiba-tiba cuti hamil."
Haruto mengangguk. Ia membantu mashiho membuat tumbukan. Kepalanya seketika mendongak ketika milik mashiho di dalamnya menyentuh titik manis miliknya. Mashiho pun tak segan mengulum puting merah muda miliknya.
"Ah! L-lagi ... Nghh--terus ... Mashihh ...."
Nampaknya, Haruto telah terbuai. Ia bahkan tak menyadari teman-temannya menatap Haruto dengan mata yang tidak berkedip juga mulut yang menganga kaget.
Mashiho menoleh ke arah mereka dengan seringainya. "Angh! Di--di dalam, Mashi-hh! Nghh! Mau b-baby .... Mashihh!"
Haruto mendapat pelepasannya, juga dengan mashiho yang menyemburkan cairannya di dalam Haruto. Jika kekasih hatinya ingin bayi, mana mungkin Mashiho menolak?
"Kamu nggak mau sapa teman-teman kamu, Sayang?"
Haruto menoleh dengan wajah lelah. Kemudian menggeleng. Ia memeluk mashiho. "Ngantuk ...."
Mashiho terkekeh. "Lo semua pulang. Bos lo ngantuk. Mungkin dua hari ke depan baru kalian bisa ke sini."
Teman-temannya seolah tersadar menonton film biru secara langsung. Mereka kikuk dan keluar dari apartemen Haruto.
"T-to, k-kita pulang."
Apartemen kini sepi. Di tambah dengkuran halus dari Haruto. Mashiho mengeluarkan miliknya. Ia pun membawa Haruto untuk ke kamar, menidurkannya.
Sepertinya mashiho juga lelah. Tidak salah, kan jika dirinya ikut bergabung dengan Haruto?
Mashiho kembali memasuki Haruto. "M-mhh ... Mashi, capek--"
"Nggak akan gerak, janji. Kita lanjut tidur aja."
....
Siapa sangka tiga Minggu setelahnya, Haruto benar-benar dinyatakan hamil? Padahal dari dulu, mereka selalu melakukannya tanpa pengaman, tapi tak berhasil. Apa karena ada sensasi menegangkan dari teman-teman Haruto yang berkunjung?
Ah, mengenai teman-temannya. Syukurnya mereka tidak menjauh. Mereka hanya memberi sedikit olok-olokan kecil pada bos mereka yang ternyata submisif. Dan betapa terkejutnya Haruto ketika ia tidak sendirian sebagai submisif. Dia temannya yang lain juga sama seperti dirinya.
Junghwan dan Jeongwoo.
Junghwan memang digadang-gadangkan memiliki pacar. Lelaki itu anak fakultas seni, Yoshi namanya. Lelaki itu begitu nyentrik dengan rambut merahnya. Apalagi ia bergabung dengan Junkyu yang sering melakukan aegyo. Jadi mereka mengira dominan di sini adalah Junghwan, padahal kebalikannya.
Sedangkan Jeongwoo, lelaki itu berpasangan dengan Park Jihoon. Lelaki itu memang dominan, sih. Hanya saja penghuni kampus juga ikut bingung, siapa yang ditusuk jika dua-duanya adalah dominan?
Ya, Jeongwoo dulunya dominan. Dominan Doyoung, anak kedokteran. Tapi karena patah hati dan berujung one night stand dengan Jihoon, lelaki itu malah berubah haluan.
Sedangkan dia temannya yang lain, Niki dan Sunghoon memang dominan. Mereka berdua belum menemukan kekasih hati.
Saat ini, Haruto harus libur. Ia harus mengurusi gorila yang tengah manja. Iya, sih Haruto hamil. Tapi yang merasakan pahit manisnya awal kehamilan adalah Mashiho. Mungkin anak mereka tak tega membuat ibunya sakit.
"Mau ini."
Haruto mendelik. "nggak, ya. Terakhir kamu gigit puting aku. Sakit tau."
"Janji nggak deh kalau sekarang."
Haruto tetap menolak. "Nggak akan keluar apa-apa. Nanti aku nitip mama deh biar beli dot bayi."
Mashiho langsung menghindari Haruto. Nampaknya ia ngambek. Haruto jadi menghela napas. Dengan terpaksa ia membuka kancing kemejanya.
"Masih mau nggak? Aku udah buka baju, lho." Mashiho langsung berbinar. "Tapi pelan aja, ya. Dada aku sakit."
Mashiho mengangguk dan langsung meraup puting kecil Haruto yang menimbulkan desahan kecil dari pemiliknya.
"Kayaknya ... nghh ... aku bakal pu-punya dua bayi ... angh!"
[END]
KAMU SEDANG MEMBACA
lover
Fanfictionbeberapa shoot tentang pership-an uri trejo. hope you like this. ofc, ini bxb hati-hati, crackpair rated open request. jangan lupa pencet bintangnya <3