028

35.3K 2K 23
                                    

Bacanya malem aja biar nemenin istirahat sebelum bobo🙈



Riki memesan segelas kopi sebelum pulang untuk sang bos yang juga belum keluar dari Mushola, menyiapkan meja di dekat jendela dan memberitahu pada Eko, si kepala cafetaria lobby untuk tidak memberikan satu meja pada siapapun.

"Baik, siap, Pak."

"Yasudah, kalo gitu saya pulang. Espresso pak Guntur siapin tepat waktu ya, saya mau langsung pulang. Cape banget."

"Memangnya pak Gunturnya dimana, pak?"

"Sembahyang."

"Oalah, okay."

Kemudian Riki melangkah pergi dan bersamaan dengan Guntur datang dan menyuruh Riki agar pulang saja, dalam hati, sekertaris itu bersorak riang karena bosnya tidak menyuruhnya agar stay lebih dulu. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, para karyawan berangsur pulang dan meninggalkan kantor untuk pulang ke rumah, beristirahat.

Guntur duduk di kursi dekat jendela, Gunawan datang dengan wajah beraninya bersamaan dengan pramusaji membawakan kopi miliknya. Mempersilahkan Gunawan duduk, Guntur ingin bertepuk tangan dengan keberanian pria itu. Wajahnya tegas menatap Guntur seolah menantang dan tidak peduli jika Guntur adalah bos besar, president perusahaan di kantor tempatnya bekerja, "selamat sore," ucap Guntur tersenyum.

Senyuman yang syarat dengan intimidasi. Gunawan sempat tertunduk karenanya namun ia mengangkat kembali kepala, mencoba bersikap biasa dan membalas sapaan bosnya.

"Se ... lamat malam, pak."

Guntur menunduk menahan tawa dengan suara gugup Gunawan. Ia memandang luar dan menaikkan sebelah alis.

"Masih sore," koreksinya.

"Oh iya, selamat sore, pak."

Guntur masih diam, duduk menyandarkan punggung menatap Gunawan yang terlihat kebingungan. Entah apa yang akan pria ucapkan sampai mengundangnya secara khusus, duduk berhadapan di cafe. Jika orang lain melihat, mungkin sebuah keberuntungan karena Gunawan berbicara empat mata dengan sang bos. Namun Ayah tiri Pasha itu justru berkeringat gugup karena Guntur belum membuka mulut, berbicara niat sesungguhnya, "maaf, pak?"

"Tidak perlu meminta maaf, saya yang harusnya begitu karena sudah mengganggu waktu kepulanganmu ke rumah."

Gunawan tersenyum canggung, "sebuah kehormatan bagi saya karena ... "

"Oh ya?"

Belum sempat Gunawan menyelesaikan ucapannya, Guntur lebih dulu menyela. Namun, Gunawan masih mencoba bersikap biasa dan melanjutkan ucapannya.

"Cuma saya gak tau maksud pak Guntur apa ingin bertemu dengan saya itu apa, masalah kerjaan atau ada hal lain?"

"Yasudah, karena kamu juga tidak mau basa-basi. Saya minta kamu mundur dari perusahaan atau kamu mau saya pecat?"

Gunawan sempat tertegun, terkejut mendengarnya.

"Saya gak paham maksud bapak," ujarnya kemudian.

"Kamu ada masalah pendengaran ya?"

" ... Jangan pura-pura bodoh, saya tau apa yang sudah kamu lakukan sampai merugikan uang perusahaan. Secepatnya, saya tunggu pengunduran diri kamu dan temanmu besok."

"Pak?"

"Dan, bilang pada Arinda. Shasa aman bersama saya."

" ... Biarkan dia hidup tenang dan setelah ini saya juga gak akan ganggu hidup kalian. Bilang juga pada anakmu Cleopatra, ajari dia untuk tidak menyebarkan berita tak benar. Dia masih kecil dan saya tak mungkin membalasnya dengan hal serupa. Jangan ganggu Shasa lagi dan ambil cek ini."

[#2] GUNTUR ASKA BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang