Syaqil putra "ALANSKA"

10 1 0
                                    

"Nisa akan berusaha jagain Shafa Tan, Tante jangan khawatir ya". Ucapan Nisa membuat Shofia bisa lebih tenang, Shafa beruntung mendapatkan sahabat yang setulus Nisa.

Sekembali nya Nisa Shofia hanya duduk diruang tamu dengan laptop nya.

Perlahan langkah kaki terdengar ditelinga Shofia, "dari mana saja bang ? Kenapa baru pulang?" Tanya Shofia mengetahui orang yang melewatinya.

"Rumah temen"jawab nya datar.

Syaqil naik ke lantai dua, saat di pertengahan tangga ia melihat Shafa yang seperti membawa pisau di tangannya, dengan cepat syaqil berlari ke arah Shafa.

Shafa terkejut melihat syaqil yang yiba-tiba merebut pisau di tangannya, "k-kenapa ka?".

"Lo udah gila?! Gue bilang jangan pernah main pisau lagi!" Bentak nya.

"Sh-a--" ucapannya terpotong saat Shofia berlari ke arah mereka dengan raut wajah khawatir.

"Siapa yang main pisau? Shafa kamu ma--".

Shafa merubah raut wajah heran nya menjadi datar, "buat belah buah" jawab nya singkat lalu mengambil pisau kecil yang di rebut syaqil pelan, tatapan syaqil dan Shafa bertemu, tatapan syaqil seperti bertanya kenapa raut wajah nya berubah? Namun Shafa tak menggubrisnya ia memutus kontak matanya.

Berjalan melewati mereka berdua. "Bunda gagal" ucap Shofia.
Syaqil berbalik menatap wanita yang berstatus ibunya itu.
"Bukan bunda, tapi ayah" ucapan anak sulungnya itu membuat mata Shofia membelak, kenapa kedua anaknya itu seperti sudah pasrah dengan keadaan.

Perlahan syaqil berjalan dan masuk kedalam kamar nya. Shofia melirik kamar yang Laing ujung, itu adalah kamar putri nya-ninda Shifa Alanska nama yang selalu orang sebut dengan ratu musik dan suara emasnya, perlahan kaki Shofia masuk kedalam kamar itu, terlihat indah, dengan warna yang menunjukan gadis itu sangat menyukai warna pink dan krem.

"Kapan kamu bangun sayang, kembalikan semua kebahagiaan kitu, kamu adalah jantung hati ayah mu nak" ucapnya sambil memeluk boneka beruang kesayangan shifa.

Kini dikamar yang gelap karna gorden yang sengaja iya tutup dan beberapa lukisan yang iya pajang di kamar itu, seorang gadis sedang memotong buah apel di tangannya, "kenapa bunda deketin aku terus.." ucapnya sambil mengelap sedikit air mata yang turun.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu membuat Shafa melihat ke arah pjntu yang tertutup rapat itu. Perlahan gadis itu membuka pintu sangat kecil, hanya memperhatikan sebelah wajah nya saja.

"Kenapa?!" Ucapnya dingin.

"Non ada paket buat non, tapi saya tidak tau siapa pengirimnya, tidak ada nama nya". Ucap pelayan itu, Shafa hanya mengangguk dan mengambil barang itu, namun saat hendak ia ambil tangan besar lebih dulu menerima paket itu.

"Biar gue yang buka bahaya" ucap syaqil datar. Syaqil menatap pelayang itu dengan tatapan yang sepertinya menyuruh pelayan itu untuk segera bergi, pelayang itu mengangguk mengerti lalu berpamitan ke arah mereka.

"Gue boleh masuk?".

Tanpa menunggu jawaban dari adik nya itu syaqil langsung masuk kedalam kamar, Shafa hanya diam melihat laki-laki itu yang sedang memutar-mutar paket itu, "lagi Deket sama cowo?" Tanya syaqil dingin.

Shafa menggeleng lalu duduk di kursi meja belajarnya.
"Gue buka" ucapnya, Shafa hanya mengangguk meng iyakan.

"Kalung?" Ucap syaqil menatap perhiasan sepertinya harganya pun tak main-main. Shafa menoleh melihat ke arah syaqil.
Dan benar saja pria itu sedang memegang kalung berlian, seperti tak asing di mata Shafa.

Seni Itu Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang