Chapter 15

899 155 49
                                    

Rora berkali-kali mengecek ponselnya, menunggu penuh harap akan balasan dari orang yang sejak pagi membuatnya gusar.

Namun seberapa seringpun Rora memeriksanya, pesan terkirim kepada orang itu masih saja menunjukan centang satu berwarna abu-abu.

Yang bararti seseorang itu bahkan tidak online sejak beberapa jam yang lalu.

Kenapa Rora bilang beberapa jam lalu? Ya tentu saja karena pesan Rora masih dalam status yang sama dari sejak ia pertama kali mengirim pesan di siang hari.

Sementara sekarang waktu bahkan sudah menunjukan pukul 17.53 sore.

Rora mengerang frustasi, ia tidak pernah sekesal ini pada sang adik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rora mengerang frustasi, ia tidak pernah sekesal ini pada sang adik. Sejak ia memutuskan untuk lebih dekat dengan Kala, Rora memang mendadak selalu merindukan gadis itu.

Tapi sialnya, gadis yang diharapkannya itu adalah seorang Kala Mahendra. Tentu saja gadis itu tidak akan peduli.

Mencoba mengusir rasa kesal, Rora mulai lagi dengan kebiasaannya berguling-guling di kasur. Namum kali ini ia masih membatasi pergerakannya agar tidak kejadian seperti beberapa waktu lalu, dimana ia terjatuh dari kasur dan berujung mengalami sakit pinggang selama beberapa hari.

"Arghhh, adek kemana sih?! Mana gak aktif lagi WA-nya. Pengen gue susul aja rasanya itu bocah."

Rora bangkit tiba-tiba, bertekad untuk benar-benar mencari sendiri keberadaan adiknya. Namun setelah sempat mematung beberapa saat, tanpa aba-aba gadis itu menjatuhkan lagi dirinya ke kasur dengan cukup keras, lalu setelahnya ia kembali berguling kesana kemari seperti yang dilakukan sebelumnya. Hal random itu dia lakukan guna melampiaskan rasa kesalnya.

"Tapi kalau gue susul, gue harus susul kemana? Gue kan gak tau rumahnya Sera. Lagipun kalau gue tau, belum tentu juga Kala disana kan?"

"Gak lucu banget sampe disana gue ngang ngong kek orang bego kalau ternyata Kala malah pergi keluar sama si Sera."

"Arghh. Awas aja, lain kali gue pasangin GPS itu anak."

"Eh, GPS? Mm bagus juga idenya, pinter banget gue!" serunya riang.

Tapi sesaat kemudian ia kembali terdiam, berpikir. "Tapi, kalau adek ngamuk gimana? Ihh, ngeri juga kalau adek marah, ntar yang ada gue disepak pake jurus Taekwondo."

Rora bergidik sendiri membayangkan sambil mengingat bagaimana ganasnya Kala saat bertanding Taekwondo. Dia pernah sekali menonton pertandingan sang adik secara langsung, dan itu sangat menakutkan melihat bagaimana brutalnya Kala ketika menyerang lawannya.

"Ihh gak mau gue jadi samsaknya adek."

Terdiam untuk kesekian kali, Rora mulai melamum sambil memandangi langit-langit kamarnya.

Pikirannya melayang pada begitu banyaknya rencana yang sudah ia susun untuk dilakukan bersama Kala hari ini, tapi sayangnya adiknya itu malah pergi keluar dan mengabaikannya.

Complicated ; BabyMonsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang