Chapter 16

864 144 77
                                    

Setelah menyelesaikan pembicaraan penuh emosionalnya dengan Anna, Rora yang dilanda kebosanan karena terlalu lama menunggu Kala akhirnya ketiduran di sofa.

Gadis itu tertidur lelap dengan tubuh meringkuk di atas sofa yang ukurannya bahkan lebih kecil dari tubuhnya sendiri.

Hingga pada saat Kala akhirnya pulang di jam setengah 9 malam, Kala dibuat heran menemukan kakak termudanya itu tertidur disana.

"Mami." beo Kala saat melihat Anna yang berjalan ke arahnya.

"Adek baru pulang sayang?" tanya Anna. Ia mengulurkan tangannya saat Kala memberi isyarat.

Kala mengangguk, gadis kecil itu menyalim tangan Anna, membuat Anna tersenyum melihat perilaku sopan sang anak yang tak pernah berubah.

"Gimana hari ini? Adek happy?"

Seperti biasa, Anna tak pernah lupa untuk menanyakan bagaimana hari yang di lewati oleh sang anak. Memastikan Kala menjalani hari yang menyenangkan.

Lagi dan lagi Kala hanya mengangguk sebagai respon, Anna sendiri maklum saja karena memang begitulah Kala. Terlampau pasif di beberapa situasi.

"Rora kenapa tidur disini, Mi?" tanya Kala sambil melirik keberadaan sang kakak yang berjarak tak jauh dari tempatnya dan sang ibu.

Anna mengikuti arah pandang Kala, ia tersenyum. "Kakak daritadi nungguin kamu itu, sampe ketiduran disana." ungkap Anna sambil terkekeh.

"Nungguin aku?"

"Iya, dari pagi dia rempong banget nyariin kamu. Setiap 30 menit nanyain kamu terus, adek kapan pulang. Kangen katanya."

Kening Kala mengerut bingung, sebegitunya?

Dasar aneh.

Kala hanya tak habis pikir mengenai perubahan drastis yang terjadi pada Rora belakangan ini. Jujur perubahan ini cukup membuatnya menyesal karena aksi sok heroiknya pada Rora malah membuat gadis itu terus saja menempel padanya.

"Yaudah Mi, Kala ke kamar dulu ya. Mau mandi, badan Kala udah lengket banget."

Anna mengiyakan dan Kala pun beranjak pergi dari sana.

Di perjalanan menuju kamarnya, tepat saat kaki Kala menginjak dua anak tangga terakhir, pintu kamar yang berada tak jauh dari posisi tangga tiba-tiba terbuka.

Dan keluarlah Runa dari sana dengan setelan casual-nya. Mata mereka sempat beradu, namun Kala dengan cepat mengalihkan pandangan.

Ketika Kala berniat melanjutkan langkahnya, suara bernada datar milik Runa terdengar di belakangnya.

Kala merasa deja vu.

"Baru pulang?"

Langkah Kala tertahan, bulu kuduknya seketika meremang merasakan aura tak mengenakan yang menguar di sekitarnya akibat keberadaan Runa.

Benar-benar titisan iblis, aura mistisnya terasa sangat kuat.

Sial, kenapa juga Kala harus berpapasan dengan Runa. Padahal sedikit lagi ia bisa sampai ke kamarnya dan menuntaskan niatnya untuk beristirahat.

Jika sudah terlanjur berhadapan dengan Runa, Kala tidak yakin dirinya akan dilepaskan begitu saja.

"Gue nanya, Niskala. Dimana sopan santun lo? Kalau ada yang nanya itu dijawab! Punya mulut kan?"

Kala memejamkan mata, berusaha mengontrol dirinya. Sebenarnya ia cukup kesal karena Runa selalu saja mencari celah untuk memarahinya, padahal ia tak melakukan apapun.

Sekarang saja gadis itu marah karena Kala tak menjawab pertanyaannya, coba saja kalau Kala berani menjawab pasti nanti Runa akan mencari hal lain untuk dipermasalahkan. Misalnya mengatakan kalau Kala kurang ajar karena berani menyahut.

Complicated ; BabyMonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang