Chapter 4

752 123 17
                                    

Kala terdiam di tempatnya, ia sama sekali tak berniat pulang walaupun keadaan sekolah sudah sangat sepi.

Di dalam ruang kelasnya yang telah kosong, Kala memilih duduk sambil merenung memikirkan nasibnya sesampai di rumah nanti.

Kala bukannya tidak tau, situasi yang buruk tengah menanti kepulangannya.

Walaupun sudah terbiasa, tapi tetap saja semua terasa menakutkan walaupun hanya terbayangkan dalam benaknya.

Runa.

Satu nama yang merupakan sebuah mimpi buruk bagi Kala. Runa yang merupakan alasan dari setiap rasa takut dan trauma yang menghantui hari-hari Kala.

Walaupun ia berusaha terlihat kuat dan tak gentar setiap Runa menyakitinya, namun dibalik itu Kala seringkali merasa mentalnya mulai terguncang karena perlakuan buruk yang diterimanya.

"Ayo Kal, mengindar kayak gini juga gak ada gunanya!"

Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Kala kemudian beranjak untuk pulang.

Untuk hari ini ia akan pulang dengan bus atau taksi, karena sang sopir sudah ia minta untuk pulang terlebih dahulu bersama Rora.

Rora sempat menolak meninggalkan Kala sebelumnya, namun Kala beralasan dia akan pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok.

Dengan berat hati akhirnya Rora mengiyakan saja.

Setelah sekitar 15 menit menunggu di halte, bus yang ditunggu Kala akhirnya tiba.

Kala segera menaiki bus dan mencari tempat duduk yang sekiranya paling nyaman untuknya. Pilihan Kala jatuh pada kursi penumpang yang terletak di depan pintu masuk bagian belakang, ia kemudian duduk sambil menyenderkan kepalanya ke kaca.

Selama perjalanan, dikarenakan tubuhnya yang terlampau lelah tanpa sadar Kala tertidur. Dan saat ia bangun, bus ternyata sudah berhenti di halte yang tidak jauh dari rumahnya.

Bergegas Kala turun, ia pun melanjutkan berjalan kaki untuk benar-benar sampai di rumah.

Tepat saat Kala menginjakkan kakinya di teras rumah, kepulangannya disambut oleh Asha yang sepertinya memang sedang menunggunya.

"Kamu darimana aja adek? Kenapa Pak Tian malah disuruh pulang duluan."

Dengan wajah khawatir, Asha mendekati Kala dan menangkup pelan wajah sang adik. "Kamu pulang naik apa?" tanyanya lagi.

"Aku ada urusan tadi, aku pulang naik bus." sahut Kala seadanya.

Asha terlihat menghela nafas, melepas kekhawatiran yang sejak tadi menyelimuti hatinya.

"Lain kali kalau emang mau pulang telat suruh aja Pak Tian nunggu, jangan pergi sendirian."

Kala menggeleng tak setuju. "Kasian kalau Pak Tian harus nunggu lama, lagian tadi aku suruh Pak Tian pulang buat nganterin Rora. Kak Runa kan gak bisa jemput dia."

"Kak Rora adek.. gak sopan manggil nama doang ke kakaknya."

"Ya ya terserah."

Setelah berkata demikian, Kala memasuki rumah meninggalkan Asha yang menatap pasrah kepergiannya.

Untung saja kesabaran Asha setebal buku bahasa, jadi ia tak terlalu ambil pusing atas tingkah Kala. Lagipula Asha sudah terbiasa akan sikap Kala meski terkadang kesal juga.

Walaupun Kala terlampau ketus dan tak jarang bermulut kasar, tapi Asha sangat mengenal karakter Kala dibaliknya. Kala hanya terbiasa seperti itu untuk melindungi dirinya sendiri.

"Adek langsung ganti baju, terus makan!" teriak Asha agar Kala yang sudah cukup jauh bisa mendengar ucapannya.

***

Complicated ; BabyMonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang