bakat baru?

8 2 0
                                    

"yah..?", Panggil Shafa ke arah Zein yang sedang duduk dengan kain putih di tangannya, Shafa mendekat memanggil sang ayah yang sedang terisak mencium terus menerus kain itu sambil memanggil nama 'shifa'.

"Ayah ini Shafa yah, Shafa masih ada buat ayah yah...hiks..ayah". Zein melirik wajah Shafa, menatap manik mata Shafa lekat.

"Kamu siapa? Kamu bukan anak saya, anak saya itu artis, suara nya indah, dia seorang musisi, kamu itu-" Zein menggentung ucapannya, dengan tatapan yang tiba-tiba berubah menjadi sorot mata yang sepertinya berbahaya.

PLAK!

Satu tamparan Shafa dapat kan, "pergi kamu! Dasar pembunuh! Saya tidak punya anak seperti kamu! Pergi!".

"Ayah, yah Shafa butuh ayah yah, tolong liat Shafa yah...hiks..". Entah kenapa sosok Zein itu sekarang mulai menghilang seperti asap yang tak bisa di pegang.

"AYAAAAAAAH....!!".

"Dek". Panggil seseorang membuat hati Shafa sedikit bergetar, suara yang sudah lama tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba terdengar begitu dekat ditelinga nya, dengan cepat Shafa membalikan badan, dan betapa terkejutnya dirinya.

"Ka-kak Shifa?!". Ya gadis itu Shifa, wajah nya yang begitu cantik persis seperti Shafa sebelum nya.

"Bagai mana kabarmu? Sekarang kamu makin cantik ya". Ucap Shifa mendekat dan memeluk Shafa dengan hangat.

"Kakak minta maaf ya, kakak terlalu kasih beban buat Shafa, kakak belum bisa bangun untuk saat ini".

"Tunggu maksud nya?". Shifa menggeleng kan kepalanya, "tidak, sha, kakak mau titip sesuatu sama kamu, boleh?". Shafa mengangguk dengan mengusap sisa sisa air matanya.

"Kakak ga tau kakak akan sadar atau tidak, kakak hanya ingin membuat ayah bangga pada kakak, kakak harap kamu bisa menggantikan kakak, kakak akan memberikan semua milik kakak padamu, mulai sekarang cobalah berlatih dalam beberapa hobi atau hal yang selalu kakak lakukan, kamu pasti bisa menjadi sosok dari dua orang, yaitu Shafa" Shifa menggenggam tangan Shafa dan menaruh nya di dada gadis itu, " dan kakak mu ini, Shifa ". Shifa menaruh tangan Shafa di dada nya.

"Kakak harap kamu bahagia sha, seandai nya kakak pulang, berikan beberapa penghargaan itu untuk kakak ya, dan jangan lupa jenguk aku, sudah lama tak bertemu dengan mu". Shifa mulai melepas pelukannya, dan entah apa yang terjadi, seperti hal nya Zein, Shifa juga perlahan menghilang seperti asap,

"percayalah, masih banyak orang yang sayang padamu, aku akan selalu bersamamu". Kata terakhir yang diucapkan Shifa sebelum sepenuh nya menghilang.

"SHIFA!!". dengan nafas yang tersengal-sengal, Shafa mengusap wajah nya dengan kasar, apa itu benar-benar mimpi? Apa yang dikatakan Shifa tadi? Apa itu sebuah petunjuk?.

"Gue harus jenguk Shifa, ya gue harus jenguk Shifa". Shafa berlari ke arah kamar mandi, jam masih menunjukan pukul 3:18 sepagi ini?. Dengan cepat Shafa mengganti pakaian nya dengan pakaian hangat.

"Kamu mau kemana?". Tanya Varo saat melihat Shafa keluar dari kamar nya, kebetulan Varo baru saja dari dapur, karna merasa haus.

"Kerumah sakit".

"Siapa yang sakit?".

"Saudara kembar aku".

"Hah?" Beberapa detik kemudian Varo baru ingat, bahwa Shafa pernah memberitahu nya bahwa dia mempunyai sodara kembar. "Oh iya kakak inget, boleh ikut? Ga baik kamu keluar malem malem gini".

"Ini udah jam 3 kak, bukan malem lagi".

"Benar kah?" Dengan segera Varo melihat jam tangannya.
"Ah, tetap saja, gue ikut temenin bulan".

Seni Itu Luka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang