Chapter 2

804 140 44
                                    

"Kala!"

"Kala!"

Malam hari di kediaman Mahendra, terdengar teriakan dan keributan yang berasal dari si sulung keluarga tersebut.

Entah apa yang salah dengan gadis itu, tapi dilihat dari raut wajahnya suasana hati si sulung sepertinya tengah jauh dari kata baik.

Terlihat gadis itu berjalan dengan ekspresi kesal yang kentara sekali di wajah tegasnya-nya.

"Niskala!"

Lagi dan lagi Runa berteriak memanggil nama si bungu. Kekesalannya semakin menumpuk karena si bungsu tak kunjung menunjukan batang hidungnya.

"Ada apa sih kak, malem-malem masih berisik aja. Kenapa manggil-manggil adek?"

Saat Runa hendak membuka pintu kamar si bungsu, kehadiran Anna membuatnya mengurungkan niat tersebut.

Raut wajah Runa yang sebelumnya terlihat tak bersahabat kini bertambah masam saja.

"Mami gak usah ikut campur, ini urusan Runa sama Kala."

Anna menghela nafas, berusaha tenang menghadapi sikap ketus si sulung. Anna berusaha terbiasa dengan tatapan penuh permusuhan dari Runa, namun tetap saja ia masih belum bisa melapangkan hatinya untuk itu.

Anna tentu merasa sakit karena salah satu anaknya bahkan tak pernah memanggilnya Mami dengan nada lembut lagi semenjak hari di mana untuk pertama kalinya si bungsu masuk sebagai anggota baru di keluarga ini 13 tahun silam.

"Kakak, jangan berantem lagi ya sama adek. Yang akur." pinta Anna dengan wajah yang menunjukan permohonan.

"Runa gak janji."

Setelahnya Runa langsung membuka pintu kamar Kala dan masuk tanpa permisi. Didapati adik bungsunya itu tengah berdiam diri di balkon kamarnya.

Pantas saja sedari tadi Kala seolah tuli.

"Kala!"

Kala yang tengah termenung dibuat kaget oleh teriakan Runa. Gadis itu berbalik dan melihat kehadiran si sulung dengan ekspresi marahnya.

Di belakang Runa, terlihat Anna yang menatapnya sendu.

Maafin Mami Kala.

Begitulah setidaknya arti tatapan Anna saat ini.

Apalagi sekarang, kesalahan apa lagi yang dirinya perbuat?

"Ka-kakak? ada perlu apa?"

Mengesampingkan rasa takutnya, Kala berusaha terlihat setenang mungkin di hadapan Runa. Walaupun dalam hatinya ia ketakutan setengah mati.

Runa adalah kakak yang paling ia hindari, selain karena sikapnya yang dingin Runa juga cenderung kasar dan impulsif.

Di mata Kala, Runa adalah sosok iblis yang bersembunyi di balik tubuh kecil dengan wajah manis itu.

Namun bagi saudaranya yang lain, Runa adalah sosok malaikat. Kakak dengan sikap hangat yang akan melakukan apapun demi adik-adiknya.

Kala mengambil langkah mundur saat Runa tiba-tiba mendekat ke arahnya. Mata gadis itu memancarkan kemarahan yang Kala sendiri tak tau apa penyebabnya.

"Lo yang naruh ini di kamar Rora?"

Tangan Runa terangkat, menunjukan sebuah plastik hitam yang Kala tahu betul apa isinya.

Itu adalah roti coklat yang sebelumnya sempat Kala beli sepulang sekolah, Kala sengaja membelikannya untuk Rora. Karena Kala tau kakaknya itu sangat menyukai roti coklat.

Complicated ; BabyMonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang